MIMOSA 12

16 5 0
                                    

-----------------

"Jadiin gue hujan di kehidupan lo dan bakal gue kasih jalan biar gak buta sosial lagi."

----------------

Mosa terdiam. Menatap datar seseorang yang ada di depannya.

"Lurusin otak kamu dulu baru ngasih jalan aku. Kamu juga buta sosial." ujar Mosa.

Kini giliran Daren yang terdiam.

Pesanan datang. Mosa langsung menyeruput coklat hangat dengan toping keju dan sedikit choco chips yang bertaburan. Daren pun melakukan hal yang sama.

Mereka menikmati pesanan mereka bersama suasana hujan lebat di luar sana. Selang lama, dessert mereka habis dan menyisakan cocholate drink masing-masing yang tinggal sedikit.

"Sepertinya kita harus tinggal disini lebih lama."

"Kenapa?"

"Hujan."

Mosa tersenyum. Yah, kini Daren bisa melihat gadis itu tersenyum dihadapannya.

"Kenapa gak hujan-hujan?" tanya Mosa

"Dingin." jawab Daren.

"Tapi dia bisa membawa luka ku pergi."

"Luka mu pergi tidak dengan kesehatanmu. Hujan-hujan itu gak baik." ujar Daren menghabiskan sisa coklatnya.

"Aku tidak peduli."

"Terserah."

Mosa menopang dagunya dan menatap Daren.

"Kehidupan kamu juga penuh drama."

"Gak usah sok tahu." sahut Daren memutar bola matanya.

"Kamu pernah mukul orang di rooftops. Dan kamu tidak lebih dan tidak kurang dari psikopat yang selalu memukul siapa saja yang menggangu kamu. Kamu cukup buta sosial juga ternyata." ujar Mosa tersenyum sinis sembari mengudak minumannya.

"Bukan itu yang gue maksud sebagai buta sosial. Orang-orang itu cuma benalu di kehidupan gue. Dan benalu adalah penggangu yang harus disingkirkan. Beda sama lo yang masih banyak sekali orang-orang diluar sana yang peduli sama lo, mencoba menolong elo. Tapi elo gak peduli sama mereka. Itu yang dinamakan buta sosial menurut gue."

Daren berucap sangat panjang dan ini merupakan perbincangan dua manusia jarang bicara, menjadi manusia sejuta pendapat tentang kehidupannya.

"Mereka menolong karna ada maunya doang."

"Ya. Terkadang kita dengan mudahnya menilai seseorang. Lo gak jauh beda sama psikopat kaya gue."

"Aku gak p--"

"Peduli," potong Daren cepat. "Hei. gue pantes bersikap kasar karna mereka menjadi penganggu gue."

"Sama. Mereka adalah penganggu." bantah Mosa tak mau kalah.

"Salah. Mereka bukan penggangu melainkan penolong."

"Hah! Udah deh! Kita sama-sama gak peduli dengan dunia di luar sana." ucapan Mosa mengheningkan suasana sejenak.

"Benar. Kita tidak peduli."

Mosa mengangguk. "Jangan coba-coba menasehati ku lagi. Otak kamu lebih kecil dari otakku." ejek Mosa benar-benar mengenai Daren.

Tapi Daren tidak peduli.

"Ayo hujan-hujan." ajak Mosa menarik tangan Daren dan segera berdiri dari tempatnya.

"Jangan gila."

that's A Incredible LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang