12

8 3 0
                                    



Waktu takkan dengan baiknya berhenti untuk berputar. Namun, waktu adalah obat terbaik untuk mengobati kesedihan. Hanya dengan waktu kau akan mulai terbiasa menerima semuanya. Hanya dengan waktu kau akan mulai terbiasa dengan seluruh tekanan yang dirasakan di dunia. Karena untuk bangkit, kau perlu jatuh untuk memancingnya.

"Jooheon! Aku menemukan ini! Jooheon, aku menemukan ini!"

Seketika Jooheon membuka matanya. Ia mengatur nafas dan melihat sekeliling.

"Jack?"

Tak ada suara apapun yang menjawab.

"Ah bang**t! Beraninya kau terus mengganggu mimpiku."

Jooheon duduk dari posisinya dan bersiap-siap untuk berangkat menuju pelantikkannya sebagai kapten.

Sudah tiga tahun semenjak kepergian Jackson, membuat semangat Jooheon terus membara untuk menemukan siapa yang berani melanggar peraturan di dunia manusia. Yang salah satunya, menyiksa sesama.

Mulai dari pemakaman tiga tahun lalu, pencarian pembunuhan sadis itu berakhir hanya beberapa jam setelah pemakaman.

Dan ditemukan bahwa,


|||


"Park Jimin! Kaulah yang membunuhnya."

Sontak seluruh ruang sidang menatap lelaki bersurai perak dengan tatapan tak percaya.

Lelaki yang ditatap menampilkan ekspresi tenang sempurna saat namanya dituduh sbagai pembunuh.

"Mengapa kau berpikir seperti itu?"

Jooheon berdiri menatap Jimin.

"Kau kira Jackson makhluk bod*h sepenuhnya hah? Kau teramat salah menyiksa dia dibangunan kayu seperti itu."

Orang-orang berbisik-bisik. Berspekulasi.

Hakim yang sedari tadi diam, tetap diam menunggu balasan selanjutnya.

Jimin menanggapi dengan nada benci.

"Hei! Aku yang membantu menemukan Jackson. Mengapa juga aku yang kau tuduh membunuhnya?"

"Kau tahu? Seorang psikopat bisa saja membunuh perasaan bersalah pada dirinya sendiri."

Hakim akhirnya mengeluarkan suara.

"Kadet, kau tidak bisa menuduh seperti itu tanpa ada bukti."

Jooheon beralih menatap hakim.

"Bukti? Kau butuh bukti? Hahah."

Jooheon mengambil tas dan mengeluarkan sebuah kertas mengkilap dengan gambar diatasnya.

"Ini. Ini foto yang kuambil pada saat setelah Jackson dimakamkan. Silahkan diterima, Yang Mulia."

Jooheon menyerahkan foto itu di atas meja hakim. Rangkaian kalimat terputus terlihat di tangan kursi kayu tempat Jackson diikat tangannya. Terdapat tulisan 'Jimin mcnm' dengan sudut berantakan seperti ditulis dengan benda tumpul yang bersimbah darah. Serpihan satu-dua potong kuku terlihat disana.

"Itulah bukti yang kau perlukan, Yang Mulia." Jooheon membungkuk sembari melangkahkan kaki mundur kembali ke kursinya.

Jimin mengeraskan rahang, tak percaya bahwa 'sempat-sempatnya kep***t si**an itu menulis. Kapan ia menuliskannya?'

"Lanjutkan penjelasanmu, Saksi."

"Izin berdiri di tengah ruang sidang, Yang Mulia."

Hakim menganggukan kepalanya. Jooheon melanjutkan kalimatnya.

From Zero || Jooheon "Monsta x"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang