Chapter 5

3.3K 224 7
                                    

Kata orang, ikatan persaudaraan jauh lebih kuat. Ketika saudaramu kesakitan, pasti kita juga merasakan.

~♤~♤~♤~

Jimin, tiba tiba dadanya sesak dan nafasnya tak beraturan. Ketika dia hendak pergi ke kantin bersama sahabatnya kim taehyung dan kang daniel. Dia tak sengaja berpapasan oleh segerombolan adik kelas yang sedang membopong seorang pemuda, jimin sedikit melihat rupa adik kelas itu. Wajahnya pucat dan bibirnya membiru.

Entah sadar atau tidak. Jimin meneteskan airmatanya dipipi. Taehyung memekik karena jimin menangis, daniel juga sama paniknya dia berlari ke area gedung kelas 3 yang tak jauh dari mereka berdiri.

Jimin didudukan dikursi kantin bersama kedua sahabatnya dan kakaknya, yoongi. Jimin masih sesenggukan, katanya di area dada sesak dan sakit. Tapi tidak tau sebabnya apa. Yoongi sampai tersulut emosi karena isak tangis jimin semakin menjadi, yoongi memang nggak bisa kontrol emosi, jimin tau itu.

Dia juga nggak tau kenapa bisa nangis kejer setelah melihat adik kelasnya terbaring dengan muka pucat, namjoon tumbang saja dia biasa saja, nggak nangis kek gini.

"Kak, jimin tadi nangis setelah lihat adik kelas kita pingsan dan dibawa ke uks"terang daniel takut.

Takut melihat tatapan tajam seniornya ini, seperti akan memakannya hidup hidup saja.

Hal itu membuat atensi yoongi teralihkan pada jimin, dia amati adiknya lamat. Sampai sampai taehyung menahan napas.

"Jangan lupa nafas bro!"bisik daniel

"Takut aja, siapa tau ntar kak yoongi lepas kendali. Pawangnya kan lagi nangis"taehyung balas berbisik pada daniel.

Sedangkan yoongi mengabaikan dua makhluk yang asik berbisik. Dia jalan cepat ke arah uks, sesampainya didepan pintu, dia berdiri dan membukanya pelan. Pertama kali yang ia dapati adalah petugas uks yang sedang merapikan ranjang.

"Permisi, murid yang pingsan tadi kemana ya?"tanya yoongi sopan.

Petugas uks itu tersenyum dan memberitau lewat bahasa isyarat, karena yoongi tidak tau maksudnya dia hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Petugas yang tau gelagat yoongi, segera mengambil buku dan pulpen lalu menulis setelah itu disodorkan pada yoongi

"Dia udah pulang. Baru saja dijemput oleh orangtuanya, kalau kamu mau tau kelasnya dia berada di 10 ipa 1, temui saja besok. Namanya jungkook"

Yoongi berdesir melihat nama itu. Ada sesuatu yang tak bisa dia jelaskan, niat hati ingin menagih uang es krim malah anaknya sakit. Yoongi berbalik keluar setelah mengucapkan terima kasih.

Dia berjalan lunglai dan ada perasaan sedih. Ah, dia jadi melupakan jimin.

"Mungkin kebetulan"gumamnya

***

Beda lagi dengan keluarga ini. Mereka berada didepan UGD setelah mendapati telpon dari sekolah,

mereka panik? Jelas

Tapi, siapa yang harus disalahkan?

Chanyeol tak hentinya merapalkan doa untuk adik kecilnya

Begitupun kakak kakaknya.

Tak jauh dari mereka ayah dan ibu mereka sedang berbincang dengan dokter spesialis, agaknya sangat serius sehingga mereka melanjutkan diruangan pribadi dokter itu.

"Ya tuhan, jangan kau persulit keadaan adikku"chen berdoa didepan ruang adiknya yang belum juga selesai sejak 1 jam yang lalu.

Tak lama kemudian pintu yang ditunggu tunggu oleh mereka terbuka. Keluarlah suster dan berbagai macam alat beserta noda darah, kemudian dokter keluar dengan peluh dan darah dijas kebanggaannya. Mereka tercekat dan buru buru menghampiri dokter itu. Mereka bertanya  dengan tak sabar.

"Dok, keadaan adikku?"

"Dia baik baik saja kan dok?"

"Jawab dok. Adikku bagaimana keadaannya?"

"Tenang, adik kalian memang sempat kehilangan detak jantung. Tapi, dia memang kuat. Sekarang tinggal menunggu stabil baru boleh dijenguk, tubuhnya masih rentan akan suhu diluar"terang dokter itu

"Apa kami boleh masuk?"tanya chanyeol tak sabaran

"Aish, tunggu jungoo stabil yeol!! Kau ini!!"geram suho menjitak kepala chanyeol

"Aku kan pengen ketemu jungoo... tak perlu menyakiti ku tau!!"sebalnya

"Kalian boleh melihat keadaannya, tapi satu orang saja"ujar dokter. Chanyeol memekik tertahan, dan langsung masuk sebagai orang pertama bagi jungkook. Sebelumnya dia memakai baju khusus untuk masuk ruangan itu.

"Terima kasih dok"dokter itu mengangguk dan meninggalkan saudara park itu.

Sedangkan chanyeol didalam, dia tak sanggup melihat jungkook terbaring lemah dengan berbagai alat ditubuhnya. Dia mendekat perlahan, mengelus tangan yang terbebas dari infus itu.

"Jungoo, kakak sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin kakak. Jungoo tau, kata ayah kemungkinan keluarga jungoo juga berada dikota ini. Tapi nggak tau mereka didekat kita atau nggak, jadi mau mereka tau apa nggak jangan tinggalin kakak ya"lirih chanyeol

'Maksud kakak apa? Apa aku bukan adik kakak? Apa aku bukan anak mama?'

Jungkook sebenarnya udah bangun tapi matanya nggak bisa terbuka, jadi merem terus jungkooknya.
Denger ucapan chanyeol____

Kaget? Iya

Dia udah mikir kemana mana, pusing juga mendera. Pengen buka mata tapi susah. Ah, dasar penyakit sialan!!.

Karena asik bernostalgia chanyeol nggak sadar kalau jungkook kejang dan nafasnya tak teratur, dia panik kemudian berlari keluar melupakan tombol darurat yang berada disamping ranjang jungkook.

"Dokter! Dok!! Jungkook...."

"Chan, kenapa? Jungkook baik kan?"ujar luhan ikutan panik

"Dokter kak!!"pekik chanyeol

Kemudian dateng segerombol suster dan dokter, mereka langsung masuk dan tak lama kemudian dongwook dan chaeyong tergesa menghampiri mereka yang berada didepan ruangan jungkook.

"Ini salah chanyeol pa, aku nggak bisa jaga jungoo"lirihnya merasa bersalah

"Hei, jagoan papa!! Ini bukan salah mu, ini sudah takdir. Berdoa saja, jungoo nggak kenapa napa?"ucap dongwook menenangkan

Best Of me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang