5

2.2K 189 16
                                    

After seven years

"Ayolah namjoon, hanya sebentar saja, aku janji"

"Tidak hoseok-ah, aku sudah janji pada jin hyung, aku tidak akan melewatkan jadwal pulang ku lagi"

"Aku janji ini tidak akan lama, kau hanya perlu menemani ku sampai aku terbiasa dengannya" ucap hoseok meyakinkan namjoon. Namjoon mengerucutkan bibirnya,
"Tidak, palingan nanti aku akan menjadi nyamuk disana"

"Tidak, kali ini dia membawa temannya, kau bisa menemaninya mengobrol, yaa please" bujuk hoseok,
"Baiklah, aku akan menemanimu, hanya satu jam, call?" Akhirnya namjoon mengalah,
"Call, kaja" hoseok berlari senang menuju halte bus dengan namjoon dibelakangnya berjalan santai. Ini bukan pertama kalinya hoseok mengajaknya untuk bertemu dengan wanita dari sekolah lain, ini sudah yang ke empat kalinya.
Sahabatnya yang satu ini memang terkenal di kalangan SHS (senior high school), karena skill dancenya yang tidak main-main, terbukti dengan kemenangannya di kompetisi antar sekolah minggu lalu. Jadi namjoon tidak heran jika banyak sekali wanita yang ingin lebih dekat dengan sahabatnya yang satu ini.

Dan disinilah mereka sekarang, di sebuah cafe yang bernuansa hijau yang dipenuhi tanaman hias yang menarik perhatian namjoon.
"Hoseok-ah!" Suara seorang wanita mengalihkan atensi namjoon, dilihatnya seorang wanita cantik berkulit putih melambai ke arah mereka.
"Sudah lama?" Sapa hoseok sembari duduk dihadapan gadis itu.
"Maaf aku membuatmu menunggu" ucapnya lagi.
"Ah tidak, aku hanya lima menit lebih awal darimu" balas gadis itu dengan senyum manisnya, yang membuat hoseok membalas senyum gadis itu dengan senyumnya yang tak kalah manis.

"Ehm!" Namjoon yang rasanya sudah menjadi makhluk yang tak kasat mata disini menyadarkan kedua insan yang saling membalas senyum dengan tatapan malu-malu tersebut.
"Ah, ryujin-ah ini namjoon, sahabatku" ucap hoseok yang baru sadar keberadaan namjoon disampingnya.
"Senang berkenalan dengan mu namjoon-ah, Aku ryujin" namjoon menerima uluran tangan gadis itu.
"Aku juga" balas namjoon singkat.
"Kau sendirian kesini?" Tanya hoseok karena sebelumnya gadis itu memberitahukan dia akan datang berdua dengan sahabatnya.
"Ah, awalnya aku datang dengan sahabatku, tapi dia mendadak ingin cepat pulang, sepertinya ada urusan mendesak" jawab gadis itu.
"Ah, sayang sekali" ucap hoseok dengan nada kecewa, padahal ia sudah berencana akan menjodohkan namjoon. Bukannya namjoon tidak laku, tapi sahabatnya ini yang secara terang-terangan menolak untuk terlalu dekat dengan wanita. Padahal ia memiliki banyak fans karena ketampanan dan juga kejeniusannya.
.
.
"Aahh, sudah kuduga akan jadi seperti ini" batin namjoon yang sedang melihat hoseok yang asik berbincang dengan ryujin. Hoseok terlihat bersemangat, mungkin karena mereka sehobi, pembicaraan mereka dari tadipun hanya seputaran hobi mereka yaitu dance.
Atensi namjoon pun teralih ketika dirasakannya sakunya bergetar. Saat ia melihat handphonenya nama
"Jangan diangkat" tertera di hpnya, mata namjoon membola melihat siapa yang menelfonnya. Tanpa mengangkat panggilan di hpnya, ia pun segera izin pamit kepada hoseok dan ryujin.
.
.
Rumah sakit seoul

"Hah, hah, akhirnya sampai" dengan mengatur nafasnya terlebih dahulu, namjoon pun masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan Dr. Song Taekyung

"Ini sudah yang keberapa kalinya kau terlambat joon? "

"Haahh, mianhae hyung, aku lupa lagi, hehe" jawabnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Selalu saja itu yang kau sebutkan joon, dan lagi kenapa kau tidak pernah mengangkat telfonku?" Tanya dokter song kesal,

"Apakah hyung pernah menelfonku? Ahh, aku lupa menghidupkan nada dering hp ku hyung"

"Aahh, sudahlah" akhirnya dokter song menyerah, pasiennya yang satu ini selalu saja pintar membuat alasan.
Lebih baik ia segera memeriksanya agar makhluk ajaib yang satu ini cepat pergi dari hadapannya.
.
.
Namjoon berjalan santai menuju rumahnya, pemeriksaannya kali ini berjalan cepat, ia senyum-senyum sendiri karna telah berhasil mengerjai dokternya.

