15. Kembali menyerah?

19 6 5
                                    

"Tolong ajarkan pada yang lain bagaimana caramu membuatku begitu mencintaimu. Sampai-sampai perasaan dan logikaku bisa selalu sepakat untuk mempertahankanmu!"

~~~♤♤♤~~~~

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Andrew masih tetap diam, aku semakin takut dia benar-benar tidak ingin menyelamatkanku dari semua kesepianku. Handphoneku terus berdering, aku tidak ingin mengangkatnya. Andrew kemudian melirik kearahku kemudian memintaku untuk berdiri dan mengemasi semua barang-barangku. Dia membawaku pulang kerumah. Kulihat didepan rumahku sudah terparkir mobil yang sering digunakan Romy ketika berkunjung ke kotaku, aku semakin takut menghadapi semuanya. 

Aku menghentikan langkahku, tapi Andrew memaksaku untuk masuk menemui orangtuaku. Bapak dan ibuk sedang duduk di ruang tamu bersama Romy, wajah mereka terlihat sangat cemas. Ketika aku muncul bersama Andrew. Ibu langsung berdiri dan mendekatiku. Tampak mata ibu sembab, mungkin dia habis menangis seharia karena mengkhawatirkan ku.

"Kamu kemana saja? Kamu memintaku menunggu di bandara tapi kamu tidak muncul. Aku menghubungi handphonemu berkali-kali dan tidak ada jawaban. Kamu membuat kami sangat khawatir" kata Romy yang ikut menghampiriku.

"Karena itu aku langsung datang kesini, orangtuamu mengatakan kamu sudah pergi ke bandara sejak tadi pagi. Ada apa denganmu? Apa terjadi sesuatu denganmu?" Romy tampak seperti mengintrograsiku.

Aku hanya sanggup diam, tulang-tulang ditubuhku terasa ingin lepas. Aku tidak sanggup berbicara dan menjelaskan semuanya.

Aku melihat kearah Andrew, dia pun hanya bisa diam. Tidak ada yang dikatakan Andrew sedikitpun. Aku semakin ketakutan, rasanya aku ingin mati saja.

"Ada apa?" tanya bapak pelan kepadaku.

Bapak sepertinya mengerti apa yang sedang aku rasakan saat ini "Duduklah Andrew, terima kasih sudah membawa putri kami pulang" kata bapak dengannya.

Andrew terus saja menunduk, dia benar-benar tidak berani menatap semua orang. Hal itu membuatku ingin memakinya, kenapa dia selalu diam ketika kami ingin dipisahkan oleh sesuatu.

"Kedua orangtuaku sudah menunggu kedatanganmu. Mereka menyiapkan semuanya untuk menyambutmu, tapi kamu tidak jadi datang, ada apa? Apa sesuatu terjadi denganmu?" Aku tidak menjawab pertanyaan Romy tersebut, mata fokus memperhatikan kearah pria yang begitu aku cintai itu.

"Jika hari ini Yuli tidak jadi menemui orangtuaku. Bagaimana jika besok kita pergi menemui mereka? Karena mereka sangat kecewa saat mengetahui kamu membatalkan keberangkatanmu hari ini" kata Romy lagi sambil terus memandangiku.

Aku melihat kearah romi sebentar dan kembali menatap Andrew, dia masih saja diam. Bahkan dia tidak ingin melihat kearahku sama sekali. Tiba-tiba Andrew bangkit dari duduknya dan pamit begitu saja meninggalkan aku dengan semua harapanku. Hatiku benar-benar hancur. Rasanya dunia berhenti berputar untukku. Aku berusaha mengatur nafasku yang begitu sesak.

Untuk kedua kalinya dia tidak berani mempertahankanku. Aku tidak mampu lagi mendengar dengan baik apa yang dibicarakan bapak dan Romy. Pikiranku kosong, telingaku seperti mendengungkan sesuatu. Aku tidak tahu apa-apa lagi ketika Romy beranjak dari duduknya disusul oleh bapak sambil menggendongku masuk kedalam kamar. Pandanganku kabur seketika.

~~~♡♡♡~~~

Saat aku sadar, sudah pukul 2 malam. Aku menumpahkan segala sakit hatiku di dalam kamar. Aku menangis meratapi apa yang sudah aku dapatkan. Untuk kedua kalinya aku mengemis cinta dari orang yang sama dan dia tetap menolakku. Ibu yang baru selesai menjalankan sholat tahajudnya masuk kedalam kamarku. Dia menatap mataku begitu dalam. Aku tidak peduli lagi, aku terus menangis dihadapannya. Beliau memelukku, berusaha memancingku untuk menceritakan segala kepedihanku saat ini.

"Yuli tidak bisa berbohong lagi buk, ini menyakitkan, sangat menyakitkan. yuli terluka untuk waktu yang cukup lama hingga sekarang luka itu tidak pernah sembuh, yang ada semakin perih"

Mendengar aku menangis, bapak ikutan masuk kedalam kamar. Tidak ada sepatah katapun yang diucapkan kedua orangtuaku. Sepertinya mereka kembali terpukul melihat aku menangisi kemalanganku. Ibu menarik nafas dalam, tampak ibu mulai terisak menahan tangisnya. Dengan terbata-bata ibu memintaku untuk tenang.

"Tuhan sudah siapkan yang lebih baik untukmu, lalu kenapa kamu masih meminta yang lain? Dia sudah pernah meninggalkanmu nak, jadi jangan minta dia melakukannya lagi" ujar ibu menasehatiku.

Aku berusaha menenangkan diri. Mataku sudah begitu sembab, penglihatanku kabur karena menangis. Bapak dan ibuk kemudian memberikanku ruang untuk merenungi kebodohanku selama ini. Aku begitu berharap lebih ketika melihat dia kembali berdiri di hadapanku. Namun nyatanya dia tidak berusaha mempertahankan aku untuk kedua kalinya.

"Bahkan jika Tuhan mengizinkanku untuk mengulang kehidupan, tetap aku pilih part saat aku bersamamu"

~~~💔💔💔~~~~

~~~💔💔💔~~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Endless Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang