Hoseok terlonjak kaget saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang saat ia baru sampai di gerbang sekolah.
"Hyung!!!"
Teriak hoseok dan kemudian menutup mulutnya sendiri saat menyadari beberapa pasang mata siswa yang lewat menatap aneh padanya."Kau mengagetkanku" hoseok menatap kesal namja yang lebih tua setahun di depannya.
"Mana namjoon?" Tanya namja itu dengan wajah datarnya, tak menghiraukan kekesalan hoseok.
"Tidak tau hyung, dia tidak menghadiri kelas hari ini" jawab hoseok mengerucutkan bibirnya karena kesal, namjoon tak mengabari apapun padanya, dan tidak mengaktifkan nomornya membuat hoseok khawatir akan keadaan sahabatnya itu.
"Kau sudah menghubungi.."
"Sudah hyung, ponselnya tidak aktif" jawab hoseok, memotong pertanyaan namja di depannya.
"Aww, sakit hyung"
Hoseok memegang belakang kepalanya yang di pukul."Jangan pernah memotong orang yang lebih tua dari mu saat bicara"
"Apa kau sudah menghubungi adik atau hyung nya?"
Ucap namja itu lagi."Ah, iya, belum hyung" hoseok pun mengambil ponsel dari sakunya, mencari kontak taehyung dan menelfonnya.
.
.
.
Taehyung hampir terkena serangan jantung saat ia memasuki ruang rawat hyungnya, ia melihat namjoon kejang-kejang disertai dengan bunyi nyaring dari mesin pendeteksi detak jantung hyungnya."Hyung!!" Teriaknya dan segera menekan tombol merah di samping ranjang namjoon, ia hanya bisa menangis saat ini, ia takut menyentuh namjoon, beberapa menit kemudian dokter yang ia kenal dan beberapa perawat datang, seorang perawat segera menariknya keluar dari ruang rawat tersebut. Dengan air mata yang masih mengalir keluar membasahi kedua pipinya ia menatap hyungnya yang sedang dalam penanganan dokter dari jendela, berharap hyungnya akan baik-baik saja.
"Tae-ah" sebuah suara mengalihkan atensinya.
"Hyung"
soekjin merasakan sesak di dadanya saat melihat adik kecilnya menatapnya dengan mata sembab dan penuh dengan air mata dan memanggilnya lirih. Ia segera menarik tubuh adiknya ke dalam pelukannya, mengusap lembut punggung adiknya. Ia tidak perlu bertanya apa yang terjadi, dia sudah tau, pasti sesuatu terjadi pada namjoon. Tanpa ia sadari air matanya sudah mengalir dan ia segera menghapusnya, ia tidak ingin taehyung melihatnya menangis, ia harus kuat demi adiknya, taehyung dan juga namjoon.
"Hyung" soekjin menatap dokter song keluar dari ruang rawat namjoon. Taehyung segera melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuhnya, ia bisa melihat jelas senyuman sendu dari dokter di depannya.
"Namjoon sudah stabil sekarang, ia mengalami kejang-kejang akibat cedera kepala yang dialaminya cukup parah"
"Bi..bisakah aku melihatnya?"
"Tentu, masuklah tae, temani namjoon" balas dokter tersebut.
"Jin, jika kau punya waktu luang, temui aku di ruanganku, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu"
Soekjin mengalihkan pandangannya pada dokter song dan mengangguk singkat saat melihat wajah serius dokter yang masih terbilang muda tersebut. Ia pun segera beranjak ke dalam ruang rawat namjoon setelah membungkuk sekilas pada dokter song.
.
.
Taehyung hanya menatap wajah namjoon yang masih setia menutup matanya. Ia tidak beranjak sedikitpun dari kursi di samping ranjang namjoon, ia tidak ingin sesuatu terjadi lagi pada hyungnya, beruntung ia cepat menyelesaikan urusannya di kamar mandi, jika tidak ia tidak tau akan bagaimana jadinya, bisa saja hyungnya tidak terselamatkan."Tae-ah" soekjin mengusap lembut surai taehyung. Taehyung mulai terisak pelan, di genggamnya lagi tangan dingin hyungnya, soekjinpun merengkuh tubuh kurus adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of Life
FanfictionDia menyadari bahwa tubuhnya terdapat bom, bom yang bisa meledak sewaktu-waktu tanpa dia sadari. Akankah dia dapat bertahan dengan kondisinya ini? My first story. Just newbie.