Sudah 2 minggu kepergian Andrew. Rasanya selalu sakit jika aku harus menerima kenyataan.
Aku ingin sekali berteriak saat ini tapi tiba-tiba Danish berjalan mendekatiku yang duduk meratapi nasib di samping ranjang.
Tangan lembutnya berusaha menggapai pipiku.
'Mama' ucapnya lembut dihadapanku.
Aku semakin terpukul mendengarnya.
Aku segera memeluk putraku, mengecupnya dengan penuh kasih sayang.Kau meninggalkan aku seorang anak yang begitu manis Andrew. Dia lah yang membuat aku kuat menerima semua kenyataan ini.
Tiba-tiba ibu masuk kekamarku, ibu mengatakan ada sesorang yang ingin menemuiku. Aku menggendong putra ku dan berlalu keluar.
Kulihat Romy sudah duduk di ruang tamu bersama bapak. Aku kemudian mendekat dan ikut bergabung dengan mereka. Romy menatap ku dan putra yang berada di pangkuanku.
"Aku turut berduka cita atas kehilanganmu, aku juga meminta maaf jika dahulu sempat menghina ataupun menyakitinya, aku benar-benar menyesal" ujar Romy denganku.
"Dia sudah memaafkanmu, dia tidak pernah memiliki dendam dengan siapapun" jawabku singkat kemudian kembali lagi kedalam kamar.
Romy dan bapak kembali mengobrol. Aku ingin istirahat dengan putraku saja saat ini, kami begitu sangat kelelahan dengan ini semua.
~~~♡♡♡~~~
Waktu terus berlalu, air mataku sudah kering meratapi takdir. Setiap aku merasa putus asa putraku selalu membuatku kembali berusaha bertahan untuk beberapa waktu lagi.
Ini memasuki bulan ke 3 kepergian Andrew dan ini juga bertepatan dengan ulang tahun Danish yang ke 3 tahunnya.
Aku merayakannya dengan sangat sederhana. Tidak ada pesta ataupun lainnya. Melainkan kami menghabiskan waktu di pemakaman Andrew.
Aku duduk termenung menatap segumpalan tanah hitam yang sudah menutupi jasad suamiku. Danish memang anak yang begitu baik, dia tidak pernah rewel untuk menambah beban ibunya.
Ketika mengunjungi pemakaman ayahnya pun dia tetap duduk diam di sampingku. Sesakali dia berdiri dan memelukku erat kemudian duduk kembali. Dia seperti merasakan kesedihan ibunya.
Aku menatap wajah polos putraku, kami harus terus melanjutkan kehidupan sampai waktu kami untuk pulang menemui Andrew pun datang.
~~~♡♡♡~~~
Romy kembali datang kerumahku, kali ini dia memintaku untuk berbicara berdua saja. Aku menuruti kemauannya, kami pergi kesebuah restoran yang tidak jauh dari rumahku.
"aku dengar kamu ingin kembali ke Swiss?"
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Romy.
"Yuli, sampai saat ini aku belum juga menemui penggantimu. Perpisahan kita masih membekas dihatiku. Sekiranya kamu saat ini mau memberikan aku kesempatan itu sekali lagi"
Aku langsung melirik kearah Romy, ku tatap matanya, dia seperti menanti jawabanku.
"Jangan mengharapkan apa-apa denganku Romy. Karena itu tidak akan pernah mungkin, cinta sejatiku telah pergi"
"Apa kamu tahu, aku adalah cinta sejatinya Andrew. Dia pergi setelah menikahi cinta sejatinya. Maka di akhirat nanti akulah yang tertulis sebagai jodohnya"
"Begitu juga denganku, aku tidak ingin mengubah takdir itu. Aku akan tetap menjadi cinta sejatinya, aku berusaha mempertahankan semua itu Romy. Tidak akan ada cinta lagi setelah kepergiannya, cinta ini hanya untuknya. Sekarang kami memang dipisahkan takdir, akan tetapi disurga nanti aku akan kembali disatukan denganya. Dia sudah menyiapkan rumah yang indah untuk menyambutku dan putranya, dia berjanji denganku ketika itu"
"Ayolah Yuli, aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk merebut kembali cintamu. Kamu harus bisa melupakan yang sudah menyakitimu. Perjalananmu masih panjang Yuli, masih banyak yang harus kamu lalui" ujar Romy berusaha menyakinkanku.
"Jangan lakukan apapun untuk merubah keputusanku. Karena aku tidak akan menerimanya, jalanku mungkin masih panjang tapi suatu saat aku pasti akan mati. Maka di waktu itulah aku kembali bersatu dengan suamiku. Apa yang akan aku lalui tanpanya nanti akan menjadi cerita untukku saat bertemu dengannya"
"Satu hal lagi Romy, dia mungkin sudah mati dimata orang-orang. Tapi bagiku dan putraku dia masih hidup, dia tetap hidup di hati kami. Dia melihat apa yang akan kami lakukan setelah ini"
Aku segera berlalu meninggalkan Romy, aku tidak ingin lagi berdebat dengannya.
Keesokan harinya aku dan putraku segera bersiap-siap untuk keberangkatan kami kembali ke Swiss. Kedua orangtuaku mengantarkan kami ke bandara, ibu menangis memelukku erat.
"Apapun yang terjadi tetap lah kuat dan terus hadapi. Ibu yakin kamu putri ibu yang sangat kuat. Kamu sudah melalui banyak masa sulit dan kini kamu juga membawa beban yang harus terus kamu jaga. Terus kabari orang tuamu disini, jangan lupa berdoa nak. Kami berharap yang terbaik untukmu"
Ibu memberiku nasehat sambil terbata-bata karena tangisnya. Aku berusaha tersenyum menyakinkan kedua orangtuaku bahwa semua akan baik-baik saja.
Sesampainya di Zurich, aku menarik nafas panjang. Menatap setiap perjalanan yang kami lalui menuju apartementku.
Nafasku menjadi sangat sesak ketika supir taksi berhenti tepat di depan loby apartement. Si sopir segera menurunkan semua barang-barangku.
Aku segera naik keatas menuju apartementku. Aku menggendong Danis yang tertidur di pundakku. Rasanya aku kembali kemasa itu saat kami pertama kali sampai di Swiss sebagai suami istri.
Aku membuka pintu apartement, air mata langsung mengalir dipipiku. Rasanya aroma suamiku masih menempel dengan kuat di setiap sudut ruangan ini. Aku segera meletakkan Danish di sofa, merapikan barang-barangku setelah itu duduk di samping putraku.
"Aku akan menjalaninya Andrew, sampai saat waktu untuk kita kembali bersama di surgaNYA nanti. Aku dan Danish akan melewatinya. Tunggu kami" kataku di dalam hati.
Aku terlelap tidur di samping putraku. Tiba-tiba aku merasakan seseorang membelai kepalaku dengan lembut. Aku tahu aroma ini, aku tahu dengan tangan lembut ini, tapi aku terus memejamkan mata. Membiarkan bayangan suamiku bermain dalam halusinasiku.
*TAMAT*
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [END]
RomanceEndless Love "Cintaku tidak akan pernah berakhir untuk mu, sampai kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun" "Sebarapa jauh pun aku pergi. Seberapa lama kita tidak lagi bertemu, Jika Tuhan mengatakan "Kamu" adalah jodohku! Maka aku pasti akan mendap...