9.2 Perkara Hati

94 15 4
                                    


Suasana dalam ruangan terasa dingin bagi Anoel, laki-laki itu mematung pada dua hal: pertama, matanya tidak fokus melihat ke arah kotak kecil merah di nakas dan kedua, sesekali melihat Syahirah yang sudah duduk menunggu dirinya bertitah.

"Emmm ... ada apa, Pak? Kalau misalnya tidak ada apa-apa saya akan kembali." Saat Syahirah hendak beranjak Anoel menginterupsi.

"Tunggu, saya mau bicara." Dalam hati Syahirah sudah jengah, apa-apaan ini bosnya. Mau ngomong saja kok sampai harus bertele-tele. Syahirah kembali duduk-menunggu.

"Begini, besok kamu jangan telat ya. Saya tidak menerima konsekuensi dari keterlambatan kamu." Syahirah hanya menganga tidak percaya, di suruh datang ke ruangan bos hanya karena ini.

"Baik, Pak. Saya pasti tidak akan terlambat. Ada lagi, Pak?" Anoel hanya menggeleng. "Kalau begitu saya permisi."

Usai Syahirah pergi, Anoel menyugar rambutnya kasar. Kata-kata yang ingin ia sampaikan pada gadis itu bagai terbang dibawa angin. Mana keberaniannya tadi, saat Syahirah belum datang. Bisa-bisanya dia secemen ini, makinya dalam hati.

***

"Pak Anoel kenapa sih, aneh banget. Nggak taulah. Mau siap-siap buat nanti malam. Eh, wait! Kenapa aku jadi so excited gini. Nggak boleh! Nggak boleh! Tetap tenang Syahirah calm down girl!"

Syahirah berada di hotel usai menemui Anoel di kantor tadi. Beberapa dress tertata di ranjang. Sempat bingung memakai baju apa padahal ini hanya dinner biasa, tapi bagi Syahirah tidak biasa karena ia dinner bersama orang yang tidak biasa. Entahlah pikirannya sedang kenapa.

"Gawat udah malam gini dan satu pun aku belum milih. Arghhh!" teriaknya frustasi. Diambilnya dress mekar selutut warna hitam dengan lengan seperempat. Bersiap meng-curly rambutnya yang berwarna cokelat keemasan. Ditambah make-up mencolok kesukaannya. Syahirah tidak pernah memakai make up tipis, ia selalu dengan penampilan yang mencolok. Gorgeous dan sexy menjadi icon Syahirah di kantor.

Terlihat pesan masuk dari Thau di ponselnya. Menyatakan bahwa ia harus segera sampai jam 08.00 malam di restoran. Syahirah sudah rapih bergegas memakai sepatu wedges yang menurutnya masih ramah pada sang kaki. Mantel tebal menyelimuti tubuhnya, karena cuaca semakin dingin.

***

Thau melihat arloji di pergelangan tangannya. Pukul 09.00 tepat, tapi. Syahirah belum menunjukkan wajahnya. Apa gadis itu terjebak badai? Ah tidak! Apakah ada badai? Dengan pemikiran yang terus bergumul, Thau meminta Albert mengecek cuaca hari ini dan memastikan apakah ada badai. Karena sedari tadi Syahirah tidak mengangkat panggilannya. Thau mencoba melakukan panggilan kembali, saat itu ia melihat seorang wanita dengan mantel yang masih membalut tubuhnya di pintu restoran.

"Albert, tidak usah. Aku sudah melihatnya."

"Baik, Tuan."

Thau melangkah menuju gadis itu. "Apakah ada badai sehingga kau telat satu jam lamanya, Nona?" Thau mengulurkan tangannya untuk Syahirah gapai.

"Maafkan aku, kamu tahu sendiri wanita dengan segala sesuatunya." Syahirah menerima uluran tangan itu dengan kekehan kecilnya.

"Ya-ya, kali ini kumaafkan kamu." Thau membantu Syahirah melepas mantelnya. "Wow! You look so beautiful, always."

"Thanks, i know that." Masih dengan senyum yang terus terpancar Syahirah duduk dengan bangku yang sebelumnya Thau bantu geserkan.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Thau saat Syahirah melihat buku menu.

"Kamu lebih tahu aku."

"Ya, akan kupesankan yang halal untukmu." Syahirah tersenyum. Walau dia sedikit agak nakal tapi dia juga tidak pernah melanggar aturan dalam agamanya secara berlebihan termasuk dalam memilih makanan.

Waiter datang menuliskan makanan yang dipesan, setelahnya dua buah minuman. Satu yang berwarna kuning bening dan satunya lagi jus strawberry kesukaan Syahirah.

"Ada apa meminta makan malam denganku? Tidak seperti biasanya. Apa kamu tidak takut tunanganmu cemburu padaku?" Syahirah meminum sedikit jusnya karena terasa gerah menyebut tunangan laki-laki itu.

"Astaga Syahirah. Kamu masih saja mengungkitnya bahkan saat kita sedang bersama." Laki-laku itu terkekeh, senang dengan reaksi dari Syahirah. "Aku mengajakmu ke sini bukan untuk berdebat Syahirah. Bisa kah kita melupakan kejadian tadi pagi?" Syahirah mengendik bahu.

"Fine. Besok kamu pulang ke Indonesia, bukan? Aku hanya ingin memberimu kebahagiaan malam ini." Syahirah tetap diam. Masih kesal. "Oh My God! Kamu benar-benar keras kepala. Baiklah." Thau berdiri dari duduknya. Sepertinya hal ini akan meluluhkan gadis itu. "Wanna dance with me?" Syahirah melirik uluran tangan Thau, ia tampak ragu. Syahirah bukan wanita yang tidak bisa berdansa, bahkan ia sangat mahir jika sudah berdiri di atas lantai dansa. Hanya saja saat ini perasaanya dilema.

Tubuhnya berkhianat, tangannya meraih sambutan tangan Thau. Melihatnya, laki-laki dengan jas abu-abu formal itu tersenyum. Iringan musik klasik memenuhi pendengaran mereka. Beberapa pengunjung juga menari bersama pasangan mereka.

Tangan kiri Thau diletakkan pada pinggang kanan Syahirah sedang tangan kanannya menggenggam ke atas tangan kiri Syahirah dan tangan kanan Syahirah berada di pundak kiri laki-laki itu. Tubuh mereka hampir berdempetan hanya berjarak 15cm. Ketukan ah bukan lebih tepatnya gedoran jantung mereka saling bertalu. Syahirah bahkan menahan napas lima detik sebelum memulai dansa sedang Thau berusaha menormalkan raut wajahnya.

"Kamu tahu, ini pertama kalinya aku berdansa." Thau berbisik di telinga Syahirah.

"Jangan membohongiku!" sungut Syahirah.

"Tidak. Ini kenyataan. Kamu orang pertama yang kuajak berdansa. Itu tandanya ...."

"Tandanya apa?" tanya Syahirah dengan suara manjanya karena sudah kesal sedari tadi.

Thau bingung sendiri kenapa wanita di depannya ini tidak peka atau pura-pura tidak tahu. Sudah jelas bahwa ia adalah orang yang diistimewakan.

"Aku heran dengan Anoel, mengapa ia memperkerjakan sekertaris dengan IQ di bawah rata-rata." Syahirah melotot tangannya yang berada di pundak laki-laki itu dipakai untuk memukul Thau. Lagi, laki-laki itu hanya terkekeh.

"Tentu saja kamu istimewa Syahirah." Syahirah terdiam, gerakannya memukul pun berhenti. Apa katanya, istimewa? Jadi aku? Apa?

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalammu'alaikum.
Huaaa! Aku nepatin janji kan hari ini update. Lega rasanya. Insyaallah untuk part 10 akan update sekitaran minggu depan ya. Masih proses.

Terima kasih untuk yang masih baca. Senang banget aku tuh. Kalau yang mau kasih kritik dan saran juga boleh kok.

Kalau ada typo kasih tau ya. >_<

Minggu depan udah nggak flashback.

Kamu, Abu Thalhah-KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang