Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
..
Joy merasakan tubuhnya begitu hangat. Kepalanya bersandar pada tubuh seseorang, dan aroma lavendel dari jaket orang itu masih saja menggelitiki indra penciumannya. Pria itu menyingkirkan helaian rambut dari wajahnya, membuat Joy membuka matanya perlahan.
"Kita sudah sampai." Ucap Jimin, dengan suara yang masih terdengar asing namun juga terasa familiar secara bersamaan. Seperti alunan musik yang menenangkannya.
Joy terdiam. Memandang Jimin seakan tidak mengerti. Karena memang dia tidak ingin pulang, tidak ingin berpisah dari pria itu. Ingin bersama dengannya lebih lama lagi.
"Kita sudah sampai Joy." Ucap Jimin menegaskan kembali, kali ini dia bicara dengan nada suara yang pelan, berharap tidak menyinggung perasaan Joy.
Wanita itu melirik keluar kaca mobil, ternyata mereka benar-benar berada tepat didepan gedung apartemennya. Kekecewaan kembali memenuhi pikiran Joy yang sedang kalut. Dia tidak ingin menginjakkan kakinya kesana. Entah mengapa pikirannya dipenuhi ide gila, seperti lebih baik Jimin menurunkannya dipinggiran jalan entah dimana. Semuanya akan terasa lebih mudah seperti itu.
Joy hanya bisa menghela napasnya, mengangguk pasrah dan melepaskan pelukannya dari tubuh Jimin perlahan. Menyadari jika supir pria itu memperhatikan mereka dari kaca spion tengah, tanpa mengalihkan kedua matanya sama sekali.
"Jimin. Terimakasih untuk segalanya." Ucap Joy, dengan gugup.
Jimin balas mengangguk senang, senyuman yang tulus itu terlihat seperti natural baginya. Selalu saja terlihat sempurna, meski dia tidak mencoba.
Sebelum membuka pintu mobil, Joy tiba-tiba berhenti. Berpikiran bahwa dia tidak ingin keluar, dan Jimin bisa membawanya pergi. Namun, dia tidak ingin merepotkan pria yang sudah menolongnya itu. Dia pun berbalik, mendapat tatapan bingung dari Jimin.