Bughh
"Aargghh"
Suara erangan mengalihkan perhatian namjoon, dilihatnya sekeliling, dan tatapannya terhenti pada sebuah gang kecil. Namjoon yang penasaranpun berjalan mendekati gang itu, ia semakin yakin ada yang tidak beres saat suara hantaman dan erangan semakin kuat ia dengar, tanpa fikir panjang namjoon pun berlari ke dalam gang tersebut. Dilihatnya empat remaja dengan seragam Middle School, sedang menghajar seorang remaja lainnya yang mengenakan seragam yang sama dengan mereka.

Mereka semua menatap heran namjoon yang mendekat ke arah mereka.
"Hey bocah, apa yang kau lakukan pada teman mu?"

"Apa urusanmu ahjussi?" Jawab salah satu dari mereka.
"Haahh, ahjussi? Ahjussi kau bilang? Hey, aku ini masih muda, aku juga masih sekolah tau" balas namjoon kesal.
"Oh ya, tapi kenapa sikapmu seperti seorang ahjussi yang ingin ikut campur urusan orang?"

"Sudahlah, sebaiknya kau pergi, ini bukan urusanmu" ucap namja yang lainnya.

"Huuft, kalian memang tidak tahu sopan santun ya, lepaskan dia, jelas ini jadi urusanku, aku hyungnya"
Namjoon mulai hilang kesabarannya, ia pun menarik paksa bocah yang sudah babak belur tersebut kebelakangnya. Ke empat remaja tadipun tidak tinggal diam, dan terjadilah baku hantam yang tidak seimbang. Namun namjoon tetap menghadapi mereka dengan tenang, tidak sia-sia ia belajar boxing,  walaupun itu tanpa sepengetahuan hyungnya, jika tau pasti akan ditentang.
Beberapa menit kemudian, mereka lari meninggalkan namjoon dengan mengancam akan membalasnya.

"Gwenchana? " tanya namjoon dan membantu bocah itu mengemasi isi tasnya.
"Gomawo, ahjussi" jawabnya dengan wajah menunduk.

"Hei, apakah wajahku setua itu? Sampai-sampai kau juga memanggilku ahjussi?"

"Mianhae" ucap remaja itu dengan wajah takut.

"Hah, gwenchana, panggil saja aku hyung, namjoon hyung, siapa namamu? " tanya namjoon sembari tersenyum manis.
"Jungkook, jeon jungkook imnida" jawab jungkook yang tatapannya tak lepas dari lubang di pipi namjoon.
.
.
"Aku pulang" teriak namjoon sembari menutup pintu dibelakangnya.
Dilihatnya seorang namja yang baru turun dari lantai 2 rumahnya.
"Hai hyung, kenapa bajumu lusuh sekali hyung? Kau habis berkelahi ya?" Tanya namja itu dengan tatapan menyelidik.

"Ani, kau ini, selalu saja berprasangka buruk kepadaku"

"Aku tidak berprasangka hyung, aku hanya memprediksinya dari kebiasaanmu hyung" namja tadipun mengikuti namjoon yang melangkah menuju kamarnya.

"Apa tae akan menginap di rumah mu lagi jim?" Tanya namjoon sambil mengganti pakaiannya.
"Hhmm, iya hyung, dia pulang kesini hanya untuk mengambil pakaiannya"

"Maaf merepotkan kau dan keluaragamu jim"

"Gwenchana hyung, kami sudah menganggap tae bagian keluarga kami"

"Tolong kabari aku selalu keadaan taehyung jim"

"Tentu hyung, akan ku pastikan kau selalu mendapatkan kabar dariku"
Ucap jimin.

"Jim!! Aku sudah selesai, ayo berangkat" teriak seseorang dari luar kamar namjoon.
"Ah, hyung, tae sudah memanggilku, aku pergi dulu hyung, bye hyung"

Namjoon ikut berdiri dan mengantar jimin menuju pintu utama. Tampak seorang namja tampan dengan tas besarnya sedang berdiri di depan pintu.
"Cepatlah jim, perutku sudah lapar" ucap namja tersebut.
"Sabarlah tae, bukan kau saja yang lapar, aku juga"

"Kenapa kalian tidak makan disini saja dulu? Bibi sudah menyiapkan makan untuk kita bertiga." Ucap namjoon yang sedari tadi memperhatikan adik kesayangannya.
Sungguh ia sangat merindukan adik kecilnya ini.
"Ah, tidak usah hyung, eomma tadi juga sudah menelfonku, menyuruh agar cepat pulang" balas jimin yang menyadari keengganan sahabatnya untuk terlalu berlama-lama disini.
Tanpa sepatah kata pun, taehyung segera keluar diikuti dengan jimin yang melambaikan tangan ke arah namjoon.

Tbc

The Meaning of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang