3. Aku Pulang

33 7 2
                                    

"Aku masih ingat cara mu tertawa setiap menyambutku datang menemui mu di perpustakaan lorong ke 7"

~~~♡♤♡~~~

Hari ini aku sedikit pulang terlambat dari kantor karena ada pekerjaan yang harusku selesaikan secepatnya.

Saat didalam lift menuju ke apartment ku yang ada di lantai 4, tiba-tiba handphoneku berbunyi "Romy" nama itu tertulis di layar handphoneku, aku langsung mengangkatnya.

"Hallo?" Sapa pria yang menghubungiku tersebut.

"Ya Hallo" jawabku dengan lembut.

"Apa baru pulang bekerja?"

"Mm... hari ini aku sedikit lembur"

Aku melihat kearah jam tanganku, saat ini pukul 7 malam di Zurich, berarti sudah jam 12 malam waktu Indonesia.

"Apa kamu belum tidur?" Tanya ku pada Romy.

"RINDU" jawabnya dengan tegas "Orang yang sedang dilanda Rindu sulit untuk tidur dengan nyenyak"

Aku terkekeh mendengar perkataannya. Sudah hampir 2 tahun aku mengenal pria yang menelepon ku saat ini. Setelah hubunganku berakhir tragis dengan Andrew, hanya Romy lah pria satu-satunya yang dekat denganku.

"Dua minggu lagi aku akan dapat jatah libur musim dingin dan tahun baru dari perusahaan, mungkin sekitar 3 mingguan"

"Benarkah?" Terdengar suara Romy begitu senang mendengar kabar itu.

Memang biasanya Romy yang datang mengunjungiku ke Swiss. Tapi karena sudah 6 tahun lamanya aku bekerja disini dan tidak pernah pulang sedikit pun ke Indonesia. Ayah dan ibuku jadi merasa kecewa dan mereka mengatakan benar-benar rindu dengan aku yang anak mereka satu-satunya.

Aku memang tidak mau kembali kerumah dulu sampai luka yang pernah menyakiti hatiku benar-benar hilang dan sembuh.

Entah kenapa hatiku masih ketakutan untuk pulang, ditambah Andrew menghubungiku waktu itu. Tapi demi ayah dan ibu dengan terpaksa aku mengalah.

"Baiklah jangan lupa memberitahu ku jika sudah sampai di rumah, aku akan langsung menemui mu disana" ujar Romy bersemangat.

Aku menghembuskan nafas lega. Ya, Apa yang harus aku takutkan jika dirumah nanti aku akan bertemu dengan Andrew? Toh sekarang sudah ada pria penggantinya disisiku saat ini.

"Baiklah, sampai jumpa dirumah ku nanti" ujarku kemudian pamit dengan Romy untuk mengakhiri panggilannya.

~~~000~~~

Bapak sudah menungguku di depan pintu bandara. Aku begitu bahagia melihat wajahnya lagi. bapak memelukku erat, aku merasakan rindu yang mendalam dari pancaran matanya yang semakin keriput.

"Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu dirumah" kata bapak sambil mengambil alih koper yang ada di tanganku.

Di dalam perjalanan pulang kerumah, aku memperhatikan keselilingku. Sudah banyak perbedaan yang begitu mecolok di daerah yang dulu aku tinggali. Hanya 6 tahun, tapi pembangunan yang begitu pesat terjadi di kota kecilku. Gedung-gedung tinggi, mal-mal yang berserakan, padat, dan berpolusi hanya itu yang aku rasakan.

"Sekarang sudah berbeda" ujar bapak kepadaku yang sibuk memperhatikan keluar kaca mobil.

"Ya, sangat sesak sekarang ini" jawabku sambil tersenyum

Pandanganku kemudian beralih menatap kerumah yang pernah memberikan kenangan pahit untuk kami dulu. Aku memperhatikan pagar rumah yang begitu mewah tersebut, terpampang sebuah tulisan :
'rumah ini dibawah pengawasan'
Tertulis nama bank swasta dibawahnya.

Aku mengerutkan dahi, apa yang terjadi dengan keluarga yang dulu pernah menghinaku? Tapi aku tidak ingin menanyakan pada bapak. Aku takut beliau akan mengingat kembali kenangan yang pernah melukai putrinya.

"Lagipula mereka hanyalah masa lalu" gumamku didalam hati dan berusaha untuk terus menguatkan diri saat ini.

💔💔💔

Endless Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang