10. Keputusan

17 6 9
                                    

Setelah mendengar petuah dari ibu, aku segera mengambil handphoneku dan menghubungi pria yang sudah berhasil mengisi kekosonganku dua tahun belakangan ini.

"Apa kamu sibuk saat ini?" tanyaku untuk memastikan kegiatannya.

"Aku sedang di kantor, tapi aku tidak dalam keadaan bekerja. Ada apa?"

"Aku merindukanmu, aku juga ingin mendengar suaramu saat ini"

Terdengar suara Romy tertawa dari dalam handphone. Aku tidak pernah berkata seperti itu sebelumnya, 2 tahun kami menjalin hubungan hanya berjalan seperti biasanya. Aku jarang mengucapkan kata yang romantis kepadanya.

"Bagaimana keadaan rumah, apa bapak dan ibuk dalam keadaan sehat?"

"Ya mereka sehat, soal pertemuan yang kita bicarakan waktu itu, bagaimana jika lusa aku mengunjungi kedua orang tuamu?"

"Benarkah? Apa yang sudah merasukimu sehingga mau mempercepat pertemuan tersebut? Tapi baiklah itu kabar yang bagus, aku sangat senang mendengar kabar ini. Jika lusa kamu akan bertemu dengan kedua orangtuaku, maka besok aku akan menjeputmu"

"Tidak, tidak perlu menjemput. Aku akan datang sendiri, kamu hanya perlu menungguku di bandara. Kita akan bertemu disana"

"Baiklah, kabari aku lagi jika kamu sudah berangkat dan aku akan menunggu dengan setia di bandara"

"Baiklah, lusa aku akan terbang menemuimu"

Aku segera menutup telpon sambil menarik nafas dalam. Kuyakinkan dalam hati bahwa keputusanku sudah tepat. Aku tidak ingin menunda lagi hingga bulan depan, bapak dan ibu harus melihatku menggunakan baju pengantin dengan segera.

~~~♤♤♤♤~~~

"Di paksa atau pun tidak, yang namanya Takdir akan terus berjalan sesuai dengan kehendak sang pemilik Alam"

Endless Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang