Pram pov
Aku hampir tidak bisa mengendalikan diri atas apa yang aku lakukan, ketika Vina mengatakan bukan muhrim ingin rasanya aku membuatnya segera menjadi milikku seutuhnya
Memeluk dia sudah membuat penisku berdiri, efek tidak pernah disentuh. Aku melangkah menuju kamar sebelum aku mendobrak pintu yang berada di depanku
"Mas"panggil Vina sebelum aku melangkah
Aku menatapnya bingung karena tiba-tiba membuka pintu "kenapa?"tanyaku mendekat kearah Vina "ada yang bisa dibantu?"
"Ehm.."ucap Vina ragu "apa mas gak lapor jika ada yang menginap? karena nanti takutnya warga berpikir yang bukan-bukan"
Aku tersenyum mendengar perkataannya "nanti aku hubungi ketua rt kamu tidur aja"jawabku
Vina bukannya masuk namun hanya berdiri menatapku membuat diriku harus mengendalikan diri melihat wajahya. Aku hanya bisa menghembuskan nafas menghilangkan perasaan ini
"Ada lagi?"tanyaku sambil mendekat "apa kamu takut tidur sendirian?"godaku yang langsung dijawab gelengan kepala dan aku hanya bisa tersenyum lalu mengacak rambutnya gemas "mimpi indah"ucapku lalu aku akhiri mencium keningnya kembali
Aku dapat melihat wajah Vina yang memerah atas apa yang aku lakukan, aku menahan diri untuk tidak berbuat lebih
"Baru bangun?"sapa papa yang sudah duduk di meja makan
Aku mengerutkan kening menatap sekitar "kapan datang?"tanyaku tanpa menjawab pertanyaan papa
"Dari 1 jam yang lalu"jawab papa "dan papa kaget ada gadis muda disini yang langsung dipeluk Citra dan Prita"ucap papa dan seketika aku tersenyum mencari keberadaan gadis itu "lagi pergi sama mama belanja"sambung papa melihat aku masih mencarinya "Siska kemana?"
"Luar kota"jawabku singkat
"Kenal dimana gadis itu?"tanya papa mengalihkan pembicaraan "Citra dan Prita bisa langsung dekat begitu apa Arsen juga?"
"Sahabat istrinya Barry"jawabku "Arsen kami titipkan sementara dirumah orang tua Vina"sambungku
"Barry? pria yang pintar memilih istri"ucap papa "mau sampai kapan kamu dan Siska begini? apalagi dia sudah tidak menghargai dirimu. Papa harap kamu bisa memutuskan dengan kepala dingin"ucap papa menatapku "papa menyukai gadis itu"sebelum papa beranjak dari meja makan
Aku melihat Vina datang bersama mama serta kedua putriku, walaupun usianya lebih muda namun Vina bisa mengimbangi kedua putriku ini. Wajah mama tersenyum senang melihat interaksi mereka tidak tertinggal papa yang ikut menyambut mereka semua
"Mas udah bangun?"tanya Vina ketika melihatku "mau minum kopi atau teh?"
Aku diam bahkan Siska tidak pernah menanyakan hal sepele ini terhadapku "ehm...kopi aja"jawabku akhirnya
Vina mengangguk namun sebelum ke dapur menanyakan hal serupa kepada papa dan mama diminta Vina untuk duduk. Kedua putriku ikut kemana Vina melangkah dan Vina tampak senang diikuti mereka berdua
"Mama senang tadi diajak Vina ke pasar"ucap mama ketika Vina masuk kedapur "udah lama gak ke pasar malah beli jajanan tradisional kaya mengenang jaman dulu"tambah mama "tadi mama beli kue kesukaan papa semoga enak tapi katanya Vina sama Amel bisa bikin kue yang begitu"
Papa menatapku selama mama berbicara dan aku hanya bisa mendengarkan cerita mama selama di pasar
"Mama mau kalau punya mantu Vina"ucap mama menatap Vina membuatku tersedak air liur "pa, kita kerumah orang tua Vina melamar dia gimana?"
Kami berdua saling memandang lalu memandang mama dengan tanda tanya pasalnya akan menikah dengan siapa, apa mama menyuruhku menikah kembali
"Vina,kamu mau gak menikah sama Pram?"tanya mama tiba-tiba ketika Vina meletakkan minuman di depanku "ada masalah jika jadi istri kedua?"tanya mama kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Problem (Tamat)
RomancePrambudi Hadikusuma (38 thn) Affair yang dilakukan istriku dengan atasan hingga membuahkan anak membuatku geram, ingin aku menceraikan namun melihat anak-anak aku urungkan hal itu. Aku hanya bisa menghukum dengan untuk selalu berada dirumah Ervina W...