- 2 -

785 44 0
                                    

Disinilah kami berdua,  duduk dengan kecanggungan sambil tak fokus menonton televisi.

Aku tetap setia memegang kotak yang diberikan teman-temanku padaku tadi, walau aku belum membukanya.

"Ekhem"
Seonghwa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Aku tetap diam.

"Jadi...apakah kamu lelah?" Tanyanya tentang hal yang sudah jelas.

"Tentu saja aku lelah. Berdiri dari siang sampai malam tidaklah mudah. Ditambah lagi dengan high heels yang aku gunakan, menyiksa" jawabku panjang lebar dengan nada kesal tidak jelas.

Seonghwa terkekeh.

Sepertinya aku salah bicara, atau bicaraku konyol? Bukankah dari dulu? - batinku.

"Iya juga, kaki mu terlihat kemerahan di beberapa daerah. Mau aku pijat?"

"Memangnya kamu tidak lelah?"

"Aku lelah, tapi aku tak apa asal kamu tidak lelah. Melihatmu melepas lelah sudah cukup membuatku melepas lelahku sendiri. Sini, aku pijat kaki kamu" dia menarik kakiku lembut dan memijatnya pelan.

Setelah selesai, kami kembali duduk bersandar pada papan belakang kasur.

"Ngomong-ngomong, kotak itu...apa isinya?"

"Ah! I-ini, a-ku juga tidak tau. Tadi Ariel datang bersama Joy dan Christie, mengantarkan kotak ini padaku."

Aku mengulurkan kotak tersebut ke hadapannya.

"Em, boleh kubuka?"

"Kenapa tidak? Buka saja. Kamu kan, ya...em...suamiku, kamu berhak atas barang-barang yang kumiliki"

Dia terkekeh lalu membuka kotak tersebut.

Ternyata kotak itu berisi kertas-kertas warna-warni.

Aku tak tau kertas apakah itu, tapi yang jelas, kertas-kertas tersebut bisa membuat Seonghwa membelalakkan matanya terkejut sesaat setelah membaca isinya.

"Tulisan apa yang tertulis disitu?"

"Ah, ah ini, aku tak yakin bila kamu siap membacanya. Ini cukup...ya...berbau dewasa" tuturnya ragu.

Aku menatapnya malas dan tak percaya.

"Memang kamu pikir aku ini anak dibawah umur?"

"Ta-tapi kan, tulisan ini, aku tidak ingin otakmu tercemar, sayang"
Dia menatapku lembut.

"Kalau kamu lupa, kamu sendirilah yang mencemari otakku dengan membawaku ke bar di dekat kantormu. Kalau aku adalah anak dibawah umur pada saat ini, maka aku tak akan berada disini sebagai istrimu, namun sebagai anak dari teman ayahmu yang masih gemar pergi belanja dan mengamati lelaki tampan dimana pun aku berada."
Jawabku sambil mengulurkan tanganku meraih kotak tersebut di tangannya.

Aku mengambil alih kotak itu dan membuka, lalu membaca kertas-kertas tersebut.

Barulah aku sadar.

Seharusnya aku mendengarkan omongan Seonghwa tadi

Kertas-kertas tersebut berisi tips tentang segala hal yang berhubungan dengan pernikahan.

Dan salah satunya, adalah tentang hubungan 'itu'.

Taehyung dan Ariel menuliskan banyak saran yang sebenarnya aku mengerti namun terlalu malu untuk ku akui.

Dan dengan cekatan, Seonghwa mengambil kotak ditangan ku dan meletakkannya ke atas nakas lalu dia mendorongku jatuh ke kasur dan menindih tubuhku.

Aku terkejut dengan perpindahan yang sangat singkat ini, sehingga aku hanya bisa menatapnya tak sadar.

"Mau kita praktekan tidak?"
Kata Seonghwa sambil tersenyum penuh arti

"Pra-praktekan a-apa?"
Balasku dengan sedikit grogi

"Ayolah, kamu pasti mengerti. Ini malam yang paling tepat untuk mempraktekan semua saran dari Taehyung dan Ariel kan?" Tanpa menunggu jawaban dari ku, Seonghwa langsung menyambar bibirku.

Menempelkan bibirnya di bibirku dan mulai menggerakkannya perlahan.

Aku terkejut sehingga aku tak bisa membalas pergerakannya. 

Saat sudah mulai sadar, aku membalas ciumannya dan menutup mataku, menikmati.

Aku terkejut.

Tangannya masuk kedalam bajuku secara perlahan dan mengusap perutku yang datar dengan lembut.

Saat aku mulai merasa tangannya akan naik lebih jauh, aku menahannya, yang membuatnya melepas ciuman kami.

Dia menatapku bingung.

"A-aku be-belum siap..." Tutur ku terbata-bata

BRUKH

Seonghwa menjatuhkan badannya di kasur tepat disebelah ku.

Lalu dia membalikkan badannya menghadap kearah ku dan menatapku sambil tersenyum lembut.

"Maaf ya, aku mungkin sudah kelewatan tadi" ucapnya lembut sambil mengelus rambutku sayang.

"A-apa yang kamu bicarakan? Aku yang seharusnya meminta maaf karena aku yang menghentikan mu."

"Tidak, kamu tidak salah. Aku memang terlalu terburu-buru. Aku seharusnya mengerti kalau kamu masih muda. Masih ingin bebas dan belum mau mengurus anak."

"Bu-bukan itu alasanku, sayang"

"Bagaimana kalau kita tidur? Aku lelah, kamu juga kan?"

Tanpa menunggu jawaban dariku, dia dengan segera mengambil selimut dan menyelimuti kami berdua lalu memelukku erat.

Flashback off

-----to be continued-----

Monmaap ya gais, aku kalo nulis cerita tuh, harus detail ampe akarnya, makanya wordsnya bnyk banget eheheheh:")

Votement❣️❣️❣️

Our Story {HIATUS/DISCONTINUED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang