MIMOSA 4

32 5 3
                                    

          Mosa berdiri mematung di depan pintu masuk kepala sekolah. Rasanya ada badai hebat yang akan menerjang hidupnya. Kata-kata Pak Fernan masih saja terngiang-ngiang di kepalanya, yang membuat Mosa masih saja termenung.

Perlahan namun pasti, Mosa melangkah ke suatu tempat dimana ia akan bertemu anak sang kepala sekolah. Ada alasan yang sangat menarik hingga Mosa mengiyakan permintaan Pak Fernan.

Sesampai di taman belakang sekolah, mata Mosa berkeliling mencari keberadaan laki-laki itu. Tapi nihil. Mosa tak menemukam seseorang pun disana. Ia menghela napasnya pelan dan berniat pergi dari sana. Sebelum niatnya terwujud suara dari belakangnya membuatnya terdiam.

"Lady,"

Mosa terpaku mendengar suaranya. Suara itu.. suara milik laki-laki tampan tadi pagi, suara milik laki-laki datar nan kejam yang ia temui di rooftops kemarin. Jadi.. apa?!

Mosa membulatkan matanya dan langsung berbalik mendapati laki-laki dengan seragam kemeja di keluarkan dan rambut yang awut-awutan.

"Kenapa kaget?"

Ia berjalan mendekati Mosa.

"Gue Daren." sapanya menjulurkan tangannya untuk berkenalan.

Mosa hanya melirik tangan putih itu dan kembali menatap Daren dengan datar tanpa beniat membalas uluran tangannya. Merasa tak dibalas, Daren menarik tangannya kembali dan memasukannya ke saku.

"Shit." umpatnya dengan pelan.

"Nama lo sia--"

"Langsung ke intinya aja." potong Mosa dengan cepat.

Daren menutup mulutnya rapat-rapat. Tiba-tiba kesal dengan perempuan di depannya itu.

"Lo udah tahu kalo lo mau jadi guru private gue kan? Sebenernya gue gak butuh. Tapi gara-gara bokap gak guna kaya dia gue harus nurut sama dia." ucap Daren.

"Secara gue ini kelas 12, ngapain minta digurui sama adek kelas sok polos kaya lo?" kini senyum miring tercetak di wajah tampannya.

"Ya terus kenapa kamu nurut sama dia?" bantah Mosa dengan suara agak lantang.

Daren terdiam sejenak.

"Ya gue sendiri yang bakal rugi kalo gak nurut sama dia. Gue dibuang ke luar negri kalo gak bisa masuk ke univ terbaik. Jadi terpaksa gue iyain pendapat dia tentang jadiin lo guru bimbingan gue. Dasar aneh."

"Alasan lain selain dibuang di luar negri?"

Pertanyaan itu membuat Daren termenung. Pak Fernan mempunyai alasan tertentu kenapa menjadikan Mosa menjadi guru private Daren.

"Gak tahu." jawabnya singkat.

Mosa berjalan ke pinggir danau dan duduk di kursi panjang dekat danau. Jadi di taman belakang itu ada sebuah danau kecil dengan air yang lumayan jernih. Daren yang melihatnya mengikuti Mosa dan duduk di dekat Mosa.

"Gue gak pernah liat lo sebelumnya. Pertama tadi pagi."

Mosa diam. Rupanya Daren tidak menyadari bahwa perempuan yang di atap kemarin adalah Mosa. Terbukti karena pertama melihat Mosa hanya tadi pagi.

"Nama lo cukup terkenal cuman apa untungnya gue cari tahu siapa lo."

Mosa masih diam saja menatap aliran air danau yang mengalir lembut. Daren menatap Mosa dari samping dan terus menatapnya.

"Mulai besok lo pulang sama gue."

Mosa langsung menoleh. Apa-apaan ini? Mosa jadi terbebani atau lebih tepatnya hidup Mosa yang tertutup sedikit demi sedikit akan terbuka semenjak kenal dengan Daren karena harus membuka suara lebih banyak nantinya.

that's A Incredible LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang