Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Goodbye
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah kau sudah datang." Jieun berdiri dari kursi kerjanya. Dia tahu bila ini akan terjadi, Taehyung pasti begitu penasaran dengan apa yang terjadi kemarin. Hal ini justru membuatnya bersemangat.
"Apa yang kau katakan padanya kemarin?" Ucap Taehyung dengan nada yang berat.
Wanita itu tersenyum, mata sayunya menatap dari ujung rambut sampai ke kaki. "Kau terlihat menakjubkan, bagaimana keadaanmu."
"Aku tidak punya waktu untuk basa-basi, Jieun. Sekarang, jelaskan."
"Tidak ada, apa yang mungkin aku ucapkan."
Taehyung menghela napas berat, menjilat bibirnya dan kembali menatap. "Ayolah, aku tidak punya waktu untuk main-main. Apa yang kau inginkan?"
..
Joy masih mematung didepan meja rias, memperhatikan surat pengunduran dirinya yang dia buat tadi malam. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk melepaskan semuanya. Tidak perlu menunggu penjelasan dari siapapun. Dia sudah menyerah.
Mungkin memiliki Taehyung adalah pemikiran tamak yang ada pada dirinya. Joy berpikir tidak seharusnya dia memikirkan sejauh itu.
Menarik napas panjang sekali lagi, dia merapikan rambutnya dengan ujung jari lalu pergi menuju keluar. Berpapasan dengan nyonya Park yang menyapanya.
Joy pergi kedalam kamar kakek Kim. Pria tua itu ditemani Jimin. Mereka berdua membicarakan masalah bonsai dan sebagainya, tipikal pembicaraan orang tua yang membosankan, pikir Joy.
Dia mengambil mangkuk sarapan, menyapa kedua pria yang masih sibuk membicarakan masalah tanaman.
"Pagi." Jimin menyapanya, Joy balas dengan satu anggukan. Dia merasa enggan untuk bicara.
"Tumben kau menjadi pendiam." Kakek Kim menimpal, melirik dengan bingung.
Jimin menyadari kedua matanya yang sedikit bengkak, dan senyuman lemah yang dia berikan. Joy pasti telah banyak mengalami waktu yang sulit. Jimin mengerti dengan keadaannya.
