"Hyungie!!!" Seorang namja kecil memanggil namja yang lebih besar bersamanya. "Ada apa taetae?" Namja yang lebih besar menyahut panggilan namja kecil tersebut. "Ayo kita bermain ke taman hyungie, taetae bosan" ucap taehyung kepada hyungnya. "Jangan sekarang ya taetae, kita tunggu jinie hyung pulang dulu ya" sahut namja tersebut, "ayolah hyungieee" mohon taehyung dengan puppy eyes nya, "hmm, baiklah" akhirnya hyungnya menyerah dan menuruti kemauan dongsaeng nya.
Jarak taman dengan rumah mereka yang terbilang jauh, membuat mereka berangkat menggunakan sepeda, namja yang lebih besar mengendarai sepeda dengan dongsaengnya berada di belakang, hingga mencapai taman yang ingin mereka kunjungi.
"Ayo hyungie, taetae mau beli eskrim itu" girang taehyung sambil menarik hyungnya yang sedang memarkirkan sepedanya.
Dengan mata yang berbinar taehyung melahap eskrimnya di salah satu bangku taman. "Ini sangat enak hyungie, dingin tapi taetae menyukainya" ucap taehyung. Hyungnya hanya mengerutkan keningnya, karna yang diucapkan adiknya tersebut tentang eskrim yang mereka makan.Setelah puas bermain, kedua kakak adik tersebut memutuskan pulang ke rumah mereka. Di perjalanan "Hyungie awasss!!!"
Braakk
Sepeda mereka menabrak pohon karena menghindari mobil yg hampir menabrak mereka.
Namja yang lebih besar panik langsung melihat keadaan dongsaengnya, menghiraukan darah yang mengalir di kepalanya. Dongsaengnya menangis karna luka di kakinya, beruntung hanya lututnya saja yang terluka.Kondisi jalan sangat sepi mengingat rumah mereka yang jauh dari keramain kota dan hari yang sudah mulai menggelap. Namja yang lebih besar menggendong dongsaengnya yang mulai terlelap, dia meninggalkan sepedanya begitu saja. Mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk mengendarai sepeda tersebut.
"Joonie, apa yang terjadi?" Seorang namja berlari histeris menghampiri seorang namja yang menggendong namja lainnya.
"Hyungie, maafkan jonie hyungie, jonie tidak menjaga taetae dengan baik" ucap namjoon dengan wajah menunduk penuh penyesalan.
Namja yang lebih besar mengambil namja dalam gendongan namjon, dan membawa dua dongsaengnya ke dalam rumah dengan raut wajah khawatir. Bagaimana tidak khawatir, sepulangnya dari sekolah dia tidak menemukan kedua dongsaengnya dan mencari mereka keluar mengingat hari sudah mulai gelap, baru melangkah keluar rumah jantungnya berpacu lebih cepat melihat dongsaeng pertamanya penuh darah di wajahnya dengan menggendong dongsaengnya yang kecil.Setelah membaringkan taehyung, dia mengambil kotak p3k untuk membersihkan luka di lutut adiknya,
"Jinie hyung, sakit" ucap taehyung yang langsung tersentak karna luka di lututnya bersentuhan dengan alkohol yg diberikan hyungnya.
"Tahan ya taetae, hyung akan mengobatinya pelan-pelan, supaya luka taetae cepat sembuh" ucap jin.Selesai mengobati dan membersihkan taehyung, dan membuatnya tertidur. Jin langsung menuju kamar namjoon dongsaengnya yang pertama.
"Oh, hyung, apa luka taetae parah hyung? Maafkan jonie hyung"
Ucap namjoon saat melihat hyungnya masuk ke kamarnya.
"Kau sudah mandi?" Ucap jin sambil membuka kotak p3knya di ranjang namjoon.
"Sudah hyung, jonie sudah harum" ucapnya. "kenapa memakai tisu? Kau ini" jin membuka tisue yg bertengger di pelipis namjoon. "Tadi darahnya tidak mau berhenti hyung, jadi joonie sumpal saja pakai tisue hyung" ucap namjoon polos. "Apa tidak sakit?"
Jin meringis melihat luka di pelipis namjoon, luka itu cukup besar.
Namjoon menggeleng, "tidak hyung, ini sama sekali tidak terasa sakit" ucapnya. Jin hanya terdiam mengobati namjoon, pikirannya sibuk memikirkan perkataan adiknya tadi."Appa pulang!!!" Suara tersebut menghentikan aktifitas jin yang hampir selesai membungkus luka di pelipis namjoon. Dengan terburu buru jin membereskan p3k di kasur namjoon. Setelahnya mereka berdua berlari menuju lantai bawah.
"Appa!!" Ucap kedua namja sambil menerjang namja tampan yang baru datang tersebut.
"Appa, joonie rindu appa" Namjoon menarik diri dari pelukannya.
"Joonienya appa sudah rindu dengan appa eoh?" Ucap tuan kim kepada namjoon.
"Joonie, kepalamu kenapa sayang?" Tuan kim tersentak melihat kasa yg membungkus pelipis namjoon.
"Appa, hyungiie!!!" Belum sempat namjoon menjawab pertanyaan appanya, sebuah suara menarik atensi mereka semua ke arah tangga.
"Taetae, lututmu kenapa?" Tuan kim menghampiri bungsunya dan menggendongnya menuju ruang makan di ikuti dua anak lainnya.Setelah mendengarkan penjelasan ketiga putranya, tuan kim hanya menghela nafas. Sungguh ia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak becus mengurus anak-anaknya sepeninggal istrinya.
Ya, sejak dua tahun yang lalu wanita yang paling berharga dalam hidupnya pergi untuk selamanya. Saat itu anak tertuanya baru berusia 8 tahun, beruntung anaknya itu tegar menguatkan ke dua dongsaengnya, namjoon terpaut 4 tahun dengan si sulung dan barulah si bungsu lahir setahun setelah namjoon.
.
.
.
.
.
Seorang namja tampak sibuk di dapur dengan apronnya.
"Appa, apa yang sedang appa lakukan? Appa memasak?" Jin menghampiri tuan kim yg sedang sibuk memecahkan telur.
"Ah, jagoan appa sudah bangun? Sudah mandi?" Balas tuan kim sambil mencium kepala anaknya dan setelahnya melanjutkan kegiatan memasaknya, dan dibalas anggukan oleh jin.
"Appa, aku saja yang memasak appa" ucap jin sambil mengambil alih telur ketiga yang akan di pecahkan tuan kim. Bukan apa-apa, ayahnya memang tidak pernah memasak, lihat saja nasib dua telur tadi, satunya gosong dan satunya berakhir di tempat sampah, jadi setiap pagi untuk sarapan, jin yang memasak, yang dimasak pun hanya dadar gulung. Kenapa tidak menyewa maid saja? Itu pernah akan dilakukan tuan kim, namun anak-anaknya tidak setuju, mereka memilih mandiri dan mengurus diri mereka. Jadi untuk pekerjaan rumah jin, namjoon, dan taehyung melakukannya bersama. Untuk makan siang dan malam mereka akan memesannya di luar. Begitulah keseharian di rumah tuan kim."Appa!!" Jin bersuara memecahkan lamunan tuan kim yg sedang duduk di meja makan.
"Waeyo?" Tanya tuan kim.
"Apakah normal jika kita terluka dan tidak merasakan sakit?"
Tanya jin kepada appanya.
"Waeyo? Apa ada teman mu yang seperti itu?" Jawab tuan kim memandang putranya penasaran.
"Ani, kemarin aku mengobati taehyung dan namjoon appa, saat aku mengobati namjoon dan tak sengaja menekan lukanya, tapi dia tidak kesakitan sama sekali appa aku bisa melihat dari wajahnya dan dia biasa saja appa" ucap jin sambil meletakkan telur pertama yang dia goreng di piring di atas meja.
Tuan kim tersentak mendengar pernyataan sulungnya."Pagi appa, hyungie!!!" Sapa namjoon sembari menarik kursi di meja makan.
"Pagi joonie" jin balas menyapa namjoon.
"Appa, waeyo? Kenapa appa melihat ku seperti itu?" Ucap namjoon sambil mencium pipi appanya yang duduk di sebelahnya. Tuan kim tersentak dari lamunannya setelah mendapat ciuman di pipi dari namjoon.
"Joonie, appa ingin bertanya padamu, selama ini saat kau terluka apakah itu tidak terasa sakit? dan luka ini apakah tidak sakit? "
Ucap tuan kim dengan nada khawatirnya. "Tidak appa, jonie tidak merasakan sakit sama sekali appa, jonie hebat kan appa?" ucap namjoon dengan senyum polosnya yang menampilkan lubang di kedua pipinya.Runtuh sudah harapan tuan kim. Ketakutan yang menghantuinya selama ini, mimpi buruk terbesarnya. Tuan kim menggeleng, dia meyakinkan dirinya untuk tidak langsung mengambil kesimpulan sendiri.
"Selesai!! Ayo kita makan" ucap jin yang datang dari dapur menyusun masakannya di atas meja.
"Okey, jonie akan bangunkan taetae dulu hyungie" ucap namjoon sambil berlari ke kamar taehyung."Taetae, ayo bangun" namjoon menggoyangkan badan adiknya yang dibalas dengan lenguhan oleh taehyung, bukannya bangun, taehyung makin menenggelamkan badannya ke dalam selimut. Melihat itu namjoon masuk ke dalam selimut adiknya dan menggelitiknya.
"Hahahaha, ampun hyungiee, geliii"
Taehyung mau tidak mau bangun dari kasur empuknya, hyungnya yang satu ini selalu tau kelemahannya.
"Ayo taetae, cuci mukamu dulu" ucap namjoon, "siap hyungie" ucap taehyung sembari berjalan menuju kamar mandi.
.
.
"Jinie, Jonie, taehyungie, ayo kita ke rumah sakit setelah sarapan" ucap tuan kim mendadak saat mereka semua sudah duduk di meja makan kepada ketiga putranya.
"Waeyo appa? Apakah appa juga kerja hari minggu ini?" Namjoon bertanya.
"Tidak mau, bukannya appa berjanji bahwa minggu ini kita akan pergi liburan? Apa appa lupa?" Ucap taehyung.
"Appa tidak kerja hari ini jonie, dan appa tidak lupa dengan janji appa taehyungie, appa hanya ingin memeriksa kesehatan kalian saja" ucap tuan kim. "Setelah itu baru kita ke lotte world, kalian mau?" Sambung tuan kim.
"Yeeeayyyy, tentu saja mau appa" sorak namjoon dan taehyung bersama.
"Jinie, waeyo? Apa jagoan appa yang satu ini tidak senang jika kita ke liburan ke lotte world?" Tanya tuan kim, karena melihat wajah si sulung yang melamun.
"Ani, aku sangat senang appa" jawab jin dengan senyum manisnya. Dia tahu ada yang salah dengan appanya, pasti ada sesuatu yang disembunyikan appanya dari dirinya. Appanya tidak mungkin memberitahukan sesuatu secara mendadak seperti sekarang ini.
Semoga saja bukan hal yang buruk pikirnya.........................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Life
FanfictionDia menyadari bahwa tubuhnya terdapat bom, bom yang bisa meledak sewaktu-waktu tanpa dia sadari. Akankah dia dapat bertahan dengan kondisinya ini? My first story. Just newbie.