12. Someone You Loved

3.2K 423 87
                                    

Chelsea melingkari kalender kecil di ruangan pribadinya dengan spidol berwarna merah.

14 Februari.

Lama ia memandang tanggal yang sudah dilingkarinya itu. Sambil menopang dagu dan tangan yang satunya memutar-mutar spidol yang dipegangnya. Chelsea melamun.

Tinggal menghitung hari saja pernikahannya akan digelar. Undangan sudah disebar dan yang pasti akan banyak orang yang terkejut karena pernikahan dadakan ini. Bahkan dirinya saja seperti percaya tidak percaya bahwa akan menikah secepat ini.

Suara pintu terbuka membuat lamunan Chelsea buyar. Kepalanya mendadak menoleh karena mendengar derap langkah seseorang masuk ke dalam ruangannya. Seketika itu Chelsea berdiri ketika melihat siapa seseorang yang dengan tidak sopannya masuk ke ruangannya tanpa ijin.

"Ngapain bengong sendirian?"

Bara kini sudah duduk asal di sofa, lalu memakan kue kering di sana. Chelsea menarik napas dalam-dalam dahulu sebelum mendekati Bara. Jika saja Bara membahas pernikahannya dengan Jerome, Chelsea harus bersiap.

"Tumben mampir? Kemarin kemana aja?"

"Sibuk."

"Cih. Sibuk apa? Sibuk sama cewek-cewek lo?"

Bara tak menjawabnya. Lelaki itu malah sibuk memakan kue kering di dalam toples bening. Hingga kini Chelsea sudah duduk di sampingnya pun, Bara tidak menoleh sama sekali.

"Laper?" tanya Chelsea sambil menatap Bara heran. Tak biasanya Bara makan kue nastar selahap itu.

"Dufan yuk?"

Dahi Chelsea berkerut begitu mendengar ajakan Bara. "Hah? Ngapain tiba-tiba ngajak ke sana?"

"Pengen aja. Sama lo."

Chelsea terdiam sejenak. Sebenarnya ia ingin sekali mengangguk dan mengiyakan ajakan Bara. Jujur saja, rasa rindu terhadap Bara sangat besar ketika ia tidak melihat lelaki itu beberapa hari terakhir.

"Nolak gue lagi?" Bara menoleh ketika Chelsea lama menjawabnya.

"Hmm. Tapi gue gak mau naik roller coaster dan sejenisnya."

Tiba-tiba Chelsea teringat ia harus menjaga bayi dalam perutnya. Ia tidak bisa menaiki wahana mengerikan yang dapat membahayakan nyawa dan janinnya.

"Oke setuju. Naik apa aja yang lo pengen kali ini. Gue ngikut." Bara berdiri setelah menutup toples berisi kue nastar, kemudian melangkah keluar menuju pintu.

"Sekalipun istana boneka?"

Langkah Bara terhenti. Lelaki itu berbalik seraya menggaruk rambutnya hingga berantakan. Hal itu membuat Chelsea tak bisa manahan tawa gelinya. Seumur-umur, Bara tidak pernah mau untuk masuk ke dalam wahana yang isinya boneka-boneka itu. Apa kata dunia seorang playboy kelas kakap masuk ke dalam istana boneka??

Chelsea yakin, Bara pasti akan menolaknya seperti biasa.

"Ya udah. Ayo."

"Hah?"

Chelsea terperangah. Apa yang baru saja ia dengar? Bara baru saja menyutujui untuk masuk ke dalam istana boneka? Berkali-kali mereka pergi ke Dufan berdua, dan baru kali ini Bara tiba-tiba mengiyakan ajakan Chelsea itu. Sungguh mencengangkan.

"Elo yakin?" Chelsea berusaha mengejar Bara yang sudah dulu berjalan turun. Dengan kaki yang kalah panjang dari Bara, ia sampai setengah berlari mengejarnya. "Bohong gak lo? Nanti di sana paksa-paksa gue naik yang lain lagi?"

"Enggak. Bawel."

"Demi apa??"

"Demikian."

"Hih lo kenapa sih kok tiba-tiba gini?"

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang