1

9 0 0
                                    


"Aku menemukanmu."

Lalu Jooheon melangkahkan kaki mendekati tangga tersebut. Tangga yang men-jembatan-i dunianya dengan dunia Jee Soo. Tangga yang membuat seluruh penduduk muka bumi terpaksa memendam seluruh ekspresinya.

Tangga yang tumbuh dari getaran yang dihasilkan alat-alat ekspresif. Tangga yang membuat seluruh dunia hancur. Juga tangga yang mengawali semuanya.

Mengawali semuanya, dari nol.

Jooheon terus mendekati bangunan batu tersebut. Ia menyiapkan pedangnya, bilamana bayangan hijau muncul lagi menyerang dirinya.

Namun, hanya sunyi disana. Sampai ia menyentuh pegangan batu. Ia mencapai satu-persatu anak tangga. Hingga ia berada di puncaknya. Puncak tangga yang baru terbentuk setengah.

Tak ada yang terjadi seperti yang ia harapkan. Tetap sunyi. Hanya ada cahaya dari sayap kupu-kupu kucing yang mengelilinginya. Ia turun dari sana. Menginjak batu yang masih tak beraturan terbentuk. Hingga salah satu diantara batu-batu tersebut menjatuhkan satu kaki Jooheon. Jooheon terpeleset dan refleks memegang pegangan tangga. Gelang yang ia gunakan, menempel pada bangunan itu.

Lalu ia menghilang.


|||


"Kau kembali?"

Gadis bersurai abu-abu tersenyum padanya.

Jooheon masih mengerjapkan mata, menyesuaikan dengan cahaya di sekelilingnya.

"Jee Soo?"

Langsung ia peluk erat tubuh mungil gadisnya itu. Ia merindukannya. Gadisnya hanya tertawa.

"Bagaimana caramu kembali? Aku tidak memerintahkan Naga Hijau untuk menangkapmu."

Jooheon mengangkat kedua alisnya, "naga hijau?"

Jee Soo tersenyum dan mengangguk.

"Iya, dia menjaga hutan. Ia selalu berbaur dengan alam. Dia lah yang memandumu ke tangga waktu itu."

"Ah, benarkah? Jadi, dialah yang menggerakan semak-semaknya?"

Jee Soo semakin tersenyum, kali ini ia menampilkan sederet giginya.

"Iya. Tapi, bagaimana caramu masuk kali ini?"

Jooheon teringat. Terakhir kali ia hanya terpeleset.

"Terakhir yang kuingat, aku terpeleset."

Jee Soo tersenyum menunduk kebawah.

"Hanya dua caranya kau bisa datang kesini bila jembatan itu belum jadi."

"Apa?"

"Yang pertama, kau meninggal di lahap sekutuku. Yang kedua, sekutuku yang menyentuhkan dirinya langsung pada jembatan itu. Apa kau sudah meninggal di alam sana?"

Jooheon mengernyit, "meninggal? Sepertinya dengan terpeleset tadi, aku tidak ingat membenturkan kepalaku. Itu titik yang vital bila terpeleset. Dan aku masih mampu berdiri saat itu."

Jee Soo berfikir, "apa kau kesana bersama sekutuku?"

Jooheon membulatkan mata dan mulutnya. Benar. Ada sisik pamannya di gelang yang ia pakai.

"Ada sisik pamanku di sini." Ia menunjukkan gelang antidote miliknya.

"Dan gelang ini menyentuh permukaan tangga."

Jee Soo semakin bahagia mendengarnya, yang berarti ia bisa kapan saja bertemu dengan Jooheon.

"Lalu, mengapa kau datang kemari?"

From Zero || Jooheon "Monsta x"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang