"Maaf merepotkanmu"Seokjin menolehkan kepalanya pada pria pucat yang sedari tadi masih setia berdiri di sampingnya.
ia menghela nafas, entah sudah berapa kali pria pucat itu mengucapkaan kata yang sama hari ini."Sudah berapa kali ku bilang, anggap saja ini rumah mu sendiri, lagian aku senang kau tinggal di sini, akhirnya ada yang menemani ku memasak"
jawab pria yang lebih tua, jujur ia merasa sangat terbantu dengan kedatangan pemuda tersebut."Terima kasih hyung"
"sama-sama yoon, jadi, mulai sekarang jangan pernah sungkan padaku lagi"
seokjin mulai menata makanan di meja."aa, aku mau membangunkan para bocah itu, bisa kau pisahkan nasi goreng ini yoon, tolong didinginkan sedikit"
yoongi hanya menganggukkan kepalanya dan melaksanakan permintaan seokjin tanpa banyak bertanya, meskipun sedikit merasa aneh dengan permintaan yang lebih tua.
.
.
."terima kasih banyak hyung"
"sama-sama kookie, kau senang?"
Namjoon tersenyum gemas melihat senyum pemuda bergigi kelinci ini."sangat hyung, baru kali ini aku pergi ke tempat seperti tadi"
jawab jungkook antusias, ia masih bisa mengingat jelas semua permainan yang mereka mainkan di game center tadi. Semuanya pertama kali ia coba."Benarkah, kita bisa sering ke sana jika kau mau"
"Mau hyung, aku ingin ke sana lagii"
jawab jungkook tanpa sadar sedikit meloncat seperti anak kecil."Haha, kau antusias sekali, baiklah, akhir pekan kita akan ke sana lagi, kita akan bermain dari pagi sampai sore"
jungkook mengangguk dan tersipu malu saat namjoon mengelus lembut kepalanya. Hangat, perasaannya menjadi hangat setiap namjoon berada di sisinya, kehidupannya pun kembali berwarna setelah sekian lama.
"yaaa, jangan memonopoli hyungku"
keduanya tersentak saat tiba-tiba taehyung menyelinap di antara mereka berdua.
pemuda itu kesal sedari tadi berjalan di belakang hyungnya, dan di acuhkan, padahal mereka sedang jalan berlima, tapi namjoon hanya memperhatikan jungkook."maafkan aku" lirih jungkook.
"yaa, taehyung, isshh dasar bocah ini, ke kanak kanakan sekali, bersikap dewasa lah sedikit, ingat umurmu sudah berapa, kau bahkan lebih tua dari kookie, harusnya kau memberikan contoh yang baik, benarkan hyung?"
ucap jimin, namjoon mengangguk setuju."Jimin, sejak kapan kau bisa berkata bijak seperti itu? adikku sudah dewasa ternyata, aku terharu"
jimin memutar bola matanya malas, hoseok hyungnya selalu berlebihan dalam menunjukkan emosinya."kookie, kita semua hyungmu, jadi jika ada apa-apa atau kau butuh bantuan jangan sungkan datang pada kami"
jungkook tersenyum tulus mendengar penuturan namjoon. Aku tidak akan kesepian lagi.
.
.
.Namjoon sangat bersemangat, ini pertama kalinya ia mengunjungi rumah jungkook, sebelumnya jungkook selalu menolak jika ia minta untuk berkunjung, tapi namjoon yang keras kepala tak akan menyerah dengan mudah, jadilah jungkook pasrah saat namjoon memaksa untuk mengantarnya sampai depan rumahnya, dan berujung pemuda dimple itu masuk tanpa di undang, membuat sang pemilik rumah hanya bisa menghela nafas.
"Joen Jungkook!!!"
suara keras dan lantang dari lantai atas membuat kedua pemuda yang baru masuk itu terlonjak kaget. Namjoon mengelus dadanya, sedangkan jungkook refleks menunduk dan tubuhnya bergetar."joen jungkook!!! kau membolos les lagi? sudah berapa kali ayah bilang, nilai mu juga turun, apa yang kau lakukan?"
ucap seorang pria paruh baya yang saat ini menuruni tangga mendekati anaknya, suaranya terdengar dingin dan sangat tegas, membuat namjoon tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Life
FanfictionDia menyadari bahwa tubuhnya terdapat bom, bom yang bisa meledak sewaktu-waktu tanpa dia sadari. Akankah dia dapat bertahan dengan kondisinya ini? My first story. Just newbie.