Problems

993 109 18
                                    

"Yura maaf, mungkin untuk pertemuan selanjutnya biar saya saja yang masuk."

Kalimat itu terus mengganggu kesadaran Yura di sepanjang jalan. Ternyata mahasiswanya berhasil membuat Yura kehilangan pekerjaannya hanya karena berita palsu tempo hari. Shit!

Seharusnya Yura meminta Seungyoun untuk menjemputnya saja tadi, agar ia tak perlu menahan rasa sakit yang mendera kepalanya saat harus konsentrasi pada hiruk pikuk jalanan.

Bipppp!

Jantung Yura berdegub amat sangat kencang saat tungkainya harus menginjak pedal rem dengan mendadak.

Mungkin jika telat satu detik saja Yura menginjak pedal rem, orang yang ada di depan mobil itu sudah terpental cukup jauh.

Yura mengangkat kepalanya perlahan seraya mengontrol jantungnya yang berdegub amat sangat cepat. Namun, ketika ia menyadari seseorang yang hampir ia tabrak adalah seseorang yang tak pernah ingin Yura harapkan kehadirannya, membuat jantung Yura malah berdegub sepuluh kali lipat dari sebelumnya.

Yura meringis, menyesal karena harus refleks menginjak pedal rem. Seharusnya ia tak menginjak pedal rem tadi, seharusnya ia membiarkan wanita jalang itu tewas dihadapannya.

"Mrs. Cho?"

Yura terkesiap saat suara menjijikan itu menyambagi pendengarannya, karena tiba-tiba saja wanita itu sudah berada di samping mobil Yura yang kebetulan kaca mobilnya terbuka.

Yura buru-buru menolehkan kepalanya dan memberikan senyuman palsu pada wanita itu.

"Are you okay Jennie?" Tanya Yura. "I'm so sorrㅡ"

"It's ok Mrs. Cho." Sahut Jennie. "Long time no see Mrs. Cho, gak nyangka kita bisa ketemu lagi. Where's Seungyoun?"

Yura mendengus, enggan untuk merespon pertanyaan dari Jennie, bahkan ia sudah berniat untuk tak merespon pertanyaan Jennie yang bersangkutan dengan Seungyoun.

Namun baru saja ia mengukuhkan niatnya, pertanyaan Jennie yang selanjutnya membuat Yura begitu tertampar karena harus mengingat sesuatu yang tak pernah mau ia ingat lagi.

"Surat dari aku udah sampai ke Seungyoun, kan?"

Yura terdiam sejenak, lantas menjawab pertanyaan Jennie seraya menahan emosinya. "Kalo udah, terus lo mau apa? Mau minta balesannya? Atauㅡ"

"Lo?!" Jennie tersenyum kecut saat menjeda kalimatnya sejenak. "Oke! Oke kalo lo mau gitu, gue juga bisa berlaku lebih gak sopan sama lo!"

Yura mendelik ke arah Jennie. "Lo mau apa lagi sih Jen? Inget! Hubungan lo sama Seungyoun udah putus, gaada hubungan apa-apa lagi!"

"Pardon? What are you talking about?! Tentu aja gue masih punya hubungan sama Seungyoun."

Yura meringis mendengar kalimat Jennie. "Ck! Gila lo."

"Hey! Lo yang gila Yuraaa! Lo yang nyebabin hidup gue hancur sehancur-hancurnya!" Seru Jennie dengan emosi yang meluap-luap.

Yura terkekeh. "Guee?? Gue kata loo?" Yura menjeda kalimatnya seraya memberi tatapan tajam pada Jennie. "Asal lo tau ya, yang buat hidup lo hancur tuh lo sendiri, Jennie."

"Shut up your fucking mouth!" Bentak Jennie. "Apa maksud lo bilang kaya gitu??!"

"Lo sendiri yang ninggalin Seungyoun ke luar negeri karena takut sama orang tua lo. Kalo lo emang sayang sama Seungyoun, lo bakal nolak apa keinginan orang tua lo Jen dan lebih milih Seungyoun. You're so stupid!"

Jennie terdiam, bungkam seribu bahasa. Sementara tatapannya semakin tajam menusuk kedua iris Yura.

"Dan sekarang lo mau rebut Seungyoun dari gue? Setelah semua hal yang lo lakuin ke Seungyoun?!" Bentak Yura. "Gak Jenn!! Lo gak akan pernah bisa! Never!!" Tambahnya bersamaan dengan melesatnya mobil yang ia kendarai, meninggalkan Jennie begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] Time Lapse | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang