-PROLOG-

454 71 49
                                    

Hay!

Bintangnya ya! Di klik!

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


KINI Ayla sudah berada didepan kelasnya. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Ayla mencoba menstabilkan nafas dan degup jantungnya.

Sial. Hari ini Ayla kesiangan, dan sangat tak biasa bagi seorang Ayla datang terlambat ke sekolah. Dan ini adalah yang pertama kalinya.

Dirasa nafasnya cukup stabil, Ayla mencoba memberanikan diri untuk membuka pintu kelasnya. Dengan perasaan takut dan gemetar Ayla membuka pintu kelasnya dengan perlahan, sampai ia bisa mengintip sedikit situasi dikelasnya ini.

Tak sengaja Ayla malah menarik pintu terlalu kencang hingga, pintu kelasnya itu terbuka cukup lebar. Membuat para penghuni kelas menujukan pandangannya pada Ayla yang pucat karna malu.

"Ma—maaf bu saya terlambat." Ucap Ayla takut-takut. Jelas Ayla takut, yang ia hadapi saat ini adalah guru killer yang menyandang gelar Wakil Kesiswaan di SMA Nation's Light. Yang bisa dengan mudahnya menghukum para murid yang terlambat ataupun melanggar aturan sekolah.

"Kenapa kamu terlambat?" Tanya Bu Laras dengan suara khasnya.

"Maaf bu," ucap Ayla sambil menunduk.

"Berdiri di lapangan dan hormat bendera sampai pelajaran saya selesai. Setelah itu saya tunggu kamu di ruang kesiswaan!" Perintah Bu Laras pada Ayla yang terus menunduk. Ayla yang masih berada diambang pintu pun hanya menganggu lemas.

"B-baik bu," ucapnya lesu dan ia menuju lokernya terlebih dahulu untuk menyimpan tasnya. Setelah itu ia mengikuti perintah Bu Laras. Ia menuju lapangan dan hormat pada bendera.

Ayla ingin menolak, tapi ia tau Bu Laras seperti apa. Jika Ayla membantah maka hukuman yang Bu Laras beri bisa ditambah dan bahkan lebih berat.

Dengan wajah pucat pasi Ayla terus mendongak, ia masih berdiri didekat tiang bendera sambil menghormat pada bendera Merah Putih yang berdiri kokoh.

Sesekali Ayla melirik jam berwarna peach yang terpasang ditangan mungilnya itu. Gelisah. Itu yang Ayla rasakan karna jam pelajaran Bu Laras masih lama. Membuat Ayla ogah-ogahan berdiri di lapangan ini.

Ditengah gelisah nya Ayla. Seorang cowok baru saja keluar dari ruang guru. Ia bisa melihat Ayla yang sedang dihukum? Itu lah yang ada dipikiran cowok itu. Meski sedikit samar, cowok itu dapat mengenal wajah Ayla yang nampak tak asing baginya. Cowok tersebut menimang-nimang, dimana ia dan cewek ini pernah bertemu. Cowok itu lalu melirik jam yang dikenakan Ayla.

Ah, ia tahu sekarang. Membuat cowok itu menyunggingkan senyumnya.

"Bagus, kita satu sekolah sekarang." Gumamnya pada dirinya sendiri. Lalu ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, dan mengetikkan sebuah nomor telepon.

AYLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang