The Letter

1.3K 279 64
                                    

Pertemuan adalah sebuah permulaan, tetap bersama adalah perkembangan, bekerja sama adalah keberhasilan, dan dalam pernikahan lah semuanya akan tercakup dengan sempurna.

Menyatukan dua insan yang berbeda prinsip memang bukanlah hal mudah. Namun dengan cinta semuanya akan terasa mudah, karena mencintai seseorang akan memberikan kekuatan, pun dicintai akan memberikan keberanian.

Itulah yang selalu menjadikan Yura kuat dalam menghadapi segala rintangan, ia percaya kalau dengan cinta maka semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Namun kenyataannya, cinta juga yang membuatnya terkadang harus menelan getir kepahitan hingga membuatnya lemah tak berdaya.

Seharusnya hari ini menjadi hari yang paling berkesan dalam hidup kedua insan yang tengah menggenggam tangan mereka satu sama lain di altar indah nan menawan. Tapi sayangnya, Seungyoun tak dapat menyeruakkan kebahagiannya agar hari ini dapat amat sangat berkesan, karena perasaan khawatirnya lebih mendominasi dibandingkan kebahagiaannya.

Bagaimana tidak? Dua hari sebelum hari pernikahan, Yura jatuh sakit. Ketika mendekati hari-hari pernikahannya ia semakin was-was dan takut, apalagi setelah menemukan foto Jennie yang tersemat dalam dompet Seungyoun. Yura semakin tak dapat mengendalikan pikiran buruknya.

"Kamu masih kuat gak yur??" Bisik Seungyoun saat merasakan tangan Yura yang semakin dingin.

"Kuat kok, aku udah minum obat tadi sebelum akad." Balas Yura dengan suara seraknya.

"Udah aku bilangin sih suruh ke dokter malah gak mau. Coba kalo ke dokter, kamu bakal sehat sekarang." Omel Seungyoun seraya menatap Yura intens. "This is our big day, you must be stay healty babe."

Yura membalas tatapan Seungyoun dan tersenyum amat manis. "I see youre healthy already made me feel healthy. Stay healty my husband "

"Oh my god so cute! Oke my wife." Ucap Seungyoun sambil mencubit hidung Yura jahil. "What a beautiful princess, why youre so beauriful?!"

"This beautiful only for you, youn."

Seungyoun tiba-tiba mencengkeram dadanya. "Lama-lama aku yang sakit nih."

"Lah kok?" Yura kebingungan.

"Kamu buat jantung aku makin gak sehat sihhh."

Yura merotasikan bola matanya dengan malas. "Yeuuu, digituin doang juga."

"Eheee. Eh, yurr aku mau ke kamar mandi dulu yaa, bentaran kok, mumpung tamunya juga belum pada dateng kan."

"Iyaaa, jangan lama-lama. Bisa mati aku."

"Kok mati?" Sekarang giliran Seungyoun yang kebingungan.

"Kan menanggung beban rindu younn, kalo terlalu berat bisa mati aku."

"Ishhh gemayyy, iya sayangkuuu bentar yaaa." Ucap Seungyoun seraya membelai rambut Yura sebelum pergi meninggalkannya.

Yura menghembuskan napasnya perlahan, berusaha menguatkan dirinya, meyakinkan kalau dirinya dapat menjalani acara sakral ini hingga akhir.

Baru saja keyakinan itu terpatri dalam hatinya, tiba-tiba harus hancur dan runtuh saat kedua irisnya mendapatkan presesnsi Jennie yang tengah berjalan ke arahnya.

Baru saja keyakinan itu terpatri dalam hatinya, tiba-tiba harus hancur dan runtuh saat kedua irisnya mendapatkan presesnsi Jennie yang tengah berjalan ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Time Lapse | Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang