Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.
Woah! Hampir 3 minggu lapak ini kubiarkan kosong, maafkan.
Semoga bisa sering update 😌Maaf kalau ada typo
Mata itu terus menatap pada sosok wanita di depannya. Lama sekali sampai Albert datang menepuk bahu lelaki tadi. "Tuan, maaf, saya terlalu lama. Tadi saya berbincang sedikit dengan Nona Syahirah." Albert yang tidak enak berbicara pada tuannya itu sesekali menunduk.
Menghilangkan rona kejut di diri—Thau—berdeham.
"Tidak apa. Ayo Albert, kita akan terlambat jika tidak segera," panggil Thau tanpa melihat ke arah Syahirah.
Sedangkan Syahirah jangan ditanya, bahkan ia sekarang masih bergeming. Tidak percaya, berjumpa dengan sosok yang pernah menjadi masa lalunya.
"Ehm ... Tuan," panggil Albert.
"Ya, ada apa?" tanya Thau berbalik arah saat dirasa Albert belum juga berjalan di belakangnya.
"Begini, Nona Syahirah ...."
"Tidak apa, Albert. Aku akan naik taksi saja. Terima kasih atas tawaranmu tadi." Syahirah tersenyum kecut, dia sadar diri untuk apa menumpang di mobil milik Thau sedangkan sang pemilik saja enggan bercakap dengannya. Setidaknya mengucapkan kata "hai" mungkin Syahirah tidak akan sekecewa ini. Apa kecewa? Tidak-tidak, batinnya.
"Tapi, Nona ... ini sudah malam. Tuan, boleh Nona Syahirah kita antar, kan?" tanya Albert pada Thau yang saat ini masih menampilkan wajah datarnya. Syahirah harap-harap cemas, karena takut Thau akan mengatakan "tidak" terlebih dia masih ingat dulu saat pertengkaran terakhir dengan laki-laki itu.
Thau sudah masuk lebih dulu ke mobil, sedangkan Syahirah termangu, tidak percaya. Albert hanya senyum saja, ia tahu sebenci atau sekesal apapun tuannya, laki-laki itu tidak akan tidak acuh pada wanita yang pernah ada di hidupnya. Kisah Thau-Syahirah, siapa yang tidak mengetahuinya. Bahkan Albert sudah hapal luar kepala.
Selama perjalanan hanya suara Thau yang sedang bercakap ria dengan ponsel. Mungkin urusan kerja. Syahirah hanya menatap jendela kaca mobil, sendu. Rasanya aneh, saat hatimu mencoba keluar dari yang namanya rindu, tapi tidak bisa hanya karena kamu berjumpa kembali dengan masa lalumu. Kenangan, bukan kah semenyebalkan itu?
Helaan napas berat keluar dari Thau, Syahirah melirik sekilas. Thau dan Syahirah duduk bersisian, tapi wanita itu agak menjauh hingga duduk di ujung dekat kaca bahkan hampir menempel.
"Bagaimana denganmu?"
Syahirah yang tidak siap dengan pertanyaan Thau, hanya menatap sepenuhnya penuh tanya. Thau yang mengerti kebingungan wanita itu lantas saja berkata, "Kabarmu, baik?" Syahirah mengangguk kikuk.
"Lalu, kamu sendiri?" Syahirah berusaha mencairkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang sama.
"Sangat baik sampai sebelum berjumpa denganmu ... lagi," jelas Thau ketus dan penekanan pada kata 'lagi'. Matanya sendu tidak sinkron dengan ucapannya. Syahirah menunduk.
"Maaf," ucap Syahirah lirih. Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Tiga bulan lebih tidak berjumpa lagi rasanya benar canggung.
"Kamu masih bekerja dengan Anoel?" Syahirah mengangguk ragu. Thau yang melihat hanya menyeringai sekilas.
"Dia benar-benar mengikatmu. Ck! Tidak cukup hanya membuatku jauh dari bisnis di sini." Thau mengalihkan pandangannya pada kaca mobil.
"Aku telah .... "
"Aku tahu, tidak usah kamu jelaskan," potong Thau cepat. "Selamat. Aku tidak bisa datang waktu itu. Ibuku sedang dimakamkan." Raut wajah lelaki berjas hitam itu berubah gelap, tangannya mengepal erat. Syahirah yang melihatnya pun merasa bingung. Harus apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Abu Thalhah-Ku
Romansa[Mulai Revisi] ON GOING [Slow update] Sulaimah Syahirah namanya, perempuan kelahiran kota Jakarta itu menjadi sekretaris sebuah perusahaan manufaktur tekstil dan garmen terbesar di Indonesia. Beragam kisah terjadi dalam hidupnya, mulai dipertemu...