Bagian [11]

79 7 2
                                    

Teruslah jadi penghapus untuk pensilku ya. Karena pensilku masih terlalu baru untuk memulai sebuah tulisan, ia masih suka salah dan keluar garis~

🍁🍁🍁

Dhuha setengah berlari menuju ruang dosen di lantai dua fakultasnya. Sesekali ia melihat jam ditangannya. Sialnya lift fakultasnta sedang tidak berfungsi hari ini. Dhuha terpaksa menaiki tangga untuk kesana.

Tiga menit. Fix tiga menit sisa waktunya untuk sampai tepat di depan ruang pak Rian. Jika ia sampai telat satu menit saja, habislah ia karena pertemuan pertamanya hari ini akan berkesan sangat buruk. Dari Layla ia tahu bahwa pak Rian adalah orang yang sangat ontime. Ia sangat membenci mahasiswa/i nya yang telat.

Setelah lelah berlari, akhirnya Dhuha sampai di depan ruang dosen pembimbingnya. Nafasnya masih terengah-engaj. Ia segera mencoba merilekskan seluruh otot-otot tubuhnya.

Perlahan, ia mengetuk pintu ruang dosen dihadapannya itu, lalu pelan-pelan ia masuk.

Terdapat lima buah meja besar didalam ruangan itu. Tetapi hanya satu meja yang berpenghuni, yaitu meja bu Dewi, salah satu dosen yang mengisi kelas Dhuha saat semester satu dulu. Bu Dewi terlihat sibuk memainkan gadgetnya. Ia sama sekali tidak menyadari kedatangan Dhuha. Akhirnya Dhuha memutuskan berjalan mendekati meja bu Dewi, ia berniat menanyakan pak Rian kepadanya.

"Assalamualaikum bu," sapa Dhuha padanya.
"Waalaikumussalam, eh kamu rupanya Dhuha, sudah lama?"

"Baru saja Dhuha masuk bu. Mohon maaf sebelumnya, sebenarnya Dhuha mau menjumpai pak Rian bu, apa ibu ada melihat pak Rian sebelumnya bu?"

"Oalah... kamu mau jumpa Pak Rian. Dia baru saja 10 menit yang lalu keluar, katanya ada pertemuan mendadak dengan pihak rektorat"

Dhuha terdiam lama. Apa aku sudah terlalu telat ya? Aduh bagaimana ini?

Setelah itu, Dhuha langsung pamit kepada bu Dewi. Akhirnya Dhuha memilih duduk dikursi panjang yang terletak tidak jauh dari ruangan pak Rian. Ia mengambil ponselnya didalam tas dan memastikan kembali bahwa tidak ada pesan baru yang masuk. Perasaannya benar-benar tidak enak kali ini. Bagaimana kalau aku membuat kesalahan hari ini? Ah, benar-benar menakutkan, gumam Dhuha dalam hati.

Dhuha bingung harus bagaimana. Dengan pasrah, ia menyerahkan segala halnya kepada Allah. Sekitar lima belas menit ia menunggu, akhirnya terdengar suara getar ponselnya.

1 pesan baru.
From: Doping Rian

Tiba-tiba saya ada pertemuan mendadak, jadi kita undur bimbingannya sekitar 30 menit lagi ya.

Akhirnya Dhuha merasa lega. Ia langsung membalas pesan dopingnya itu.

Dari jauh tampak seorang laki-laki berkemeja abu-abu muda memasuki ruangan pak Rian. Laki-laki itu terlihat seperti baru berumur 26 tahun. Dhuha agak ragu jika itu adalah pak Rian, menurutnya laki-laki itu terlalu muda untuk menjadi seorang dosen pembimbing. Namun satu sisi Dhuha merasa bahwa laki-laki itu memang pak Rian. Ia tidak ingin mengambil resiko yang lebih besar, akhirnya ia memutuskan untuk masuk kembali ke ruang pak Rian.

Dhuha baru saja hendak mengetuk pintu ruangan ternyata bersamaan dengan bu Dewi yang keluar dari ruangan sambil setengah berbisik kepada Dhuha, "Tuh pak Rian kamu udah ada didalam, hati-hati ya, dia sedikit galak", kata bu Dewi yang semakin membuat jantung Dhuha berdetak lebih cepat karena rasa cemasnya.

DHUHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang