Suara pagar besi terdengar, Riana yang baru keluar rumah menutup kembali pagar hitam dirumahnya. Tidak lama suara pagar lain terdengar. Riana membalikkan tubuh, melihat ke sumber suara yang berada tepat di depannya.
Seorang lelaki dengan tas ransel tergantung dibahu kirinya sedang menutup pintu pagar rumah yang sejak lima bulan lalu kosong tak berpenghuni.
"Pagi, Mas?" Kata Riana bersikap ramah seperti biasa.
Lelaki bertopi hitam itu menoleh ke arah Riana yang dibalas senyuman oleh gadis tersebut. Namun hanya beberapa detik lelaki itu memalingkan wajah lalu berjalan tanpa membalas sapaan Riana.
Kernyitan tebal muncul dikening Riana. Baru kali ini ia bertemu warga baru yang enggak bersahabat seperti lelaki tadi. Biasanya walaupun hanya balasan singkat "iya" dengan senyuman tipis ia dapatkan ketika menyapa. Apalagi orang-orang baru, harusnya mereka lebih ramah pada penduduk lama 'kan?
Riana memperhatikan lelaki dengan ransel cokelat yang juga membawa tas tabung dipunggungnya. Tinggi tegap, sepertinya tinggi Riana hanya sebatas ketiaknya.
"Mas, mau kerja atau kuliah?" Tanya Riana yang sudah berjalan disisi lelaki tersebut.
Jangankan menjawab pertanyaan Riana, melirik saja tidak. Lelaki bertopi hitam dengan gaya berpakaian casual itu terus berjalan, ia seolah tak melihat kehadiran Riana disampingnya.
Sombong amat sih ini orang
Riana berdeham. Menarik tali bucket bag yang menggantung di bahu kanannya. "Saya tinggal didepan rumahnya, Mas loh. Anaknya pak RW," Kata Riana sengaja menekankan kalimat terakhirnya. Seolah ia menegaskan bahwa ia orang lama yang tinggal disana yang perlu dianggap keberadaannya. Dan sepertinya kalimat itu berhasil membuat lelaki itu memperhatikan Riana. Ia yang berhenti melangkah ia memutar tubuhnya menghadap Riana. Senyum manis langsung Riana berikan untuk lelaki yang menjulang didepannya.
"Aku Riana, Mas nam-"
"Edo!" teriak si lelaki, satu tangannya melambai tinggi. Tentu saja Riana kaget, tapi lebih kaget ketika lelaki itu berjalan melewatinya tanpa menjawab pertanyaannya. Riana tak dihiraukan, lelaki itu pergi begitu saja menghampiri seorang lelaki yang duduk diatas motor vespa.
Riana yang masih melongo dengan tangan kanan yang terulur memperhatikan kepergian lelaki itu sampai tak terlihat pandangannya. Matanya beralih ke telapak tangannya, mulutnya berdecak kesal karena untuk kali pertama keramahannya ditolak mentah-mentah.
---
Halo, selamat datang dicerita baru.
Semoga kalian suka dan betah bacanya.
Sampai ketemu di bab selanjutnya 😉Jangan lupa, pencet tombol bintangnya dan isi kolom komennya.
See you.
Dari yang penuh semangat,
gikel 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
halo tetangga
General FictionKampung beringin menjadi saksi bisu lahir dan besarnya Riana, gadis 24 tahun anak ketua rukun warga 06. Menjadi anak dari ketua RW membuat Riana dikenal oleh warga, apalagi parasnya yang manis dan sikapnya yang ramah pada setiap warga membuat ia dis...