18. Pulang

29 6 16
                                    

Sebelum berangkat bekerja aku membuatkan sarapan dan makan siang untuk anak dan suamiku seperti biasanya. Andrew keluar dari kamar dan langsung menghampiriku sambil membawa handphoneku yang sedang dicharger di dalam kamar tadi.

"Ada panggilan" kata Andrew memberitahu.

Aku mengambil handphone tersebut dari tangan Andrew dan melihat siapa yang menelfon pagi-pagi begini. Melihat nomor yang menghubungiku aku tahu itu adalah kode nomor dari Indonesia. Dengan ragu aku mengangkat panggilan itu, terdengar suara pria yang parau dari ujung telepon.

"Yuli aku benar-benar merindukan mu"  ujar pria itu saat panggilannya ku angkat.

Aku langsung memutuskan panggilannya begitu saja. Romy? Setelah saty tahun lebih kami berpisah dia kembali lagi? Aku menatap Andrew yang kebingungan melihat raut wajahku yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirku sendiri.

"Ada apa?" Tanya Andrew dan memelukku.

Aku hanya menggelengkan kepala, handphoneku kembali berbunyi. Andrew melepaskan dekapannya dan melirik kearah handphone yang masih ditanganku. Dengan cepat aku mematikan panggilan tersebut.

"Siapa? Kenapa kamu tidak mau mengangkatnya? Romy?"

Aku membuka mataku sedikit lebih lebar menatap Andrew yang bisa menebak siapa orang menelfonku tersebut. Andrew tersenyum dan membelai rambutku dengan mesra. Dia tidak marah atau cemburu sama sekali.

"Dia belum bisa move on dari istriku" ujar Andrew kemudian memeluk tubuhku erat.

Aku pun heran kenapa setelah lebih satu tahun pernikahan ku dengan Andrew baru Romy muncul kembali. Tapi saat ini aku tidak akan memberikan celah sedikitpun untuk siapapun yang ingin merusak kebahagian kami.

~~~♡♡♡~~~

Semua berjalan dengan normal, ini sudah memasuki waktu 1 tahun 9 bulan jalannya pernikahan kami. Dan kabar bahagianya aku mulai mengandung anak pertama ku dengan Andrew. Kami semua bahagia menyambut kabar baik tersebut. Namun sayangnya Andrew mulai merasa sangat-sangat bosan terus berada dirumah. Dia merasa kami sudah berganti peran saat ini, aku meyakinkannya bahwa di zaman modern itu adalah hal yang biasa dan aku tidak pernah mengeluhkan tentang hal itu.

"Tapi saat ini kamu sedang hamil, karena itu aku juga ingin mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga kecil kita, dua anak kita nanti" ujar Andrew saat aku menemaninya nonton diruang keluarga kami.

Aku hanya diam dan memilih untuk merebahkan kepalaku diatas pahanya.

"Ayolah sayang" bujuk Andrew lagi dan kali ini suaranya terdengar serak. Aku tahu Andrew sudah begitu lelah dalam hal meminta izinku masalah pekerjaan untuknya tersebut.

"Aku menjalankannya dengan bahagia, pekerjaanku tidak pernah membebaniku sama sekali" jawabku seperti biasanya.

Memasuki usia kandunganku yang ke 2 bulan, Romy tiba-tiba saja datang berkunjung ke Swiss. Dia tahu alamat apartmentku karena waktu kami masih berpacaran aku pernah memberitahunya. Saat dia datang aku tidak ada dirumah saat itu. Andrew yang menyambutnya dengan sangat ramah. Namun sayangnya si tamu tidak sadar diri. Saat Andrew mengatakan bahwa aku masih di kantor, Romy langsung mencaci maki suamiku.

"Kau menikmati kehidupanmu saat ini. Yuli banting tulang untuk dirimu dan anak mu tersebut! Betapa malangnya mantan kekasih ku itu yang lebih memilih pria pemalas seperti mu!" Damprat Romy yang duduk di sofa ruang tamu kami.

Andrew hanya diam mendengar sindirian Romy tersebut. Untung saja aku sudah pulang saat itu. Mendengar suamiku dimaki-maki seseorang didalam rumah kami, aku langsung menghampiri mereka. Romy bangkit dari duduknya saat melihat aku berkacak pinggang menatapnya dengan sinis.

Endless Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang