So Different

1.8K 354 31
                                    

"Pake mobil gue aja."

Seungyoung buru-buru menggelengkan kepalanya, kemudian menarik tangan Yura tanpa aba-aba. "Pake motor aja yaaa, cuacanya mendukung."

"Kan mau jemput mamih, masa pake motor sihh."

"Ih kan biar pulangnya bisa tetep berdua, mamih nanti tetep dijemput papih."

"Bloon ih! Yodah mana helmnya?" Yura mengulurkan tangannya, meminta helm pada Seungyoun.

Alih-alih mendapatkan helm dari Seungyoun, lelaki itu malah mendadak mengenakan helm pada Yura, membuat gadis itu harus mengerjap beberapa kali karena wajah mereka hanya terpaut beberapa centi.

"Gausah diliatin gitu, aku emang ganteng kok." Ucap Seungyoun lantas memamerkan senyuman iblisnya.

"Mana ada ganteng, muak gue liat muka lo. Ayo buruan udah gak sabar ketemu mamih nih." Yura mendorong punggung Seungyoun tak sabaran.

Sementara Seungyoun hanya terkekeh seraya naik ke atas motor, yang tak lama kemudian disusul oleh Yura.

"Pegangan." Ucap Seungyoun singkat.

Namun ucapan singkat itu malah menjadi suatu prasangka panjang dalam benak Yura. Seungyoun benar-benar berubah, Seungyoun tak mungkin menyuruhnya untuk berpegangan ketika ia akan menancap gas, dan tentu saja Yura akan sangat mengerti bahwa keselamatan nomor satu, jadi biasanya gadis itu akan langsung mengeratkan pegangannya pada baju Seungyoun setiap berkendara motor bersama Seungyoun.

"Kamu kan yang selalu bilang kalo keselamatan itu nomor satu, jadi cepet pegangan." Ucapnya seraya menolehkan kepalanya untuk menatap Yura.

"Ya ini gue udah pegangan." Ketus Yura sambil merotasikan bola matanya dengan malas.

Tiba-tiba Seungyoun meluruhkan bahunya seiring dengan napas yang berhembus, lantas ia menarik kedua tangan Yura dan melingkarkan di perutnya. Namun buru-buru Yura menarik tanganya kembali dan mengadukan helmnya dengan helm Seungyoun.

"Aww kenapa sihh." Seungyoun kembali menolehkan kepalanya dengan seraut kekesalan.

"Lo yang kenapa?? Biasanya juga langsung jalan." Seru Yura sebal. "Dah awasss biar gue aja yang bonceng lo."

"Eh ya jangan dongg, kamu denger ga tadi Chajun bilang apa? Cowo itu harus memanjakan cewenya. Jadi biar gue yang bonceng lo yaa, cantik."

"Ya gue kan bukan cewe lo." Bantah Yura seraya menyimpulkan lengannya di dada.

Seungyoun tak merespon Yura, karena Seungyoun berhasil menancap gas tanpa aba-aba, sehingga membuat Yura terkesiap dan buru-buru melingkarkan tangannya di perut Seungyoun dengan amat erat.

"Nah gitu, inget loh yurr keselamatan nomor satu." Seungyoun meninggikan suaranya.

Yura hanya dapat terbungkam, berusaha mengontrol detak jantungnya dan tetap mengeratkan pelukannya karena laju motor semakin kencang.

"Kenapa sih lo hari ini bangsat banget?"

"Yaampun bangsat apaan? Hey mana ada ya yang dateng sepagi tadi buat bantuin kamu masak, bantuin beres-beres juga, ngingetin kamu tentang keselamatan. Itu semua dibilang bangsat?" Ucap Seungyoun panjang lebar.

"Itu bangsat buat gue." Pekik Yura sambil terus merutuki dirinya karena benar-benar takut dengan laju motor yang Seungyoun kendarai dan harus semakin mengeratkan lengannya pada perut Seungyoun.

"Kok bisa?" Tanyanya dengan seulas senyuman yang dapat Yura lihat dari pantulan kaca spion.

"Gue tuh ya bingung aja, lo kayak bukan Seungyoun yang gue kenal. Lo kayak Seungyoun dari masa depan yang terkesan manis dan dewasa, tapi gak mungkin juga sih."

[2] Time Lapse | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang