7

2K 197 17
                                    


Seorang namja terlihat gelisah menunggu di depan IGD, berkali-kali tangannya menghapus keringat dingin yang tak henti-hentinya mengalir di pelipisnya.
Atensinya teralih ketika melihat seorang namja dengan pakaian dokter mendekatinya,

"Apa yang terjadi jin?"
Tanya dokter tersebut yang hanya di balas dengan gelengan oleh soekjin.
Tanpa bertanya lagi, dokter tersebut berlalu masuk ke dalam ruang IGD.

"Mianhae"

Sebuah suara mengejutkannya, dia baru menyadari keberadaan seseorang selain dirinya di sana, sejak soekjin sampai di rumah sakit, dia tidak terlalu melihat di sekitarnya, dia terlalu terkejut saat mendengar suara asing mengangkat telfon adiknya dan mengatakan adiknya di ruang IGD rumah sakit seoul. Tanpa fikir panjang soekjin mengambil kunci mobilnya dan bergegas menuju rumah sakit, saat sampai dia menelfon dokter song, agar namjoon dapat penanganan yang tepat dengan kondisinya.

"Mianhae" ucapnya sekali lagi,

Dilihatnya seorang remaja yang duduk dilantai dengan memeluk lututnya sendiri, penampilannya terlihat sangat menyedihkan, dengan seragam yang kusut dan noda darah yang sudah mengering, wajah penuh dengan air mata, serta rambutnya yang sangat berantakan.

Soekjin pun mendekat,
"Siapa namamu?"

"Jo..joen ju..jungkook, maaf kan a..aku, i..ini semua salahku" ucapnya terisak.

"Hey, tenanglah, namjoon akan baik-baik saja, lebih baik kau pulang dan istirahat"

"Ti..tidak, a..aku ingin menunggu namjoon-hyung"

Seokjin hanya menghela nafas. Dia tidak ingin memaksa remaja di depannya ini.

"Baiklah, setidaknya bersihkanlah tangan dan mukamu" ucap soekjin,  jungkook hanya mengangguk lemah dan beranjak menuju toilet terdekat.
.
.
.
"Hei, taehyung-ah, gwenchana?"
Tanya seorang namja saat melihat sahabatnya tidur dengan gelisah.

"Gwenchana jim" jawabnya bohong, dia tidak baik-baik saja sekarang, entah kenapa hatinya gelisah dan jantungnya berdetak tak normal, apa yang terjadi pada dirinya, batinnya. Apakah sesuatu terjadi pada hyungnya? Ia bangun dan beranjak dari kasur untuk mengambil tas sekolahnya dan mencari handphonenya. Ia terkejut saat melihat 17 panggilan tak terjawab dari jin hyungnya, ia lupa menghidupkan nada dering handphonenya. Tiba-tiba perasaannya semakin tidak enak, apakah sesuatu terjadi? Taehyung pun menelfon jin hyungnya, namun hanya suara operator yang menyapa telinganya. Dia mencoba kembali, dan menghela nafas kemudian saat telfonnya masih tidak bisa tersambung, membuat perasaannya semakin gelisah. Ia pun mencari kontak hyung keduanya dan mencoba menelfonnya dengan harapan namjoon akan mengangkatnya, namun lagi-lagi hanya suara operator yang kembali terdengar.

Jimin hanya menatap heran sahabatnya yang mondar mandir gelisah dengan handphone di telinganya. Ia pun bangkit dari posisi rebahannya dan duduk bersandar di kasurnya. Ia melirik jam dinding di kamarnya dan menghela nafas berat saat menyadari hari sudah larut malam dan mereka belum juga tidur, hah, pasti dia akan terlelap saat mengikuti pelajaran esok hari, batinnya.

"Tae-ah, wae? Kau terlihat gelisah, apakah terjadi sesuatu?"

Taehyung menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arah sahabatnya, tanpa sadar air matanya lolos dan membasahi pipinya. Jimin yang melihat itu bergegas menghampiri sahabatnya dan membawanya ke dalam pelukannya, membuat taehyung menangis lebih keras. Jimin pun panik dan mengusap lembut punggung sahabatnya mencoba menenangkannya.

"Jim, tae ada apa? Aku mendengar suara tangisan, kalian bertengkar?"
Terdengar suara seorang namja yang mengetuk pintu kamar jimin, membuat taehyung menahan tangisannya.

"Tidak ada hyung, kami tidak bertengkar" balas jimin tidak beranjak dari posisinya.

"Lalu tadi suara tangisan siapa?"

The Meaning of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang