29. Perpisahan

829 63 5
                                    

Di sini lah mereka berakhir, taman umum Ueno Park. Mereka hanya berniat untuk jalan-jalan santai sembari menikmati panorama alam. Terlihat hamparan pepohonan yang daunnya kini mulai menguning. Memang sebentar lagi akan memasuki musim gugur. Bukan hanya mereka namun banyak orang yang juga berada di sana baik dari pasangan muda, tua, keluarga besar maupun remaja yang berkumpul.

"Bagaimana menurutmu Sara?" tanya Sasuke membuka percakapan di antara mereka.

Sarada yang sedari tadi hanya fokus memerhatikan sekelilingnya saja kini mendongak ke atas untuk menatap Sasuke yang jauh lebih tinggi darinya.

"Luar biasa nii-chan," jawabnya sembari tersenyum lebar.

Melihat wajah Sarada yang menggemaskan membuat tangan Sasuke terangkat ke pucuk kepala gadis kecil dan mengajaknya dengan gemas. Sakura yang berada di samping mereka hanya tersenyum melihat tingkah keduanya. Setelah ia amati lagi menurutnya Sarada dan Sasuke memanglah memiliki kemiripan. Tidak, sangat mirip malah. Gadis itu sekarang banyak pertanyaan yang berkeliaran di otaknya.

Siapa Sarada sebenarnya?

Mengapa ia dulu menganggap aku ibunya?

Mengapa juga ia menganggap Sasuke ayahnya?

Darimana ia berasal?

Sakura malah merasa kepalanya terasa berat karena terlalu banyak berpikir. Ia pun sedikit mengurut dahinya untuk menetralkan rasa itu.

"Nee-chan kenapa?" tanya Sarada tiba-tiba.

Sakura yang mendengar pertanyaan dari gadis kecil itu pun menunduk untuk melihatnya.

"Gak papa kok Sara, tapi nee-chan hanya merasa sedikit pusing. Kalian lanjutkan saja jalan-jalannya biar nee-chan istirahat di sana dulu," ujar Sakura sembari menunjuk kursi taman yang berada di bawah pohon rindang di seberang mereka.

Sasuke tampak khawatir dan mengecek suhu Sakura dengan menempelkan telapak tangannya ke dahi gadis itu. Yang dilakukan Sasuke malah membuat Sakura memerah karena jarak mereka yang dibilang sangatlah dekat.

"Kau tidak demam namun kenapa wajahmu memerah?" Sasuke menatap lekat wajah mungil gadis itu dengan mata hitam pekatnya. Kalo saja Sakura tak mempertahankan kewarasan dirinya mungkin saja ia pulang tak bernyawa karena jiwanya tersedot oleh mata onyx laki-laki itu.

Sakura segera menggeleng kukuh. "Aku gak papa loh," ucapnya sembari menurunkan tangan Sasuke dari dahinya.

"Baiklah, aku dan Sarada akan berjalan-jalan sebentar. Tunggu kami di sana," ujarnya sembari menggenggam tangan mungil Sarada. Mereka pun melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Sakura yang juga berjalan ke tempat kursi taman itu.

Ia duduk dengan menyandarkan tubuhnya. Menikmati panorama taman dari sini juga bukan hal yang salah. Merasakan dinginnya udara yang menyelimuti serta daun-daun yang berguguran seperti menari-nari di udara akibat hembusan angin. Menurutnya ini jauh luar biasa sempurna.

Tap.

Sakura yang menunduk ke bawah seperti melihat kaki seseorang di hadapannya. Ia langsung mendongak untuk melihat siapa yang kini ada di depannya.

Deg.

Ia sangat terkejut melihat orang itu. Seseorang yang pernah mengisi hidupnya. Laki-laki yang bagai matahari karena warna rambutnya yang terang bagai sinar serta sifat hangatnya. Ya, itu Uzumaki Naruto.

"Hai Sakura," sapanya canggung. Tak lupa laki-laki itu menunjukkan cengiran khasnya.

Sakura yang sedari tadi masih terkejut segera mengembalikan kesadarannya. Tak lupa ia tersenyum, "Hai Naru-kun," balasnya.

Future DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang