Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh
****
"Mbak Anggi liat Mas Anoel nggak?" Anggia hanya menggeleng. "Kemana ya? Padahal aku bilang tunggu sebentar," ucap Syahirah membenahi khimar.
"Coba cek ke taman belakang, biasanya suka di sana main sama Afrana." Syahirah hanya mengucapkan oke, lantas pergi ke taman belakang. Beberapa langkahnya sampai, ia mendengar suara orang berbicara.
"Nggak Kak. Masalahnya rumit. Di antara kami hanya aku yang rasanya berjuang sendiri."
"Coba kamu pikir lagi, Kakak rasa dia sudah lumayan loh. Mulai terbuka dengan kamu. Buktinya seminggu yang lalu dia cerita tentang masalah keluarganya kan?"
"Iya sih Kak, itu kupaksa dia cerita, karena ketahuan berbohong izin pergi ke ulang tahun anaknya Anya."
"Intinya kamu hanya harus lebih sabar dan berusaha lebih jauh lagi Noel. Lagi pula siapa dulu yang memaksa dia mau sama kamu.. Kamu kan?" Anoel mengacak rambutnya kasar.
Wanita yang berdiri dekat pintu belakang itu hanya terdiam. Apakah selama ini dirinya hanya menjadi sebuah beban dalam hidup Anoel. Syahirah merasa sudah semaksimal mungkin menjadi istri untuk suaminya. Apa tadi Anoel bilang berjuang sendiri? Tidak tahu kah lelaki itu bahwa Syahirah pun berusaha keras melupakan nama seseorang yang sampai saat ini masih sering menghantui malam-malamnya.
Menghela napas kasar, Syahirah kembali ke dalam tidak jadi menemui suaminya. Mungkin Syahirah pikir minggu pagi ini akan ceria, terlebih dua hari yang lalu ia tak sengaja bertemu dengan Thau.
Ya, memang sampai saat ini baik Syahirah-Anoel beserta keluarga masih menginap di rumah Anggia. Rencananya mereka semua akan berwisata kecil ke Taman Mekarsari.
"Ada Ra?" tanya Anggia saat melihat Syahirah ingin naik ke lantai dua. Ra adalah panggilan singkat Anggia pada adik iparnya itu.
"Ada Mbak, sedang ngobrol dengan Bang Khidir, Ra ke atas dulu mau siapkan perlengkapan nanti." Anggia hanya menjawab oke, setelahnya Anggia menyusul suami dan adiknya di taman.
"Udah ketemu Ra tadi, Noel?" Anoel terlihat bingung, karena sedari tadi mereka hanya berdua. Tidak ada Syahirah.
"Nggak Kak, kenapa memangnya?"
"Tadi dia nyariin kamu, Kakak bilang kamu di belakang sama Afrana kali, eh taunya ada Mas Khidir."
Seketika Anoel melihat abang iparnya dengan tatapan yang menyatakan 'jangan-jangan Syahirah dengar' lantas segera menemui istrinya di lantai dua.
Suara pintu berderit menghentikan aktivitas Syahirah yang sedang mengemas perlengkapan. Derap langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya. Hingga mencium aroma yang sudah ia hapal.
"Tadi kamu cari Mas?" Syahirah menengok ke belakang. Lantas mengangguk. "Kenapa tidak menemui Mas? Tadi Kak Anggia bilang kamu ada perlu."
"Oh, ehm ... nggak jadi, tadi Syahirah nggak mau ganggu. Lagi asyik ngobrol gitu."
"Kamu di divisi Kak Anggia nyaman?" Anoel mencoba membahas hal lain.
"Nyaman, kenapa memangnya?"
"Enggak, aku lihat kamu selalu pulang di atas jam lima. Kak Anggia bikin kamu susah?"
"Enggak, kok. Akunya malah yang bikin Mbak Anggi susah." Syahirah tersenyum tipis. "Eh iya Mas."
"Kenapa?" tanya Anoel saat hendak menuju kamar mandi.
"Setelah pulang dari taman aku mau bicara sama kamu di rumah." Anoel menatap Syahirah penuh tanya. Baru kali ini istrinya itu mau berbicara lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Abu Thalhah-Ku
Romance[Mulai Revisi] ON GOING [Slow update] Sulaimah Syahirah namanya, perempuan kelahiran kota Jakarta itu menjadi sekretaris sebuah perusahaan manufaktur tekstil dan garmen terbesar di Indonesia. Beragam kisah terjadi dalam hidupnya, mulai dipertemu...