Haloo.. aku mau kasih informasi sedikit sebelum lanjut baca part 10 ini.
Aku ada niatan ganti judul karya aku ini sih. Aku rasa ceritaku sama judulnya rada ga nyambung gitu hehe :( Aku putusin buat ganti judulnya. Ditunggu ajaa yaa..
Okey terimakasih!
---------------
WARNING!⛔ CERITA MENGANDUNG KEKERASAN!
______________________________________Ia terbangun dengan napas memburu dan keringat yang membasahi wajahnya. Ia segera berdiri dan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air putih.
"Nona?" ucap sang pembantu melihat ada seseorang berbaju putih berjalan ke arah dapur.
Ini bukan soal creepy atau horrornya, tapi ini masih dini hari dan lampu di sebagian ruang dimatikan. Bisa saja wanita berbaju putih itu maling yang sengaja menyerupai hantu agar sang pemiliknya ketakutan. Mbok Inem berjalan mendekati dapur dan mengamati Mosa sedang menuang air putih ke gelas sampai penuh dan meluap-luap tapi tidak segera diberhentikan dalam menuang.
"Non!" panggil Mbok Inem sekali lagi sambil manahan tangan Mosa agar tidak menuangnya lagi.
Mbok Inem terdiam. Bawasannya mata Mosa kini tertutup rapat menandakan bahwa dia tertidur dan dia hanya mengigau menuangkan minum tersebut.
"Ya Allah, Nona mengigau to. Pantesan di panggil gak jawab-jawab." gumam Mbok Inem.
"Apa?"
"Heh?!"
Bibi terkejut dan selanjutnya tersenyum melihat Nona kini membuka mata dan memilih duduk di kursi makan.
"Aku gak lagi ngigau. Cuma pengen merem aja. Aku juga lagi males jawab panggilan si Mbok." jawab Mosa lalu meminum air putih.
"Oh begitu to," bibi mengangguk mengerti. "Non terbangun jam segini, apa mimpi buruk lagi?"
Brakk!
Secara spontan Mosa meletakkan gelas di meja makan (yang terbuat dari kaca) dengan keras. Dan mimpi yang membuatnya terbangun memutar kembali di pikirannya.
"Enggak." balas Mosa.
Bibi yang sedikit ketakutan itu pun hanya mengangguk mencoba mengerti.
"Ya-yaudah Non, Mbok balik tidur dulu ya."
"Hm."
"Hei."
"Singkirkan tanganmu, brengsek."
Teriaknya ketika pria setengah baya itu memegang dagunya dan tersenyum iblis menatap wajah Mosa.
"Pergi dari rumah ini atau.. saya yang usir kamu?" tanyanya memegang tongkat kayu siap-siap dilayangkan pada tubuh Mosa.
"Ini rumah saya." balas Mosa tajam. Walau jiwa dan raganya sudah tidak kuat, ia mencoba terlihat biasa saja mendapat perlakuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
that's A Incredible Life
Teen FictionCerita ini mengandung unsur kekerasan. Sebaiknya berpikir dua kali sebelum benar-benar menyukai laki-laki kejam dan bodoh. Setidaknya berpikir dahulu sebelum benar-benar mengagumi seorang gadis pendiam, dengan sejuta luka yang dirasakannya, tidak ba...