Dear: 16

3.9K 493 4
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

"Bunda." Gumam Jisoo dengan tatapan terpaku.

"Bun...da?" Beo Minho sembari mengalihkan tatapannya ke arah Jisoo.

Brak!

"Sialan." Umpat Minho dan langsung melesat keluar ruangan itu setelah tatapannya melihat layar di belakangnya sekilas. Taeyong sudah berhasil memasuki area depan gedung.

"Urusan kita belum selesai!" Desis Minho dengan tatapan tajam sebelum menghilang dibalik pintu.

"Ayah Bunda! Kalian di mana?" Tanya Jisoo dengan napas terengah. Ya usahanya membebaskan diri belum membuahkan hasil sama sekali. Dia tidak bisa terlepas dari jeratan tali di sekujur tubuhnya.

"Dear, sebentar lagi kita sampai. Kuharap kau baik-baik saja sampai kami tiba di situ." Ucap Tuan Kim menenangkan putri semata wayangnya. Sedangkan Nyonya Kim sudah menangis dalam diam di samping sang suami. Ini semua masalahnya, tidak seharusnya putrinya terseret ke dalam masalah di masa lalunya.

"Bagaimana kalian bisa tahu?"

"Taeyong menghubungi ayahnya dan kami setelah tahu siapa yang menculikmu." Jelas Tuan Kim dengan wajah dibuat setenang mungkin. Ya sambungan telepon mereka memang tidak terputus. Mereka masih bisa memantau putri mereka yang terkurung. Akan tetapi, mau bagaimanapun itu, melihat keadaan Jisoo yang terikat membuat rasa cemas mereka semakin meningkat seiring waktu.

---

"Aku memang tidak berniat menyembunyikan jati diriku." Gumam Minho sembari menonton Taeyong dan anak buahnya yang menyerang beberapa orangnya yang menjaga pintu masuk gedung.

"Tetapi kuakui tindakannya sangat cepat. Pilihannya untuk menghubungi para orang tuanya juga sangat tepat. Membuat rencanaku semakin mudah." Imbuhnya dengan seringaian kembali muncul.

"Tambah orang lagi jika mereka berhasil dikalahkan. Buat tamu kita lelah dulu." Perintahnya pada tangan kanannya yang langsung mengangguk patuh.

"Mari kita urus gadis kecil itu lagi." Gumam Minho bermonolog.

---

"Sial!"

Entah itu umpatan keberapa yang Taeyong lontarkan. Orang yang dia hajar seolah tidak ada habisnya. Selesai mereka membereskan beberapa orang, muncul lagi orang baru. Jika seperti ini terus-menerus, bisa-bisa tenaga Taeyong habis hanya untuk membuka jalan masuk.

"Papa di perjalanan. Kau membutuhkan orang-orang Papa? Lima menit lagi mereka sampai." Ucap Tuan Lee tanpa basa-basi saat Taeyong baru menghubungi pria itu.

"Lima menit terlalu lama." Gumam Taeyong sembari menangkis serangan orang di depannya.

"Ck, satu menit." Dengus Tuan Lee yang membuat Taeyong mengangguk. Padahal ayahnya itu tidak akan bisa melihatnya. Setelahnya sambungan telepon diputus begitu saja oleh Tuan Lee yang terdengar sibuk berkendara.

"Kuharap kau baik-baik saja, Dear." Gumam Taeyong sembari berusaha mengambil jalan masuk ke gedung besar di depannya.

---

Dear  ::✓::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang