13. Lost Control

3.6K 440 103
                                    

Rasanya saat menginjakkan kaki di rumah Chelsea untuk kedua kalinya ini, ingatan Jerome terlempar saat ia pertama kali datang untuk melamar Chelsea. Saat itu Pramana terlihat sangat tegas dan menakutkan. Hingga Jerome sangat gugup dibuatnya. Tapi kini berbeda, Pramana menyambut Jerome dengan hangat.

"Malam om Pram."

"Malam, Jer. Kebetulan kamu ke sini." Pramana berdiri dari duduknya setelah melihat kedatangan Jerome. "Kamu suka Chelsea kan?"

Jerome mengerjap. Menoleh ke Chelsea di sebelahnya tapi wanita itu malah mengedikkan bahu. Merasa aneh kenapa tiba-tiba ayah Chelsea menanyainya tentang hal itu. Apa beliau masih belum merestuinya?

"Iya suka om, kalau gak suka kan gak mungkin,ㅡ"

"Maksudnya Chelsea klub bola."

Jerome menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oh itu. Iya suka."

"Nanti malam ada jadwal main. Kamu tidur di sini saja temani saya begadang. Besok sabtu kamu libur kan?"

Sebenarnya Jerome bingung. Masih canggung dengan Ayah Chelsea itu. Tapi demi kesopanan dan rasa hormatnya terhadap calon mertua, ia mengangguk menyetujuinya.

Pramana tersenyum lega begitu Jerome setuju. Kemudian lelaki setengah baya itu malah ijin untuk tidur sebentar dan menyuruh Chelsea membangunkannya nanti jam 1 pagi. Katanya beliau tidak kuat begadang jika belum tidur dahulu sebelumnya.

"Padahal dulu Ayah paling kuat begadang, tapi setahun akhir ini beliau emang sering tidur cepet." Chelsea akhirnya menemani Jerome duduk di ruang keluarga dengan ditemani teh hangat dan kue kering.

Awalnya mereka sibuk dengan ponsel masing-masing hingga hampir tidak ada obrolan. Seiring waktu berlalu, Jerome sudah menghabiskan kue kering hampir setengah toples. Jujur dia sangat kelaparan. Merasa kesal dengan Chelsea karena tidak menawarinya makanan padahal ia tadi sudah mengatakan bahwa ia lapar.

"Mau mie instan gak?" Chelsea tiba-tiba menaruh ponselnya di atas meja dan berjalan ke arah dapur. "Nasinya udah habis. Gak ada makanan lain."

Jerome segera mengikutinya dari belakang. Sebenarnya ia anti makan mie instan karena Tamara tidak pernah mengijinkannya. Tapi sumpah Jerome sangat kelaparan. Dan akhirnya ia menyerah untuk menunggu Chelsea memasak mie instan untuknya.

"Mie kuah atau goreng? Mau rasa apa? Rasa kari, ayam bawang, soto atau,ㅡ"

"Terserah lo aja yang penting enak."

Chelsea terkekeh. Lalu menyuruh Jerome kembali duduk sembari menunggunya memasak mie.

"Duduk aja sana. Nanti baginda raja kepanasan dekat kompor."

Jerome mendecak sebal. Bukannya pergi duduk, tapi ia malah berdiri sambil melihat cara Chelsea memasak mie. Baru kali ini rasanya ia masuk ke dapur dan melihat orang memasak.

"Dari kapan lo jago masak?" tanya Jerome.

"Mie doang semua orang juga bisa. Gak usah kagum gitu."

Sial. Chelsea menertawakannya.

Tak berapa lama semangkuk mie kuah itu sudah tersaji di meja makan. Ada irisan cabai, daun bawang, sayur dan juga telur bercampur di dalamnya. Terlihat sangat menggiurkan, sampai perut Jerome rasanya berteriak meminta Jerome segera melahapnya.

"Lo gak makan?"

Chelsea menggeleng.

Harusnya Jerome menanyai, apakah sudah makan? Apa tidak lapar? Atau ia harusnya berbagi mie instan itu bersama Chelsea. Tapi ia malah melahap mie itu sendiri sampai habis tak tersisa.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang