25. Hypnotized

5.2K 531 164
                                    

Chelsea terlihat sangat berbeda hari ini. Dari pagi hingga menjelang sore, wanita itu terus saja dengan mudah mengumbar senyum. Bahkan saat di kamar hanya ada Bunga yang sedang sibuk membuka kotak makeup, Chelsea tiba-tiba tersenyum sendirian di depan cermin besar.

Tak pelak hal itu membuat Bunga bertanya-tanya, ada apa dengan sahabatnya itu?

"Elo kenapa? Sakit jiwa?" Bunga memandang Chelsea heran. Ia merasa baru saja datang ke apartemen Chelsea beberapa menit yang lalu, dan ia juga merasa tidak melakukan hal-hal lucu ataupun melawak.

"Muka gue ada yang aneh? Atau baju gue norak? Kaos Zara gue lo anggap murahan? Atau rambut pirang gue udah kayak sapu?"

Chelsea memutar bola matanya sebelum menoleh ke arah Bunga yang duduk di sampingnya.

"Apa sih, Bung?"

"Chel, harusnya gue yang tanya itu ke lo. Dari tadi senyum-senyum tanpa sebab, lo kenapa? Sakit beneran ya?"

"No!" jawab Chelsea seraya memeluk Bunga, "Gue lagi seneng!"

"Seneng kenapa?"

"Hehehe."

Bunga semakin penasaran, dilepasnya pelukan Chelsea lalu menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanya Bunga sekali lagi.

Chelsea dengan sengaja membuat Bunga menunggu, sampai akhirnya ia dengan malu-malu bercerita tentang kejadian semalam bersama Jerome di rumahnya. Semuanya ia ceritakan dengan jelas, tanpa ada yang tertinggal, ㅡseperti semalaman ia dan Jerome tidur berpelukan, dan akhirnya saat pagi merasa canggung satu sama lain.

"Oh, gitu." 

Chelsea melotot, merasa marah karena tanggapan yang ia dapat dari Bunga hanya sebatas itu.

"Kok lo cuma gitu doang reaksinya?"

"Please, bahkan sebelum lo sadar kalau lo suka Jerome, gue udah tahu. Jadi gue enggak kaget kalau akhirnya lo ngaku suka sama suami konglomerat lo itu."

"Bung,ㅡ"

"Dan gue ikut seneng lo bisa move on dari Baratha Wardana, ㅡcinta pertama lo yang udah sukses bikin lo sakit selama beberapa tahun."

Mendengar Bunga menyebut nama Bara, Chelsea tiba-tiba teringat akan lelaki itu.

"Bung, sejujurnya gue gak tahu perasaan gue ke Bara sekarang gimana. Gue ngerasa belum bisa sepenuhnya move on dari dia. Susah, Bung. Gak segampang yang gue pikir."

Chelsea tiba-tiba menunduk lesu. Ia masih merasa perasaannya dengan Bara belum juga hilang sepenuhnya. Ini tidak semudah yang ia pikirkan, karena Bara sudah terlalu lama mengisi hatinya.

"It's okay Chel, semuanya butuh proses, dan lo lagi ngelewati ini.  Gue ngerti gak semudah itu lo bisa buang Bara dari hati lo. Tapi gue yakin, karena ada Jerome, gue yakin lo pasti bisa."

"Gue serakah ya, Bung? Gue mau Jerome jangan pergi, tapi gue masih belum bisa hilangin perasaan gue ke Bara."

Bunga menggeleng, "Hati emang gak bisa lo kontrol gitu aja, Chel. Asal lo udah ambil keputusan untuk stay sama Jerome dan lupain Bara, lo udah bener. Jerome pasti juga ngertiin elo."

Chelsea menghela napasnya panjang. Ada benarnya juga Bunga, melupakan seseorang memang butuh proses. Dan yang pasti kini dirinya telah memantapkan hati untuk tinggal di sisi Jerome.

"Lo kalau kasih saran gue udah kayak ahli percintaan aja, Bung." Chelsea tiba-tiba memicingkan matanya pada Bunga. "Sama Julian gimana? Terima dia dong. Lo harus pacaran biar ada senderan, jangan nyender tembok terus."

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang