29. Protect You

5.9K 508 75
                                    

Samar-samar kedua telinga Chelsea menangkap suara isakan tangis serta beberapa kali ada yang memanggil namanya. Perlahan ia mencoba untuk membuka matanya yang masih terasa berat. Sayu-sayu Chelsea dapat melihat wajah Jerome yang berada dekat dengannya.

"Chel."

Suara Jerome semakin terdengar jelas seiring dengan kesadaran Chelsea yang telah kembali pulih sepenuhnya. Meskipun ia merasakan tubuhnya masih terasa lemas. 

"Jer." Suara Chelsea terdengar sangat lirih, hingga Jerome akhirnya mengambil tangannya dan semakin mendekatkan diri. Chelsea merasakan tangan Jerome mengusap pipinya dengan lembut, dan menatapnya dengan kedua mata sayunya.

"Aku di sini." ujar Jerome.

Setelahnya Chelsea menoleh ke arah lain karena mendengar suara lain di sekitarnya. Chelsea mengedarkan pandangannya dan melihat kehadiran ayahnya serta kedua orang tua Jerome. Ayahnya berdiri di dekatnya dengan mata sembab, namun beliau terlihat menyembunyikannya. Sedangkan Thomas Hadinata memeluk istrinya yang masih menangis.

Pada detik itu juga, sekelebat bayangan mengerikan tentang kejadian yang ia alami dengan Vivian menyapanya secara tiba-tiba. Hal itu membuat Chelsea mendadak panik meraba perutnya yang kini sudah menyusut.

"Jer, apa yang terjadi, di mana,ㅡ"

"Dia selamat. Dia baik-baik aja, kamu gak usah khawatir." Jerome mendaratkan kecupan pada dahi Chelsea, mencoba untuk menenangkannya.

"Anak kamu baik-baik aja, Chel." Pramana menegaskan sekali lagi. Pria setengah baya itu tetap menyembunyikan raut wajah sendunya menangisi anak semata wayangnya yang baru saja siuman.

Bibir Chelsea kembali bergetar, ia menangis penuh kelegaan. Demi Tuhan ia tidak menyangka bahwa ia masih bisa melihat wajah ayahnya, Jerome, dan juga kedua orang tua Jerome. Dan lagi, anaknya juga ikut selamat bersamanya. Ini seperti mukjizat bagi Chelsea.

Ingatan terakhirnya adalah saat ia mulai tergolek lemas tak berdaya di atas lantai. Saat itu ia merasa bahwa ia akan mati di tangan Vivian si wanita brengsek itu. Chelsea benar-benar merasa hidupnya akan berakhir, dan saat ia bangun, ia sudah berada di surga. Tapi siapa sangka, bahwa ternyata ia masih diberikan kesempatan hidup dari Tuhan. Tidak ada kata yang mampu ia ucapkan saat ini, Chelsea hanya bisa menangis dipelukan Jerome.

"Jangan nangis. Aku di sini, kamu aman." bisik Jerome tepat di telinga Chelsea. "Maaf, aku gak bisa jagain kalian dengan baik."

Chelsea menggeleng saat itu juga, kemudian melepas pelukan Jerome untuk menemukan wajah lelaki yang teramat sangat ia sayangi itu.

"Bukan salah kamu. Jangan minta maaf."

Jerome kembali mengusap pipi lembut Chelsea untuk menyeka air matanya. "Makasih udah kuat ngejaga Noah."

Kening Chelsea berkerut, "Noah?"

"Noah Elano Hadinata." Jerome mengulum senyum tipis, "Bagus 'kan?"

Bibir Chelsea merekah lebar, ia tersenyum penuh bahagia mendengar sebuah nama yang Jerome berikan untuk anak mereka.

"Aku pengen lihat dia!"

Chelsea tak sabar untuk melihat wajah anaknya. Dengan memakai kursi roda, ia didorong oleh Jerome menuju ruang NICU,ㅡsebuah ruangan khusus untuk bayi prematur yang belum genap 37 minggu saat lahir.

Di sana, ia melihat bayinya berada di dalam sebuah inkubator. Ditemani seorang perawat, mereka masuk ke ruangan khusus itu. Saat semakin dekat, Chelsea bisa melihat wajah bayinya, ia tidak kuasa menahan air mata bahagianya. Akhirnya, setelah berbulan-bulan ia menanti kelahiran bayinya, sekarang ia bisa melihat wajah mungil itu.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang