Dear: 17

4.4K 510 9
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

"Dear?" Gumam Taeyong sembari memeluk Jisoo erat. Ya mereka sudah berada di kediaman Kim. Lebih tepatnya di kamar Jisoo.

Sedangkan Minho sedang dibawa ke ruangan dan entah sedang diberi penjelasan apa. Yang jelas kedua orang tua Jisoo dan Taeyong berada di salah satu ruangan di kediaman Kim tersebut.

"Kau tidak apa?" Tanya Jisoo sembari menarik wajah Taeyong dan menatapnya lekat. Ternyata terdapat banyak lebam di sana.

"Aku tidak apa." Jawab Taeyong setelah mendaratkan sebuah kecupan di pipi basah Jisoo. Ya gadis itu terus saja menangis melihat keadaan Taeyong. Padahal lukanya tidak terlalu parah, hanya beberapa lebam di bagian tubuhnya.

"Kau terluka." Gumam Jisoo lirih sembari kembali memeluk Taeyong.

Helaan napas pelan terdengar dari Taeyong yang terlihat mengusap surau panjang Jisoo. "Aku tidak apa. Justru kau yang terluka." Balasnya dengan nada sendu.

Jisoo hanya bergumam lirih, "Aku tidak apa-apa."

"Maaf." Gumam Taeyong pelan sebelum berubah hening.

"Maaf aku terlambat menolongmu. Aku salah perhitungan. Aku tidak tau jika itu hanya jebakan untuk menculikmu." Imbuhnya lirih sembari menguburkan wajahnya lebih dalam di lekukan leher Jisoo.

"Bukan salahmu, yang terpenting kau sudah datang menolongku."

"Tetapi aku terlambat, buktinya kau terluka."

"Tidak. Kau tidak terlambat sama sekali." Bantah Jisoo dengan tangan yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku."

"Hmm."

"Sungguh maafkan ak-"

"Meminta maaf sekali lagi, aku akan menjahit mulutmu." Potong Jisoo dengan tangan yang menjewer bibir Taeyong.

Cup

"Kenapa tidak seperti ini saja?" Goda Taeyong setelah Jisoo menyingkirkan tangannya.

"A-apa-apaan kau!" Seru Jisoo dengan tatapan dibuat tajam.

Akan tetapi, menurut Taeyong tatapan itu malah terlihat sangat menggemaskan. Taeyong merasa ingin menciumi pipi chubby milik Jisoo.

"Taeyong!" Seru Jisoo seketika saat Taeyong menciumi seluruh wajahnya. Sedangkan orang yang diteriaki itu malah hanya tertawa kecil masih dengan kesibukannya itu.

---

Dilain sisi, kini Minho terlihat merenung dengan bukti-bukti yang terpampang di meja didepannya. Foto-fotonya sejak kecil sampai dia remaja. Foto-foto Jisoo yang dikirimkan padanya dulu. Apakah setelah ini dia bisa mengelak fakta jika orang yang paling dibencinya adalah orang yang juga sangat disayanginya sejak dulu? Lelucon macam apa yang Minho alami di kehidupannya ini?

Helaan napas lelah terdengar darinya setelah mendengarkan penjelasan keluarga Kim tersebut. Jujur Minho tidak tau apa yang harus dia lakukan setelah ini. Jelas aksi balas dendamnya gagal total. Keluarga yang dia tuju untuk menjadi korban balas dendamnya malah keluarga yang merawatnya sejak kecil. Menyesal? Ya dia ingin merasakan itu sekarang dan memutar waktu saat dia belum diadopsi.

Akan tetapi, jika memikirkan hal yang dia dapat selama diadopsi, tidak mungkin dia akan bisa sampai pada titik ini. Titik di mana dia bisa berdiri sendiri untuk balas dendam. Ya meskipun tujuannya salah, tetap saja dirinya yang sekarang adalah hasil dari didikan keluarga Kim. Jadi, jika dikatakan menyesal pun, dia sedikit ragu. Karena sejak awal Minho sendiri merasa sangat bahagia selama hidup dalam asuhan keluarga Kim.

"Jadi, bisakah kau memaafkan kami dan memulai kehidupan baru bersama kami?" Pinta Nyonya Kim dengan suara lirih penuh harap.

"Bukankah seharusnya kalian menjebloskanku ke penjara? Aku hampir membunuh anak kalian." Gumam Minho dengan nada tersirat kesinisan. Ya bagaimanapun dia masih belum menerima semua kenyataan di depannya itu.

"Kami mengerti kemarahanmu. Jadi, bisa kita kesampingkan masa lalu dan membangun masa depan yang baru? Meskipun masa lalu itu tidak akan pernah hilang." Ucap Tuan Kim kini ikut membujuk Minho.

"Kau akan menjadi keluarga kami. Bukankah kau sangat ingin bertemu dengan adik manis sejak dulu. Dia sudah besar sekarang." Bujuk Nyonya Kim dengan senyum diwajahnya.

"Dia akan mengerti." Imbuh Tuan Kim seolah mengerti tatapan ragu di mata Minho. Ya bagaimanapun dia baru saja mencoba membunuh Jisoo. Kemungkinan Jisoo tidak mau menemui Minho sangatlah besar.

"Kita bicarakan semua ini baik-baik." Imbuh Tuan Kim dengan senyum menenangkan.

---

Satu tahun kemudian...

"Sedang bahagia?" Tanya Taeyong sembari menatap Jisoo yang sedang bersender dipundaknya.

"Hmm. Kak Minho bertunangan dengan anak Bibi Song." Jelas Jisoo dengan senyum manis setelah membaca pesan dari kakaknya itu.

Ya Minho menerima permintaan keluarga Kim untuk membangun masa depan baru. Akan tetapi, pria itu memutuskan untuk kembali ke London setelah tinggal selama enam bulan dengan keluarga Kim di Korea. Katanya dia ingin menemui Bibi Song yang selama ini merawatnya. Pasti wanita itu sangat senang mendengar kabar kembalinya. Kini malah tiba-tiba Jisoo mendapat kabar jika kakaknya itu bertunangan dengan anak Bibi Song yang bisa dikatakan adik Minho selama mereka tinggal bersama di sana. Ya takdir memang tidak ada yang bisa menebak bukan?

"Lalu kapan kita akan bertunangan?" Goda Taeyong sembari tersenyum menggoda.

"Kita baru kuliah."

"Ya usia yang cukup untuk menjalin sebuah hubungan yang serius bukan?"

"Siapa yang membuat kata-kata seperti itu?"

"Aku. Baru saja."

"Ck, menyebalkan." Dengus Jisoo dan langsung mencubiti pinggang Taeyong yang malah hanya tergelak.

Dilain sisi, ada segerombolan orang yang menatap pasangan kekasih yang sedang duduk di taman itu dari jauh.

"Tidak ingin seperti mereka?" Tanya Yuta dengan pandangan fokus ke arah dua sejoli yang terlihat seolah dunia milik mereka berdua.

"Seperti kau sudah." Balas Jaehyun jengah.

"Hey, jangan salah. Kami semua sudah memiliki pasangan. Hanya kau yang belum." Timpal Ten dengan wajah sombongnya yang diangguki oleh ketiga pria lainnya. Ya siapa lagi jika bukan Yuta, Doyoung, dan Eunwoo yang memang sudah memilki gandengan.

"Hmm. Sekolah sudah baru. Kapan status menjadi baru?" Imbuh Doyoung sembari menyenggol bahu Jaehyun pelan.

"Entahlah. Tanyakan saja padanya." Gumam Jaehyun sembari menunjuk satu-satunya gadis yang bersama mereka dengan dagunya. Sedangkan yang ditunjuk seketika melengos saat merasa semua pandangan mengarah padanya.


"Kau yang harus bertindak cepat!" Timpal Eunwoo dengan decakan selaku sepupu gadis itu.

"Kurasa aku sudah sangat bertindak cepat." Balas Jaehyun dengan seringaian samar.

"Jadi, kau yang menolaknya Rose?!" Seru Eunwoo seketika dengan wajah kaget bukan main. Ya sama seperti wajah ketiga orang lainnya. Jelas mereka tidak menyangka jika Jaehyun akan mendapat penolakan setelah sekian lama mengejar Rose.

"Dia mengajakku menikah. Bagaimana aku tidak menolaknya?!" Desis Rose kesal sembari beranjak berdiri dan berjalan mendekati sahabatnya, Jisoo.

"Ck, itu kau yang terlalu cepat!" Seru Eunwoo dengan decakan kesal. Lah baru masuk kuliah sudah diajak menikah.

"Aku ingin serius." Bela Jaehyun tidak mau disalahkan.

"Jadikan kekasih saja dulu dan buktikan keseriusanmu selama itu." Nasihat Ten sembari menyesap minumannya dengan santai.

---

Tbc

P: 31 Agustus 2019

Dear  ::✓::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang