Mata Riana bergerak gelisah. Sebentar melirik Abi, sebentar melirik Agung yang ada di depannya. Dua lelaki yang duduk berhadapan itu saling menatap, Riana enggak tahu apa yang keduanya pikirkan. Bayang perkelahian keduanya di waktu lalu menimbulkan rasa takut bagi Riana. Tangannya bergerak maju, mengambil vas bunga yang menjadi pajangan di meja ruang tamu.
Bahaya kalau sampai ini jadi senjata.
Riana berdeham sekedar membuang ketegangan yang tercipta. "E-emm Mas Agung---"
"Enggak usah pake Mas juga kali, Ri," sela Abi.
"Ish, dia atasan aku Bang," bisik Riana.
"Ini rumah bukan kantor," balas Abi.
Riana berdecak. Ucapan Abi benar, enggak ada salahnya, tapi tetap aja Riana perlu menjaga kesopanannya.
"Bukannya saya udah bilang, jauhi Riana." Riana memejamkan matanya. Dia bukan nyari gue, Bang.
"Saya cari Zahira," Jawab Agung.
Abi menoleh ke adiknya, menanyakan kebenaran dari ucapan tamunya.
"Tadi datang-datang juga nanya Zahira," bisik Riana.
"Dia disini 'kan?" tanya Agung
"Emang ada apa sih Mas nyari Zahira kok samapi sini?" Riana balik bertanya.
"Kamu teman dekatnya jadi tujuan utamanya pasti rumah kamu," sahut Agung.
"Ri... Pinjam handuk bersih ya---" Riana belum menyelesaikan ucapannya, ia terkejut melihat lelaki yang duduk berhadapan dengan Abi.
Agung menoleh, menghela napas sebentar lalu bangkit berjalan menuju Zahira. Riana ikut bangun dari tempatnya, ia harap dugaannya salah, kalau sampai benar enggak perlu bantuan Abi , Riana bisa seorang diri menghajar Agung saat ini juga.
"Ayo pulang," Ajak Agung begitu berhadaapn dengan Zahira, tangannya terulur hendak menyentuh Zahira.
"Zahira biar menginap disini." Abi mengeluarkan suara.
Helaan napas Agung kembali terdengar. Riana masih diam mengamati situasi walaupun hatinya berdebar juga menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi.
"Dia adik saya, saya berhak bawa dia pulang," kata Agung.
Tuh 'kan! Emang kampret! ,Batin Riana. Ia sudah menduga sejak kedatangan Agung yang tiba-tiba menanyakan Zahira tadi. Namun ia masih berharap dugaannya salah, karena ia yakin Agung enggak mungkin sejahat itu sampai menyuruh Zahira menggugurkan janin enggak bersalah itu. Tapi keyakinannya salah, enggak salah dulu abangnya memberikan bogem mentah pada Agung.
"Jadi Mas Agung kakaknya Zahira? Yang nyuruh Zahira gu---"
"Ri!" sela Zahira, matanya bergerak melirik Abi membuat Riana menggigit bibir bawahnya begitu menyadari isyarat Zahira.
"Mas, Za mau nginep disini dulu, semalam aja Mas," Pinta Zahira.
"Enggak, pulang sekarang," kata Agung tegas. "Jangan bikin malu, Za," Bisik Agung.
Riana dan Abi masih memperhatikan interaksi Agung dan Zahira. Kakak beradik itu terlibat percakapan yang hanya diketahui keduanya. Menajamkan telinga pun enggak membuat Riana bisa mendengar bisik-bisik mereka.
"Zahira punya kakak, Ri?" tanya Abi tanpa memutus pandangan pada kakak adik tersebut.
"Punya, tapi ade baru tau kalau kakaknya itu mas Agung," jawab Riana.
"Bang, pokoknya malam ini Zahira harus tidur disini, Riri enggak mau tau gimana caranya, mau kakak jotos lagi juga enggak apa deh," bisik Riana. Ia khawatir Agung membawa Zahira ke klinik aborsi untuk mengakhiri kehamilan kawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
halo tetangga
Ficção GeralKampung beringin menjadi saksi bisu lahir dan besarnya Riana, gadis 24 tahun anak ketua rukun warga 06. Menjadi anak dari ketua RW membuat Riana dikenal oleh warga, apalagi parasnya yang manis dan sikapnya yang ramah pada setiap warga membuat ia dis...