10

2.6K 548 44
                                    

Jaman sekarang orang sering banget bikin prank. Menurut pelaku, itu seru ... Tapi buat korbannya kadang enggak seseru itu, bikin jantungan iya. Sebenernya dari dulu orang usil udah ada, cuma sekarang namanya jadi berubah. Lebih keren ... tapi lebih gila usilnya. Beberapa orang jadi waspada, kalau ada sesuatu yang mencurigakan berpikirnya, ini prank 'kan. Kayak Riana, menurutnya Zahira sedang mengerjainya. Gadis itu mengecek tubuh Zahira, takutnya ada kamera tersembunyi yang merekam ekspresinya.

"Apaan sih, Ri," Protes Zahira saat Riana meraba anggota tubuhnya.

"Kali aja lo udah jadi youtuber terus ngerjain gue," sahut Riana.

"Gendeng," balas Zahira.

"Lo yang gendeng, tau-tau nonggol di rumah gue  bilang kalau hamil, kalau emang hamil lo ke rumah bapaknya aja, minta tanggung jawab," ucap Riana.

Zahira mendorong Riana, matanya menatap galak. Ia lalu berjalan menuju ransel miliknya, mencari sesuatu disana. Enggak lama ia melemparkan barang yang ia keluarkan dari ransel ke arah Riana.

Tepat di pelukan Riana benda itu mendarat. Sebuah plastik kemasan yang sudah sobek bagian atasnya, Riana mengernyitkan dahi, ia belum pernah menggunakannya, tapi ia tahu kemasan apa itu. Takut-takut ia mengeluarkan sebuah stick dari sana. Garis dua jelas terpampang disana.

"Ini beneran? Punya lo?" Ragu Riana bertanya.

"Tadi pagi gue test, harusnya minggu lalu gue udah datang bulan, Ri," jawab Zahira sendu.

"Ke rumah sakit aja yuk, Za, pastiin... Takut alatnya rusak," Kata Riana lembut.

Zahira tersenyum getir. Ia kembali merogoh ranselnya mengeluarkan enam testpack lainnya yang setelah Riana lihat semua hasilnya sama.

Riana terduduk di pinggir kasur, sedangkan Zahira dududk didepan meja rias. Sesekali Riana  melihat Zahira yang mengusap wajahnya dengan gelisah.

"Siapa aja yang udah tahu?" tanya Riana, sebenarnya berbagai macam pertanyaan sudah ada di otak Riana, hanya binggung harus yang mana dulu ia tanyakan. Menanyakan siapa bapaknya sepertinya terlalu berat di lidah Riana.

"Kakak gue dan lo." Jawaban Zahira membuat Riana meneguk liur. Berani sekali kawannya itu memberitahukan saudara laki-lakinya terlebih dahulu. Kalau itu terjadi pada Riana sudah di masukkan ke minyak panas ia oleh kakak-kakaknya.

"Terus?"

Zahira diam sejenak. "Disuruh gugurin," jawabnya pelan.

Si bangsat.

Riana memejamkan mata, menahan kata-kata kasar enggak terucap. Cukup dihatinya ia memaki kakak Zahira yang belum ia kenal itu. Riana tahu perbuatan Zahira salah  tapi menghilangkan nyawa juga lebih berdosa.

"Kakak lo pasti kaget Za," kata Riana mencoba berpikir positif. "Jadi asal nyeletuk," lanjutnya.

Buangan napas Zahira terdengar berat.

"Lo sendiri maunya gimana?" tanya Riana.

Cukup lama Zahira bungkam, sampai akhirnya ia bicara. "Enggak tau," jawabnya lesu. Matanya menatap langit-langit kamar berusaha menahan bendungan airmata agar tidak jebol.

"Kalau gue bilang bapaknya siapa, kakak gue enggak nyuruh gue gugurin, Ri," Lanjutnya.

"Nah ya bener itu, lo tinggal bilang, Za, biar dia tanggung jawab," sahut Riana antusias

"Gue enggak tau bapaknya siapa?"

"Eh?!" Riana kaget. Ini maksudnya apa? Ini bocah mantap-mantap sama banyak cowok? Zahira? Si gadis baik-baik ini? Masa sih? Enggak mungkin ah.

halo tetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang