.
.
."Nak, bangunlah. Hari sudah sore."
"Nak.."
Perlahan mata itu terbuka. Namun masih menyipit. Mosa mengedarkan pandangannya ke ruangan yang kini sudah mulai ramai, dipenuhi murid yang hendak memulai kelas Olimpiade sore ini.
"Kamu tertidur disini sejak kapan?" tanya Miss Ufy.
Mosa mengerjapkan matanya.
Sejak kapan?
Lalu ia menggeleng pelan. "Entahlah."
Gadis itu berdiri dari bangkunya sembari menggendong tas ranselnya keluar dari ruangan.
"Kenapa keluar? Kenapa gak ikut kelas sekalian?" tanya Miss Ufy menghentikkan langkah Mosa
"Saya mau pulang saja." jawab Mosa sedikit tersenyum dan meninggalkan ruangan itu.
Mosa berjalan di koridor dan melihat banyak murid sudah menggendong tas masing-masing menandakan bahwa kini jam pulang sekolah. Mosa terdiam.
Jadi aku tertidur sampai pulang sekolah? Di ruang Olimpiade? Sendirian? Bagaimana dengan... Gava??
Mosa teringat dengan kakak kelas yang berkenalan dengannya tadi pagi.
"Lo udah bangun?"
Tanya seseorang tiba-tiba membuat Mosa berhenti dan menoleh seketika.
"Sorry tadi gue tinggal sendirian. Habisnya gue ga tega ngebangunin elo. Tidurnya pules banget." ucap Gava.
3 pil obat tidur aku telen semua gimana gak pules.. oh ya, kenapa gak mati sekalian sih, heran.
Mosa tetap diam saja tanpa merespon satu katapun untuk Gava.
"Gue mau lanjut kelas Olimpiade dulu. Lo pulang sama siapa?"
"Naik ang--"
"Sama gue!" sahut seseorang datang dan langsung merangkul Mosa.
Gava mengernyit melihat gadis mungil yang bajunya dikeluarkan itu.
"Apa liat-liat? Gue ini sahabatnya Mosa. Gak kenal? Yaudah ayo kenalan!" ucap Icha dengan PD nya dan menjulurkan tangannya.
Gava tersenyum mendengarnya. Ia juga membalas uluran tangan Icha.
"Tangan lo adem banget, se-adem hati gue liat wajah lo," Icha terkekeh pelan masih tetap merangkul Mosa.
Heran, Mosa diam saja saat dirangkul. Padahal biasanya akan membuang dengan kasar tangan-tangan yang menyentuh tubuhnya. Dan Mosa hanya diam saja mendengar perbincangan Gava dengan Icha.
"Hahaha bisa aja lo." Gava sedikit tertawa melihat aksi Icha.
"Nama gue Icha. Lucu kan? Sama kaya orangnya lucu juga gemesin."
"Idih,"
"Nama lo siapa?" tanya Icha pada Gava.
"Elgava. Panggil aja Gava. Gue kakak kelas lo, jadi lo yang sopan dikit sama kakak kelas."
"Elgava yang terkenal itu kan? Biasanya Venna cerita semua tentang lo."
"Oh ya?"
"Iya! Tapi wajah lo gak pantes jadi kakak kelas. Pantesnya jadi dedek gemes aja, hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
that's A Incredible Life
Teen FictionCerita ini mengandung unsur kekerasan. Sebaiknya berpikir dua kali sebelum benar-benar menyukai laki-laki kejam dan bodoh. Setidaknya berpikir dahulu sebelum benar-benar mengagumi seorang gadis pendiam, dengan sejuta luka yang dirasakannya, tidak ba...