24. Stay With Me

5K 547 171
                                    

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Chelsea masih belum menyerah untuk mengajak Jerome sarapan. Setiap pagi sebelum Jerome berangkat kerja, ia sudah bangun dan sibuk di dapur. Meskipun ia sering mendapat penolakan dari Jerome, tapi Chelsea tetap melakukan tugasnya sebagai istri yang baik. Dan juga, hamil tua tidak menjadikan alasan untuknya bermalas-malasan.

Pagi ini, Chelsea hanya sempat memasak nasi goreng tanpa kecap kesukaan Jerome. Semuanya sudah siap di atas meja, tinggal menunggu suaminya itu menyantapnya. Dengan sabar Chelsea menunggu Jerome turun dari kamarnya. Tapi setelah ia menunggu beberapa saat, Jerome tak kunjung turun menampakkan diri.

Chelsea melirik jam dinding di ruang tengah, seharusnya Jerome sudah turun dari beberapa menit yang lalu. Tapi kenapa dia juga belum keluar dari kamarnya? Atau jangan-jangan suaminya itu sudah pergi tanpa berpamitan lagi?

Chelsea segera melepas celemek yang masih menggantung di badannya, kemudian melangkahkan kaki menaiki tangga dengan hati-hati. Ia benar-benar sangat berharap Jerome belum pergi tanpa sepengetahuannya lagi.

Sesampainya di depan kamar Jerome, dengan panik Chelsea membuka pintu lebar-lebar tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Jer!" teriak Chelsea setelah berhasil masuk ke kamar besar itu.

Pada detik berikutnya, kedua mata Chelsea membulat penuh ketika yang pertama kali dilihatnya adalah Jerome masih bertelanjang dada.

"Apa?"

Sepertinya Jerome tidak begitu kaget dengan kemunculan Chelsea di kamarnya. Lelaki itu tampak tergesa-gesa mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Kok belum siap?" Chelsea mengalihkan pandangannya ke arah lain, bukan pada Jerome yang tengah ia ajak bicara. "Lo pasti telat nanti."

"Gue kesiangan. Lo gak lihat gue sekarang lagi buru-buru?"

"Ada yang bisa gue bantu?"

Jerome tak menjawabnya, dan malah sibuk mencari sesuatu.

Chelsea kembali bertanya dan mulai mendekat, meskipun sedikit ragu karena Jerome belum juga memakai kemejanya.

"Hair dryer gue. Lo lihat gak?" jawab Jerome tanpa menoleh pada Chelsea.

"Gue bantu cari, lo pakai kemeja lo dulu bisa 'kan?"

Karena perkataan Chelsea itulah, akhirnya Jerome sadar dirinya belum memakai kemejanya. Tanpa menunggu lama ia segera mengambil kemejanya di dalam lemari dan memakainya dengan terburu-buru.

Sedangkan Chelsea ternyata keluar mengambil hair dryer miliknya di kamar. Lalu setelah ia kembali, ia naik ke atas ranjang dan menyuruh Jerome untuk duduk di tepi ranjang. Ia berniat untuk membantu Jerome mengeringkan rambut yang sudah agak gondrong itu.

Awalnya Jerome menolak, tapi Chelsea memaksa. Dan akhirnya Jerome menurut karena ia benar-benar sudah kehabisan waktu.

"Makanya potong rambut, atau gundul sekalian."

Jerome melirik Chelsea lewat pantulan kaca dengan tatapan sebal. Istrinya itu tidak berhenti mengomel, bahkan Chelsea malah sesekali tertawa kecil di sela-sela mengeringkan rambut Jerome.

"Alarm lo gak bunyi?" tanya Chelsea.

"Bunyi. Tapi gue gak denger."

"Tumben."

"Gue tadi malem tidur jam empat."

"Ngapain?" Chelsea menghentikan pergerakannya, menunggu jawaban Jerome. 

Tapi setelah ditunggu beberapa detik, Jerome tak kunjung membuka mulutnya. Sepertinya ia tidak berminat menjawab pertanyaan Chelsea, dan malah kemudian berdiri dari duduknya.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang