19. Rumah Sakit

17 5 0
                                    

Sudah 3 hari lamanya kami berlibur dirumah. Aku dan Andrew tidak pernah keluar dari rumah sama sekali. Andrew juga menolak saat aku mengajaknya untuk menjenguk ayah dan abangnya yang ada di penjara.

Dia juga tidak mau menemui mbak Sinta ketika kakaknya tersebut datang untuk bekerja dirumah. Andrew hanya ingin menghabiskan harinya didalam kamar.

Aku semakin khawatir, namun saat aku menanyakan kondisinya, dia selalu menjawab baik-baik saja. Rasa khawatirku tidak terbendung lagi karena melihat ruam merah di lehernya semakin banyak dan menyebar ke bagian lainnya. Kali ini Andrew sudah tidak bisa mengelak lagi dengan mengatakan semua baik-baik saja!

"Andrew apa kamu benar baik-baik saja? Kita harus segera memeriksa mu kedokter. Badanmu begitu panas, alergimu juga tidak kunjung sembuh" pintaku dengan sedikit memelas agar suamiku itu mau menurutinya.

Andrew hanya diam dan menatapku. Pandanganya kosong, tidak ada yang ingin dia katakan denganku saat ini. Dia hanya meraih tanganku dan menggenggamnya dengan sangat erat.

"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan? Aku tidak mengerti dengan ini semua, aku bukan dokter Andrew. Aku tidak paham apapun tentang hal ini. Jadi kita harus memeriksakan ini semua pada ahlinya. Aku khawatir dengan kondisimu, setelah kita pulang ke Indonesia yang ada kondisi badanmu semakin memburuk. Alergi yang kamu katakan waktu itu semakin menyebar keseluruh tubuhmu. Wajahmu juga pucat, aku takut Andrew" cercaku dengan berlinang airmata.

Namun Andrew hanya tersenyum dan berusaha meraih wajahku untuk menghapus airmata yang membasahi pipiku.

"Sayang, jangan terlalu memikirkan keadaanku. Itu tidak baik untuk anak kita" ucapnya pelan dan meraih tubuhku agar bisa dipeluknya.

"Iya! Kalau begitu ayo kita kerumah sakit" rengekku didalam dekapan Andrew.

"Aku ketakutan.....Sangat-sangat takut. Aku tidak ingin melihat kondisi suamiku seperti ini" aku menangis mengatakan semua yang aku rasakan dihadapannya.

Andrew tidak merespon sama sekali apa yang aku katakan, dia semakin memelukku dengan erat. Sepertinya Andrew berusaha mencegahku untuk tidak pergi meninggalkannya saat ini.

Aku mengusap kepalanya, dia kembali tertidur sambil terus memelukku. Aku memastikan apakah suamiku sudah benar-benar tidur atau belum, setelah itu aku langsung melepaskan genggamannya dan segera menemui ibu yang sedang asyik bermain dengan Danish di ruang keluarga kami.

"Bu Andrew sakit, waktu kami di swiss dia mengatakan sempat mendapatkan alergi karena makanan. Tapi alergi itu tidak kunjung sembuh sampai sekarang. Panas di tubuhnya selalu naik turun. Aku tidak tahu ada apa dengannya. Sudah 2 hari ini setiap malam ketika tidur nafasnya terlihat sesak bu. Hembusan nafasnya juga terdengar begitu kuat. Bagaimana ini? Aku takut dengan kondisi suamiku" aku kembali menangis menceritkan semua kegelisahan ku pada ibu, beliau menenangkanku, memintaku tetap berdoa untuk kesembuhan suamiku.

"Nanti ketika dia sudah bangun, bapak yang akan membujuknya untuk dibawa kerumah sakit. Tenanglah, mungkin saja dia kelelahan karena perjalanan pulang kemarin. Selain itu mungkin dia juga sedang beradaptasi kembali dengan cuaca disini"

Aku tidak percaya jika keadaan Andrew karena perubahan cuaca yang dia alami. Pikiranku melayang pada hal-hal buruk yang akan terjadi dengannya. Kepalaku begitu pusing dengan ini semua.

Aku kembali menemani suamiku yang masih terlelap. Ku pandangi wajahnya, air mata ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Aku berusaha menahan tangisku agar tidak mengganggu tidurnya.

Aku teringat dengan pemeriksaan yang sudah dilakukan Andrew saat di Swiss. Aku belum melihat hasilnya secara langsung. Aku hanya mendengar pernyataan Andrew tanpa melihat kebenarannya. Mungkin saja ada sesuatu yang tidak dikatakan Andrew kepadaku.

Endless Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang