Sudah hampir 5 bulan kami menikah dan menetap di Swiss. Andrew mulai memintaku mengizinkannya untuk mencari pekerjaan juga. Aku tidak pernah menginginkannya, aku selalu beralasan bahwa dia masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Andrew merasa aku begitu terbebani dengan ini semua.
Aku melakukan tugasku sebagai istri dengan sangat baik, ketika di pagi hari aku menyiapkan semua keperluan untuk anak dan suamiku. Memasakkan makanan untuk mereka sebelum berangkat bekerja. Setelah pulang dari kantor aku kembali menjadi istri dan ibu yang siap sedia untuk keluargaku. Aku tidak pernah mengeluh, tapi justru Andrew yang sering mengungkapkan bahwa dia melihat rasa lelah di wajahku. Andrew juga mengatakan bahwa kewajibannya sebagai suami telah luntur karenaku. Aku mengerjakan semuanya dengan baik tapi justru Andrew mengeluh dengan perbuatanku itu.
Selesai makan malam, kami duduk diruang keluarga. Aku merebahkan kepalaku dipaha Andrew. Tangannya dengan lembut membelai rambutku.
"Aku tadi melihat-lihat lowongan pekerjaan di situs Linked. Banyak lowongan yang bisa aku coba" kata Andrew memberitahu.
Tangan Andrew langsung ku alihkan kebagian dadaku, sambil menatapnya dengan senyum menggoda.
"Jangan pikirkan soal pekerjaan dulu"
Andrew ikut tersenyum mendengar perkataanku. Dia menyingkirkan tangannya dan menjentik keningku dengan pelan. Aku pura-pura cemberut untuk membuat Andrew mau mengabulkan keinginanku. Tapi suamiku itu justru bangkit dari duduknya dan berlalu menuju kekamar mandi. Ini sudah yang kesekian kalinya, setiap aku meminta dengan Andrew dia selalu saja menolak. Andrew berpikir umurnya tidak akan lama lagi karena itu dia tidak mau menyentuhku sebagai istrinya.
~~~♡♡♡~~~
Hampir satu tahun tinggalnya kami di luar negeri, Andrew mulai terlihat berubah. Badannya sudah tidak lagi kurus kering seperti saat kami bertemu dulu. Suamiku kini sudah terlihat tegap kembali dan semakin tampan karena polesan dan pelayananku. Aku bahagia melihat perubahannya. Pikiranku tentang penyakitnya pun mulai hilang. Rasa cemas yang selalu membayangiku juga semakin hari semakin berkurang. Aku bahagia ketika pulang dari kantor melihat suami dan anakku menyambutku dengan begitu hangat dan mesra.
Tapi ada satu hal yang menyebabkan kesempurnaan ini menjadi rusak. Sampai detik ini pun Andrew tidak pernah mau meminta haknya sebagai seorang suami. Segala rayuan dan bujukanku selalu ditolaknya mentah-mentah. Seperti malam ini, jam 8 malam aku sengaja menidurkan Danis lebih cepat. Setelah anakku terlelap dikamarnya, aku kemudian menemui Andrew yang tengah asyik menonton televisi diruang keluarga kami.
Andrew melirik sebentar kearahku yang baru datang dan duduk disampingnya. Setelah itu pandangannya beralih lagi ke TV, sepertinya Lingerie pink yang aku gunakan tidak menarik perhatiannya sama sekali. Aku lebih merapatkan tubuhku dengannya, melihat usaha ku Andrew hanya tersenyum dan membelai rambutku dengan mesra.
"Aku mau" bisikku pelan ditelinga suamiku. Andrew hanya diam dan kembali fokus dengan tontonannya.
"Sayang....." panggilku lagi untuk bisa merebut perhatiannya. Tapi sepertinya sia-sia saja, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada respon dari Andrew untuk mau menjadi suamiku seutuhnya.
Tiba-tiba airmataku mengalir begitu saja. Rasanya sakit sekali hanya menjadi istri dirumahnya, sedangkan diatas ranjang kami terasa seperti orang asing. Melihat aku menangis Andrew langsung memeluk tubuhku erat.
"Maafkan aku Yuli" ucapnya dengan suara parau.
"Kenapa? Mau sampai kapan kita begini? Aku juga ingin punya anak darimu, apa aku tidak menarik sama sekali untuk mu?"
Andrew semakin mengeratkan pelukannya. Aku tahu suamiku masih normal, setiap aku merayunya libidonya juga naik. Setelah itu dia akan kabur ke kamar mandi untuk waktu yang sangat lama. Setelah Andrew keluar aku langsung mencercanya dengan banyak pertanyaan "Kenapa kamu tidak melepaskannya denganku? Kenapa kamu mencobanya sendiri? Apa yang salah denganku Andrew? Aku sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit kelamin selama ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [END]
RomanceEndless Love "Cintaku tidak akan pernah berakhir untuk mu, sampai kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun" "Sebarapa jauh pun aku pergi. Seberapa lama kita tidak lagi bertemu, Jika Tuhan mengatakan "Kamu" adalah jodohku! Maka aku pasti akan mendap...