Dokter segera menangani suamiku, aku berusaha untuk tenang. Aku berdiri kaku di depan pintu UGD, ibu memintaku untuk kuat, dia selalu meyakinkanku bahwa Andrew akan baik-baik saja.
Aku terus berdoa di dalam hati, berharap ada mukjizat yang datang menolong suamiku. Aku ingin mengulang waktu, seharusnya aku tidak mempercayai omongannya dan tetap menemui dokter yang sudah memeriksa Andrew saat di Zurich waktu itu.
Satu jam lamanya aku menunggu kabar suamiku. Kemudian dokter yang menangani Andrew keluar. Dia memintaku menemuinya di ruangannya.
"Boleh saya tahu, ibu ini siapanya bapak Andrew?" Tanya Dokter tersebut seperti ingin berbasa-basi terlebih dahulu denganku.
"Istrinya" jawabku singkat.
"Apa sebelumnya bapak Andrew pernah mengeluhkan sesuatu dengan ibu? Atau dia mengatakan ada rasa sakit di tubuhnya khususnya pada bagian kepala?" Tanya Dokter itu lagi.
Aku hanya menggeleng, air mataku langsung keluar begitu saja. Yang aku tahu suamiku masih baik-baik saja seminggu yang lalu. Sebelum kami pulang ke Indonesia pun dia masih dalam kondisi yang sangat baik pikirku.
"Dokter..... Andrew tidak pernah mengeluhkan apa-apa. Saya tidak tahu ini akan terjadi, selama ini dia selalu tampak sehat. Sebelum pernikahan kami, Andrew memang pernah mengatakan bahwa dia menderita penyakit lupus karena itu badannya menjadi sangat kurus. Tubuhnya begitu pucat, tapi saya atau pun dia tidak pernah memeriksakannya ke dokter manapun. Tidak pernah terlintas dibenak saya penyakitnya akan semakin parah karena setelah pernikahan kami Andrew malakukan perubahan yang sangat drastis. Tubuhnya kembali berisi dan segar, dia kembali menjadi Andrew yang dulu. Saya hanya berusaha mengontrol pola hidup sehat untuknya, hanya itu. Ini membuat saya bingung, ada apa sebenarnya dengan Andrew?" Tangismu seketika pecah mengatakan apa yang ada didalam pikiran ku kepada Dokter tersebut.
"Tapi suami anda tidak mengidap penyakit lupus, dia menderita penyakit meningitis. Bakteri yang ada di dalam tubuhnya sudah mengikat semua sel darah, itu menyebabkan oksigen yang masuk ke otak semakin menipis. Saat ini kondisinya sudah tidak sadar lagi, dia hanya terbangun tapi tidak mampu lagi merasakan dan mendengar apa yang ada di sekelilingnya" jelas Dokter itu denganku.
Aku langsung menangis dengan kencang mendengar semua perkataannya. Dokter itu langsung menghentikan penjelasannya dan berusaha menenangkanku. Aku teringat dengan hasil pemeriksaan yang pernah dilakukan Andrew saat di Zurich.
"Sebelum pulang ke Indonesia, saya sempat meminta Andrew melakukan medical check up di rumah sakit yang ada di Zurich. Tapi hari itu Andrew mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Dia juga sempat meminta saya untuk tidak menemui dokter yang sudah memeriksanya. Saya tidak tahu apa-apa soal ini, saya mempercayainya. Kemudian kami pulang ke Indonesia penyakitnya semakin parah. Hingga akhirnya saya kembali menghubungi pihak rumah sakit tersebut dan mendapatkan hasil data itu" ujarku dan mmeberikan Print hasil pemeriksaan Andrew waktu di Zurich.
"Disini juga sudah disebutkan bahwa bapak Andrew memiliki penyakit meningitis yang sudah sangat berbahaya. Meningitis yang di derita Andrew disebabkan oleh sebuah bakteri dan jika tidak segera di sembuhkan maka akan berakibat fatal. Sudah tidak ada yang bisa kita lakukan selain berdoa. Dia sudah lama merasakan sakitnya tapi mungkin saja dia tidak pernah mengeluh dan mengatakannya kepada anda" kata Dokter itu lagi dengan pelan. Bahkan raut wajah Dokter itu pun seperti menyiratkan tidak ada harapan lagi untuk suamiku.
Kepalaku tiba-tiba saja menjadi pusing, penglihatanku kabur. Semua tampak begitu samar-samar, sesuatu seperti mendengung dengan kencang di telingaku. Aku merasakan tubuhku jatuh menimpa kursi yang ada di sebelahku. Setelah itu, semua tampak hitam.
Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi, tubuhku seperti dibawa kesebuah bangunan kosong. Tidak ada apa-apa disana, hanya dinding putih dan begitu luas. Aku tidak tahu sampai dimana akhir dari ruangan ini.
Tiba-tiba aku melihat suamiku, dia berdiri dengan senyuman manisnya dihadapanku. Suamiku terlihat sangat tampan, wajahnya begitu putih dan bersih. Tidak ada kumis ataupun jenggot yang menutupi wajahnya yang tampan. Aku memang selalu rutin mencukurnya setiap minggu. Aku mengontrol semua dengan baik untuk suamiku.
Andrew kemudian mengecup keningku dengan mesra. Aku langsung memeluk tubuhnya dengan erat dan menangis di dalam dekapannya.
"Jangan berbohong lagi, ternyata kamu sudah lama menutupi ini semua dariku. Kamu bersandiwara didepan istrimu! Justru karena kamu menutupi hal ini semakin membuatku hancur" Aku menangis dengan sangat keras di pelukannya namun Andrew justru semakin tersenyum lebar menatapku.
"Aku teringat saat kita akhirnya bertemu setelah berpisah selama 6 tahun, kamu juga menangis dengan kecang seperti ini. Lalu ketika aku meminta restu dari orangtuamu kamu juga menangis sangat kuat dan kini kau juga kembali menangis sayang. Jangan cengeng lagi istriku, kamu tidak boleh mengeluarkan air mata untuk hal yang menyakitimu. Aku tahu kamu wanita yang sangat kuat. Aku dan Danis beruntung mendapatkanmu. Aku belum pernah mengatakan sebuah kejujuran kepadamu sampai saat ini, tapi kali ini aku tidak ingin menutupi apa-apa lagi dari mu" ujar Andrew sambil membelai rambutku dengan mesra, dia juga ikut mempererat pelukannya ditubuhku.
"Sejujurnya saat kamu memutuskan untuk pergi ke Swiss, hatiku begitu hancur. Aku selalu menyebut nama mu setiap doaku. Aku meminta Tuhan mengembalikan dirimu. Aku berharap tidak ada pria yang memilikimu selain aku. Aku bahkan mengatakan kepada Tuhan bahwa kamu lah yang harus menjadi cinta sejatiku. Aku sudah lama ingin menceraikan istriku bahkan disaat pernikahan kami pikiran itu sudah terlintas dibenakku. Aku hanya ingin menjadi milikmu, aku bahagia dengan perceraian itu. Meskipun akhir dari pernikahan itu melahirkan Danis. Aku merasa bahwa aku hanya menitipkan janin itu pada rahimnya, tapi anak itu sesungguhnya milikmu" ujarnya sambil tersenyum.
"saat Danish lahir pun aku langsung berkata bahwa dia harus bertemu dengan ibunya yang sesungguhnya, yaitu dirimu. Tuhan selalu mendengar setiap doa umatnya, dia mengabulkan keinginannku. Aku kembali disatukan denganmu, tidak peduli jauhnya Swiss dan Indonesia ataupun setiap kesakitan yang kamu terima karena aku. Tapi dia tetap menyatukan kita dengan cinta. Aku bahagia Yuli, jangan pernah hilangkan kebahagian ini dari hidupku. Aku ingin terus begini dan sekarang kamu tidak perlu lagi bekerja dengan keras. Aku sudah membeli rumah yang indah untuk mu dan Danish. Aku akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarga kecil kita. Jangan lakukan hal bodoh jika seandainya aku sedang bekerja, mengerti" Andrew memberi penekanan pada kalimat terakhirnya yang membuatku langsung menganggukkan kepala begitu saja mendengarnya.
"Yuli, aku mencintaimu, sangat mencintaimu, dahulu, sekarang dan masa yang akan datang. Jangan menangis lagi sayang, setiap air mata yang kamu keluarkan menjadi beban untukku. Aku ini jodohmu, tidak akan pernah terpisah dan terganti sampai kapanpun. Kamu cinta sejatiku yang sesungguhnya" Andrew menghapus air mataku, aku berusaha menenangkan diri ku sendiri, nafasku masih terasa sesak menahan sisa dari tangisku.
~~~♡♡♡~~~
ENDLESS LOVE
VOTE
VOTE
AND
THANK YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love [END]
RomanceEndless Love "Cintaku tidak akan pernah berakhir untuk mu, sampai kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun" "Sebarapa jauh pun aku pergi. Seberapa lama kita tidak lagi bertemu, Jika Tuhan mengatakan "Kamu" adalah jodohku! Maka aku pasti akan mendap...