05. Not A Dream

3.8K 445 59
                                    

Dibalik jendela kamarnya, Chelsea termangu dalam lamunannya. Tubuhnya melemas serta raut wajahnya pucat pasi. Pagi hari yang seharusnya penuh semangat ini, harus ia awali dengan sebuah kenyataan yang sangat menampar hidupnya.

Sebuah benda kecil panjang berwarna putih masih ia genggam erat. Sesekali kedua bola matanya melirik serta mengamati benda itu dengan lebih cermat. Mana tahu ia salah melihat, saat pertama kali matanya menangkap tanda dua garis muncul dari benda kecil itu. Namun sayangnya, mata Chelsea masih sangat baik dan pandangannya sangat jelas. Ia tidak mungkin salah.

Chelsea hamil.

"Chel."

Lamunan Chelsea mendadak buyar ketika ada sebuah panggilan dari seseorang dari belakangnya. Ayahnya, ㅡPramana Effendi, sudah berdiri di ambang pintu sambil menenteng sebuah surat kabar hari ini. Dengan wajah tegas, kumis tebal dan juga tubuh gagahnya, pensiunan jendral itu menghampiri anak semata wayangnya yang terlihat sangat pucat.

"Sakit kamu?"

Chelsea mengerjap, kemudian berdiri ketika sang ayah sudah berada dekat dengannya.

"Engㅡgak Yah. Cuma agak gak enak badan aja."

Chelsea merapikan kemeja putihnya dan juga rambut hitam panjangnya. Tak lupa ia membuat senyuman, ㅡpalsu, untuk menutupi kekalutan hatinya.

"Ya sudah. Ayah tunggu di bawah, sarapan sudah siap."

Ketika Ayahnya sudah keluar dari kamarnya, Chelsea buru-buru merapikan dandanannya lagi dan segera menyambar handbagnya di atas kasur. Namun, saat hendak keluar kamar, ia kembali lagi masuk ke dalam untuk membuka laci meja kecil di kamarnya. Sebuah kartu nama berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold di sana. Chelsea segera memasukkan kartu nama itu tasnya, lalu meluncur ke bawah untuk menemani sarapan Ayah tercintanya seperti biasa.

Nasi goreng tanpa kecap serta telur mata sapi sudah tersedia di atas meja makan. Chelsea berusaha memaksa mulutnya untuk terbuka, lalu menyuapkan nasi goreng yang terasa hambar di lidahnya, kemudian menelannya dengan susah payah. Bukan karena masakan Bi Yani yang tidak enak, tapi karena akhir-akhir ini nafsu makannya menurun. Apalagi pagi ini ia telah mendapat kejutan besar dari testpack yang ia gunakan.

"Kalau gak enak badan gak usah ke toko." ujar Ayah Chelsea di tengah-tengah menghabiskan nasi gorengnya.

Chelsea menghentikan pergerakan tangannya, lalu mengulum seyum tipis, "Gak apa-apa, Yah. Aku kuat untuk kerja."

Sesaat setelahnya pandangan Chelsea terkunci pada sosok Pramana Effendi. Sosok Ayah tegas, disiplin, tanggung jawab dan sangat menyayangi Chelsea itu. Setelah kepergian Ibunda Chelsea, Ayahnya menjadi sangat protektif kepadanya. Dan Chelsea sangat mengerti jika sikap Ayahnya itu adalah bentuk kasih sayang dan juga untuk melindungi Chelsea.

Lalu sekarang, bagaimana jika Ayahnya mengetahui bahwa Chelsea hamil?

Chelsea tidak bisa membayangkan bagaimana raut kekecewaan akan muncul pada wajah Ayahnya itu. Beliau pasti akan sangat marah dan akan sangat terpukul. Anak semata wayangnya yang dijaganya itu kini tengah hamil di luar nikah, dengan seorang pria asing.

Ya Tuhan, ampuni dosa Chelsea. Apa yang harus ia perbuat?

Baru setengah piring nasi goreng masuk ke dalam perutnya, namun ia sudah menyerah. Lama-lama Chelsea merasa mual hingga ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Ditambah pikirannya sudah penuh dengan bayangan buruk yang akan ia dapatkan.

"Yah, aku buru-buru. Maaf sarapannya gak habis."

Chelsea menyambar tasnya lalu berlari keluar rumah setelah berpamitan dan mencium tangan sang Ayah. Ditahannya rasa mual di perutnya hingga matanya berair. Chelsea menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dan mengambil napas dalam-dalam. Sejenak ia menenangkan dirinya sendiri sebelum menginjak gas untuk pergi ke toko bakery miliknya.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang