"Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah"
Panggilan mulia yang hanya kepada hamba-hamba pilihan-Mu.
Bukan panggilan kepada yang mampu, namun Allah memampukan yang mau, yang yakin dan yang paling kuat azzamnya._____
Bulan Juni tahun ini begitu padat dengan ujian midterm dan final. Tidak terasa semester empatnya akan segera berakhir. la merasa bersyukur karena ahad ini tidak ada kegiatan apapun di lembaga, jadi Dhuha bisa menghabiskan cuciannya yang sudah menumpuk.
Sambil menunggu cuciannya yang dalam mesin cuci, ia melanjutkan bacaannya. Sebuah buku karangan Ustadzah Halimah Alaydrus, Bidadari Bumi. Beliau merupakan alumni dari pondok pesantren Daruz Zahra ,Tarim. Sebuah kota yang berada ditanah Hadramaut, Yaman. Tarim merupakan kota yang bersejarah, kota yang paling diberkati di muka bumi. Kotanya para ulama dan habaib-habaib. Kota seribu wali.
Tiba-tiba Dhuha merasa ada yang menarik ujung jilbabnya.
"Ah..bang Hakim kok""Keluar yuk"
"Gak ah... mau dirumah aja"
"Yah, libur sesekali gini kok dirumah aja"
"Justru itu bang. Dhuha lebih suka dirumah. Jalan-jalan itu cape""Ayolah... kita keluar. Tuh si Fani sama Amar udah siap-siap."
"Ayuklah kak Dhuha." Tiba-tiba dua bocah itu muncul sambil menarik kedua tanganku.
Mau gimana lagi, satu banding tiga. Terpaksa Dhuha mengalah.
Hari ini Hakim membawa mereka ke Pantai Pasir Putih, Lamreh, Aceh Besar. Pengunjung lumayan ramai karena hari Minggu. Lalu mereka duduk disalah satu pondok di pinggir laut. Fani dan Amar tanpa aba-aba langsung lari ke pantai untuk mandi. Mereka tampak begitu bersemangat, padahal matahari lumayan terik.
Tiba-tiba handphone Dhuha berbunyi. Ternyata panggilan dari Ayahnya.
"Assalamualaikum Dhuha"
"Waalaikumsalam ayah, ayah apakabar? Ayah sehat?""Alhamdulillah ayah sehat nak. Kamu kapan libur? Ayah sudah rindu"
"Dhuha juga rindu sekali sama ayah, insya allah minggu depan yah."
"Segera pulang ya."
"Tanpa ayah suruh pun Dhuha bakal langsung pulang kok."
"Yasudah, sampai jumpa nanti nak, jaga kesehatan, jangan lupa makan, jangan tinggal shalat."
"Insya allah ayah, ayah juga ya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
Dhuha pun tersenyum ke arah Hakim.
"H-8 go to Palembang bang.""Buru-buru banget sih ha, mending tidur sama jalan-jalan dulu di Aceh, baru balik Palembang."
"Eng..gak mauuu"
"Eh bang, pesanin tiket lah buat Dhuha. Jangan nanti kehabisan tiket."
"Eng..gak mauu"
"Ih.... tolonglah."
"Sekarang nikmatin dulu pemandangan yang indah dimata kamu, baru ntar kita mikirin tiketmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DHUHA
RomanceSejak kecil Dhuha telah dibesarkan oleh Ayahnya tanpa seorang ibu. Sehingga sosok ayahnya adalah satu-satunya orang yang paling dicintainya. Namun siapa sangka takdir tuhan lagi-lagi mengujinya dengan kehilangan sang ayah. Ditengah kehilangannya itu...