30. Perfect Strangers

9.2K 565 131
                                    

"Demi Dewa Agung Sun Gokong, gue pengen banget gundulin Vivian biar mirip Biksu Tong Sam Cong! Atau gak, gue pengen banget nonjokin wajah dia sampai hidungnya mirip Cu Pat Kay!"

Bunga menarik napas dalam-dalam untuk kesekian kalinya, sebelum melanjutkan perkataannya. Sedangkan Chelsea di depannya hanya terdiam menatap sahabat terbaiknya itu yang tengah berapi-api.

"Udah gila itu orang, ㅡeh salah, setan maksud gue. Bersyukur deh dia masuk ke penjara sebelum ketemu sama gue. Kalau dia masih keliaran di luar, gue pastiin kalau dia bakal habis di tangan gue! Bisa-bisanya dia nyakitin elo dan ponakan ganteng gue!" Bunga kini sudah meremuk sebungkus biskuit cokelat di tangannya.

"Ssssttt, Bung,ㅡ"

"Apasih lo berdesis! Udah kayak ular kobra!"

Mulut Julian terkatup rapat sebelum dapat meneruskan perkataannya yang telah dipotong Bunga seenaknya.

"Tau gak sih, pas dapat kabar elo masuk rumah sakit karena ulah si setan itu, gue langsung nangis kejer. Bahkan waktu gue lagi nge-job ada request lagu Dance Monkey, dan gue nangis waktu nyanyi lagu itu. Sampe orangnya nyuruh gue berhenti nyanyi, dikira gue kepaksa nyanyiin itu sampe akhirnya nangis."

Chelsea tersenyum geli mendengar celotehan Bunga yang tak kunjung berhenti. "Udah gila ya lo?"

"Sekarang lo tahu 'kan kalau gue sayang banget sama lo??"

Chelsea menganggukkan kepalanya beberapa kali untuk menjawabnya.

"Kalau sama gue Bung,ㅡ"

Lagi-lagi Julian tak diberi kesempatan untuk masuk ke dalam obrolan. Bunga mengangkat telapak tangannya tepat di depan wajah Julian. 

Chelsea melirik Julian yang duduk di belakang Bunga dengan rasa iba. Bunga terlalu keras pada Julian.

Gak pa-pa gue sabar, kata lelaki itu tanpa bersuara.

"Jadi, tadi siapa nama anak lo, Chel?"

"Noah."

"Gak Peterpan aja?"

"Bung?"

Bunga terkekeh, lalu memeluk Chelsea dengan erat. "Gue bersyukur elo dan Noah baik-baik aja. Sori, gue telat banget jenguk kalian. Maklum aja, calon penyanyi sukses ini sibuk tur cafe ke luar kota."

Chelsea membalas pelukan Bunga. "Isoke. Jangan khawatirin gue. Elo harus fokus sama cita-cita lo, Bung. Gak apa-apa nyanyi di cafe dulu, nanti lo pasti bisa ngadain tur konser di seluruh Indonesia!"

"Amin!!" 

Ditengah gelegar tawa sepasang sahabat itu, tiba-tiba ada suara dari belakang Bunga yang langsung dapat membuat suasana ruang tamu apartemen Chelsea itu langsung sunyi.

"Nikahnya sama gue terus kapan dong?" Julian berkata dengan wajah memelasnya. 

Bunga reflek menoleh dan memberikan tatapan tajam pada Julian. "Elo gak ngedukung cita-cita gue??"

"Gak gitu,ㅡ"

"Terus gimana?"

"Lo gak pengen nikah?"

"Ih apasih lo! Kan lo kemarin bilang sendiri kalau mau nunggu sampai gue mau. Kok sekarang udah beda??"

"Ya, iya."

"Diem deh, kalau gak diem, putus nih?"

"Jangan dong! Baru dua hari jadi masa udah putus."

"Ya udah diem dong lo!"

Chelsea hanya bisa terkekeh melihat pasangan baru di depannya itu. Kalau kebanyakan pasangan baru biasanya masih anget-anget tahi ayam, tentu berbeda dengan keadaan Bunga dan Julian. Bunga benar-benar masih terlihat keras terhadap Julian. Dan lucunya, Julian juga terus mengalah dan sabar mengahadapi Bunga.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang