3

4.1K 808 89
                                    

Ke ruangan saya

Riana menyiampan ponselnya usai membaca pesan dari Agung. Ia yang baru saja dari kantin bergegas naik ke lantai lima tempatnya bekerja. Riana enggak tau apa yang terjadi sampai Agung memanggilnya, setahunya tugasnya sudah ia laporkan pada Agung. Di dalam lift berisi 5 orang tersebut Riana menerka-nerka apa yang akan Agung bicarakan.

Sampai di lantai lima, Riana masih memikirkan kesalahan apa yang ia lakukan. Di depan ruangan Agung ia berdiam diri, nggak langsung mengetuk pintu kaca tersebut.

"Masuk," perintah dari dalam ruangan membuat Riana kaget. Tanpa merasa ragu, Riana membuka pintu, senyumnya mengembang ke arah Agung yang memperhatikannya dari balik meja.

"Hai, Mas," sapa Riana sambil mengangkat tangannya. Agung hanya mengangguk kecil, Riana masuk dengan langkah hati-hati melihat wajah Agung yang serius.

"Duduk," katanya.

Riana menuruti perintah Agung. Begitu ia menempelkan bokongnya, Agung memutar laptop di depannya sampai menghadap Riana. Riana bingung, matanya menatap Agung penuh tanya.

"Ini email Mas Agung?" tanya Riana.

"Buka email yang kamu kirim ke saya semalam," suruhnya.

Riana mengikuti perintah Agung tanpa banyak bertanya walaupun ia bingung. Dibukanya email yang ia kirimkan, begitu melihat dokumen apa yang ia tampilkan Riana memejamkan mata nggak sanggup melihat tatapan Agung.

"Maaf, Mas, salah kirim," kataku.

Dasar si bego.

Agung menatap Riana lekat, membuat gadis berambut kepang itu menunduk rendah, malu.

"Kirim dokumen yang saya minta," katanya.

"Iya, Mas." Riana bangkit dan pergi dari ruangan Agung dengan terburu-buru saking malunya.

🐔

Lembayung senja menjadi saksi pertemuan Esmeralda dengan kekasih hatinya, Zuratman. Dibawah pohon beringin keduanya melepas rindu setqelah 2 tahun tak bertemu. Bagian belakang gedung sekolah dasar lagi-lagi menjadi tempat keduanya memadu kasih. Zuratman dengan penuh kelembutan mencecap manisnya bibir Esmeralda, remasan dibokong indah Esmeralda membuat perempuan berdarah Spanyol itu mengaduh nikmat...

Riana menggacak rambutnya berulang kali, berantakan jelas tapi lebih berantakan harga dirinya. Turun sudah nilainya sebagai gadis lugu yang riang nan santun. Agung pasti sudah mencapnya sebagai gadis jomlo berotak mesum. Kurang lebih seperti itu pikiran Riana.

"Kenape lo?" tanya Saras yang baru keluar dari pantry.

Riana mengangkat kepalanya dari atas meja. "Nggak apa-apa, cuma gatel aja kepala gue," kata Riana sambil menggaruki kulit kepala yang nggak gatal sama sekali.

Jangan sampai si Saras tau kelakuan gue di dunia maya.

"Belum keramas berapa hari lo?" ledeknya.

"Empat hari," balas Riana berbohong. Enggak apa-apa dianggap jorok daripada ketahuan mesum.

"Ish, jorok lo," kata Sarah. "Nyalon yuk, Ri," ajaknya. Kedua alisnya naik turun merayuku.

"Dimana?" tanya Riana bersemangat.

"Rengganis aja yang dekat," jawab Saras.

Riana menatap Saras malas. "Iya dekat, dekat sama kos-kosan lo, ke rumah gue jauh banget itu," kata Riana tanpa ekspresi.

Sarah terkekeh. "Mau enggak?" tanyanya.

"Ya udah," jawab Riana.

"Riana." Suara yang nggak asing di telinga membuat Riana menepuk keningnya.

halo tetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang