"Enggak usah," tolak Riana untuk kesekian kalinya saat Abi membujuk Riana agar bersedia diantar olehnya.
"Nanti kalau ada apa-apa gimana?" kata Abi yang mengekori Riana, jaket serta kunci motor sudah ia genggam.
Riana memutar badan tepat didepan gerbang. "Orang lain juga berangkat kerja naik angkutan umum baik-baik aja, Bang," kata Riana lalu mendorong pintu pagar. Tak disangka pandangannya bertemu dengan Radi, ia jadi salah tingkah melihat lelaki itu. Malu, karena wajah masamnya terlihat oleh Radi.
"Mau berangkat, Ri?" tanya Radi
Wajah kaget Riana enggak bisa disembunyikan, ia enggak menyangka akhirnya untuk pwrtama kali Radi bertanya lebih dulu padanya.
"Iya," Jawab Riana, pelan.
"Ayo buru naik," kata Abi yang sudah mengeluarkan motor.
Riana mencebik kesal. "Bang, 'kan udah gue bilang gue mau berangkat sendiri," ucap Riana yang sedang menjaga emosinya dihadapn Radi.
"Enggak usah bikin masalah deh, buru naik." Abi mulai hilang kesabaran.
"Bukannya abang yang cari masalah duluan," balas Riana.
"Gimana kalau Riana saya aja yang antar?"
Riana dan Abi spontan menoleh ke arah Radi yang tiba-tiba saja menawarkan diri. Riana tentu saja senang tapi ia perlu menjaga gengsi, enggak mungkin ia langsung mengiyakan sambil jingkrak-jingkrak kesenangan.
"Kebetulan saya mau antar barang Kinan yang ketinggalan, kamu satu kantor sama dia 'kan Ri?" sambung Radi yang langsung api kebahagiaan dihati Riana padam begitu saja.
Abi melirik Riana , matanya seolah menunggu jawaban Riana. Walaupun malas sekali menjawabnya tapi akhirnya Riana memberikan anggukan kepala.
"Enggak 'ngerepotin?" tanya Abi
"Enggak, saya juga sekalian berangkat kerja," jawab Radi.
"Barangnya titip ke aku aja, nanti aku sampaikan ke Kinan," kata Riana menawarkan diri, sebenarnya dia malas, tapi setidaknya menghalangi pertemuan sepasang kekasih itu membuatnya sedikit berbahagia.
Radi diam sambil memandang ke arah Riana.
"Enggak usah lirik-lirik ade gue, Di," omel Abi.
Radi segera mengalihkan pandangannya. "Saya udah janji mau antarkan barangnya, kalau kamu enggak mau bareng sama saya enggak apa-apa," kata Radi.
Ih kok gitu sih! Gue mau kok, enggak mungkin gue buang-buang kesempatan berharga.
"Ya udah Ri, ayo buruan berangkat," ajak Abi.
"Ogah!" tolak Riana. "Mas Radi, Riana nebeng deh," ucap Riana sambil berjalan cepat menuju Radi yang sudah duduk diatas motor.
===
"Kamu tumben enggak mau diantar Abi?" tanya Radi.
Riana benar-benar sulit percaya Radi terus membuka percakapan dengannya. Sesuatu yang enggak pernah dibayangkan oleh Riana, ia pikir ia yang akan selalu mencari bahan obrolan ketika berhadapan dengan Radi tapi pagi ini benar-benar terjadi keajaiban.
"Biasanya emang enggak pernah mau, tapi dipaksa dan aku enggak bisa nolak," jawab Riana.
"Kenapa hari ini bisa nolak?" tanya Radi
Riana diam sebentar, ia masih menguasai diri dari keterkejutannya dari respon cepat Radi barusan.
"Karena lagi bete aja sama dia," jawab Riana, dia enggak ingin menceritakan detail masalah yang ada pada Radi yang belum lama ia kenal.
![](https://img.wattpad.com/cover/199184909-288-k328508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
halo tetangga
General FictionKampung beringin menjadi saksi bisu lahir dan besarnya Riana, gadis 24 tahun anak ketua rukun warga 06. Menjadi anak dari ketua RW membuat Riana dikenal oleh warga, apalagi parasnya yang manis dan sikapnya yang ramah pada setiap warga membuat ia dis...