Angga yang sedang menonton televisi bersama ibu kaget ketika sebuah tas jatuh kepelukannya. Laki-laki 33 tahun itu menoleh, dilihatnya sang adik datang dengan wajah cemberut. Ingin bertanya tapi ia tahan, khawatir adiknya yang tampak kesal itu menyemburkan amarah padanya.
Riana, si pelaku pelempar tas menjatuhkan diri ke sofa. "Nyebelin banget!" omel Riana. Ibu dan Angga saling berpandangan nggak mengerti pada siapa Riana kesal.
"Orang baru kok songong, mentang-mentang ganteng!" oceh Riana lagi. Ibu dan Angga masih diam mendengarkan.
"Lo kenapa berangkat sendiri," suara Abi yang baru keluar kamar membuat Angga dan ibu menoleh, kedua orang itu sudah memberi isyarat agar Abi diam tapi percuma. Abi yang kesal sudah terlanjur mendekati Riana lalu menyentil keningnya.
"Apaan sih lo Bang!" bentak Riana, Abi kaget. "Sakit tau gak!" sambung Riana. Gadis itu langsung mengambil tas yang masih berada di pelukan Angga sambil mengoceh kesal Riana pergi menuju kamarnya.
Angga berdecak sambil menatap Abi, sedangkan ibu yang pergi menyusul Riana menjitak kepala Abi sekilas. "Bikin ribet aja kamu," kata ibu sambil berlalu.
"Kenapa sih, Bang," tanya Abi ada Angga
"Adik lo lagi kesal sama orang," jawab Angga.
"Sama siapa?" Abi bereaksi, ia paling nggak terima kalau adiknya diganggu orang.
Angga menggeleng, saat Riana menyebut orang baru tebakan Angga mengarah pada tetangga depan rumahnya, tapi karena baru dugaannya ia enggak berani mengatakannya, apalagi pada Abi yang terlalu reaktif.
"Masa lo gak tau sih Bang," kata Abi.
"Ya emang enggak tau, dia sampai rumah udah ngomel-ngomel, ditambahin lo sentil jidatnya, tambah ngamuk lah dia," kata Angga yang pergi sambil melempar bantal sofa ke arah Abi.
🐔
Riana sampai di kamar dan langsung menanggalkan kemeja yang sudah bau keringat, Riana duduk di depan cermin, mengambil kapas untuk membersihkan wajahnya.
"Udah makan belum?" tanya Ibu dari depan pintu.
"Udah dong, tadi ada yang traktir Riri makan di kantor," jawab Riana
"Yah, ibu masak oseng-oseng cumi kesukaanmu loh," kata ibu.
Riana menoleh, matanya berbinar mendengar oseng cumi. "Mau," katanya, kapas yang berubah warna di lemparkannya begitu saja. "Nasinya anget 'kan bu?" tanya Riana sambil mengajak ibunya menuju ruang makan.
"Anget, cuminya juga baru ibu masak tadi sore, abangmu pada enggak tau," kata ibu berbisik. Abi memandangi keduanya yang menuruni tangga, curiga dengan bisik-bisik yang ibu dan adiknya lakukan, perlahan Abi mengikuti dari belakang.
"Kenapa lo?" tanya Angga yang berdiri didepan kulkas pada Abi, gelas bekas minum diletakannya diatas kulkas.
Ibu dan Riana yang enggak menyadari ada Abi di belakang mereka menoleh bersamaan.
"Mereka mencurigakan, Bang," kata Abi. Riana memutar bola matanya, kesal.
"Lo kenapa sih Bang, enggak bisa liat gue senang dikit, mau makan cumi oseng aja digang...
"Cumi oseng?" Angga melirik ibu. Ibu membuang muka ke arah lain. Angga, Abi dan Riana begitu menyukai cumi oseng buatan ibu, ketiganya enggak akan melewatkan masakan yang satu itu. Seperti Abi yang sekarang sudah mencuri start membuka tudung saji yang ada di meja makan.
"Mana? Kok enggak ada?" tanyanya saat melihat hanya ada nasi dan bakwan jagung dimeja.
Riana menarik salah satu kursi, melipat tangan diatas meja, senyumnya mengembang, laiknya ratu ia duduk manis menunggu makanan kesukaannya dihidangkan. "Cumi osengmya cuma buat akuh," katanya sok imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
halo tetangga
Fiction généraleKampung beringin menjadi saksi bisu lahir dan besarnya Riana, gadis 24 tahun anak ketua rukun warga 06. Menjadi anak dari ketua RW membuat Riana dikenal oleh warga, apalagi parasnya yang manis dan sikapnya yang ramah pada setiap warga membuat ia dis...