Pram pov
Sebenarnya aku sudah mengajak Siska untuk lebih dekat dengan Arsen atau membujuk Arsen namun tidak dilakukan sama sekali. Akhirnya aku hanya bisa mengalah pada keputusan Siska, hari dimana Arsen akan dipindahkan aku menitipkan kedua putriku kepada orang tuaku atas permintaan anak-anak sendiri karena mereka tidak nyaman bersama Siska
Aku sampai bingung apa yang harus aku lakukan agar anak-anak dapat dekat dengan Siska dari dulu aku berusaha namun Siska tampak enggan. Tadi pagi Siska berangkat keluar kota ingin menghibur diri aku mengantarnya ke bandara, jangan dikira Siska tanpa pengawasan karena aku menyewa orang untuk mengawasi setiap langkah Siska
Aku takut Siska berbuat macam-macam kepada anak-anak atau bahkan mendatangi Amel, Barry sudah aku beritahu apa yang terjadi pada Siska awalnya kaget selanjutnya Barry melakukan hal yang sama denganku melindungi keluarganya
"Mas gak masalah khan nanti kembali berdua sama Vina?"tanya Amel memecahkan lamunanku
"Gak masalah tenang aja"jawabku santai
"Jangan aneh-aneh loh"goda Amel "khan mas belum dapat jatah dari Siska"
Barry memukul lengan Amel pelan yang langsung dibalas pelukan Amel "kalau ngomong dijaga sayang"sambil mengacak rambut Amel
"Masih dapatlah walaupun udah beda rasanya"kataku sambil tersenyum kecut membayangkan rumah tangga kami
"Kenapa mas masih pertahanin dia?"tanya Amel "hati mas semakin tersakiti kalau begini terus begitu juga dengan dia"
Aku menghembuskan nafas panjang sambil menatap Vina yang tampak asyik bersama anak-anak "aku masih mikirin anak-anak"jawabku
"Ikutin kata hatimu,bro"ucap Barry menepuk pundakku "jangan sampai melakukan kesalahan yang sama denganku lagian menikah sama yang muda bikin jiwa kita muda"goda Barry
"Mas"teriak Amel "apa-apaan sich? tidur luar loh ya"ancam Amel yang langsung dipeluk Barry dan jurus rayuannya
"Kalian ini gak bantuin"omel Vina menatap kami dengan emosi
Tatapan emosi Vina malah membuatku semakin gemas dan ingin menarik kedalam pelukan lalu menciumi wajahnya, aku langsung memalingkan wajah kearah lain dan sialnya Barry menatapku dengan tatapan menggoda karena ketahuan aku memperhatikan Vina
"Mas udah siap ini Arsen"ucap Amel memecahkan lamunanku
"Ok kalau gitu mana barang-barangnya?"tanyaku
"Khan udah masuk ke mobil tadi"goda Barry sambil menepuk bahuku
Aku melihat Arsen berpamitan kepada Amel dan Barry seakan tidak mau lepas berbeda dengan ketika kemarin berpamitan dengan Siska
"Ayo mas"ajak Vina menatapku "keburu malam nanti"
Kami bertiga pergi setelah pamitan dengan Barry dan Amel yang mengantar kami sampai depan. Arsen menatap mereka berdua dengan sedih tapi Vina berhasil mengalihkan perhatian Arsen dalam beberapa menit sudah tersenyum kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Problem (Tamat)
RomancePrambudi Hadikusuma (38 thn) Affair yang dilakukan istriku dengan atasan hingga membuahkan anak membuatku geram, ingin aku menceraikan namun melihat anak-anak aku urungkan hal itu. Aku hanya bisa menghukum dengan untuk selalu berada dirumah Ervina W...